Tentang masalalu yang belum selesai, cinta karena terpaksa, rasa yang tak lagi sama, Restu yang tak berpihak, dan penyesalan yang selalu menghantui. terkadang, Kehilangan sering terjadi karena kesalahan kita sendiri. Begitu juga dengan Ares, Dia tidak pernah menganggap Kartina ada selama masalalu nya belum selesai. padahal jelas-jelas Kartina bertekad membantu Ares untuk lepas dari masalalu. Namun setelah berhasil, hubungan mereka terhalang restu, hingga pada akhirnya, keduanya memilih mengakhiri meski keduanya kembali ingin memiliki. akankah mereka kembali bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RESKI OEY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. FOV SRI
Setelah tiba di sekolah, Sri turun dari atas motor. cewek itu baru saja di antar oleh ayahnya. Sri memang tidak di perbolehkan untuk membawa kendaraan ke sekolah. dia sudah terbiasa dengan antar jemput dari SD.( sekolah Dasar)
"Belajar rajin- rajin ya, biar naik kelas." ucapnya.
"Ye! emang Sri pernah gak naik kelas." ucap Sri sembari memanyunkan bibirnya.
"Bercanda nak, ayah percaya kalau kamu itu pintar anaknya hehe." ucapnya sambil mengelus kepala.
"Yaudah Sri masuk dulu." Sri mencium tangan ayahnya.
Setelah itu, Pak resa segera bergegas untuk pergi ke kantor. begitu juga dengan Sri yang mulai melangkahkan kakinya ke gerbang sekolah.
Ares yang baru tiba di sekolah melihat Sri yang tengah berjalan pun langsung berlari ke arahnya.
"Hei." ucapnya saat berada di sebelahnya.
"Apa." ujar Sri tanpa menatap Ares dan fokus pada perjalanannya menuju kelas.
"Kenapa chat gue gak di balas?"
Sri yang mendengar itu berhenti dari langkah nya. menatap Ares.
"Gapapa." raut Sri berubah menjadi datar.
Setelah itu Sri kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
"Gue antar ke kelas Lo ya?" Sri kembali berhenti dari langkahnya.
"Ngapain, gue bisa jalan sendiri." jawabannya ketus.
"Pengen aja."
"Gak usah." Sri kembali berjalan tanpa menghiraukan Ares di belakangnya.
Begitu juga dengan Ares, dia tetap mengantarkan Sri ke kelasnya. Sri menatap Ares kesal, pasalnya dia tidak mau di gosipin satu sekolah karena kedekatannya dengan Ares. sesampainya di kelas Sri langsung masuk. sementara Ares, cowok itu tetap mengikuti nya kedalam kelas. Sri yang melihat Ares masuk ke dalam kelasnya langsung menatapnya seperti musuh.
"Ngapain lagi sih?"
"Gue cuma mastiin Lo udah selamat." ucapnya tidak masuk akal.
Tak lama dari situ, seorang guru masuk ke dalam kelas. sontak semua murid langsung menempati tempat duduknya masing-masing. sementara Ares, cowok itu tersenyum lebar tanpa rasa malu.
"Ngapain kamu di sini?" tanya guru itu.
"Nganterin Sri hehe." Jawab Ares sambil cengengesan.
"Kalian pacaran?" tanya guru itu bingung.
"Enggak! emang orangnya suka gajelas dia." timpal Sri dengan raut wajah datar.
"Belum Bu bukan enggak hehe." jawab Ares.
Guru itu menggeleng kan kepalanya." Yaudah kamu ke kelas sana." ucapnya guru itu.
"Siap bu."
Setelah itu, Ares memutuskan untuk segera pergi ke kelasnya. dengan langkah cepat. pasalnya sebentar lagi akan masuk.
•••••
Setelah pembelajaran pertama, Ares pergi ke kantin mencari keberadaan Aldo, sahabat nya itu entah kenapa tiba-tiba hilang. namun setelah di kantin, Ares sama sekali tidak menemukan keberadaan sahabatnya.
Ares kembali mencari Aldo ke taman belakang sekolah. Alhasil dia menemukan Aldo yang tengah tertidur di atas rerumputan. Ares yang melihat itu, geleng-geleng kepala, ternyata temannya itu ada di taman.
"Woy, ngapain."
Saat kedatangan Ares, Aldo terkejut bukan main. dia langsung menepis tangan Ares kasar.
"Apaansih Lo!"
"Gue nyari Lo dari tadi bego."
"Gue lagi pengen sendiri."
Ares yang mendengar itu terdiam beberapa detik. dia tau betul, jika sahabatnya sudah berbicara seperti itu. sedihnya bukan main-main.
"Lo kenapa?" Tanya Ares memastikan kalau Aldo baik-baik saja.
"Gapapa."
"Gak biasanya Lo kaya gini, kenapa coba cerita."
"Gue lagi kangen nyokap gue Res, kira-kira kapan ya nyokap gue pulang ke Indonesia." ucap Aldo terlihat sedih karena merindukan sosok ibunya.
Ares yang mendengar itu terdiam, di pun mulai merebahkan tubuhnya di atas rerumputan hijau di tengah taman belakang sekolah.
"Nyokap Lo di sana itu nyari duit do, buat Lo juga. gue yakin, pasti akan ada waktunya nyokap Lo juga pulang, percaya sama gue." jelas Ares, berusaha untuk menenangkan sahabatnya.
Aldo mengganti posisinya menjadi duduk, menatap Ares sambil bertanya-tanya.
"Tapi kapan Res, udah lima tahun nyokap gue di sana, harus nunggu berapa lama lagi biar nyokap gue pulang ke Indonesia hah? berapa lama lagi!"
"Lo gak tau rasanya kesepian, sendirian Res Lo gak tau! Lo masih ada nyokap yang masih perhatian sama Lo, sementara gue? gak ada. kadang kesepian itu yang buat gue marah sama tuhan. kenapa gue selalu di jauhkan sama orang-orang yang gue sayang, kenapa!" Aldo menangis meratapi nasibnya.
Ares yang mendengar itu marah besar." Eh do, sadar, tarik kata-kata Lo, gak seharusnya Lo Bawa bawa tuhan segala. harusnya Lo berdoa sama Tuhan, semoga ibu Lo cepat pulang, bukan malah kaya gini!"
"Tapi emang itu kenyataan nya Res, Tuhan gak pernah sayang sama gue, tuhan selalu ambil semua kebahagiaan gue, Lo ngomong kayak gitu karena Lo gak ngerasain jadi gue, selalu kehilangan orang yang gue sayang."
Setelah keduanya berdebat panjang lebar, bahkan sampai beberapa orang ada yang melihat. Aldo pun memesan untuk meninggalkan Ares sendirian.
Sementara Ares, cowok itu terdiam, memikirkan apa ada yang salah dengan ucapannya barusan?
••••••
Kartina saat ini tengah berada di perpustakaan untuk mencari sebuah buku novel di sana. dia memang suka membaca, bahkan hampir setiap Minggu Kartina selalu menyempatkan untuk pergi ke perpustakaan.
Di tengah -tengah dia mencari sebuah novel yang terpajang di atas rak. Kartina tersentak kaget saat Fahri tiba-tiba ada di depannya meski keduanya terhalang rak buku.
Fahri yang melihat Kartina terkejut terkekeh pelan, lalu dia mulai menghampiri Kartina.
"Fahri! kaget tau."
"Sorry, aku gak maksud buat ngagetin kamu tin haha."
"Terus kenapa tiba-tiba ada di situ? " tanya Kartina.
"Ya emang aku setiap hari selalu ke sini." jawabannya.
Kartina terdiam, perasaan Kartina tidak pernah berjumpa dengan Fahri di perpustakaan. baru kali ini, tapi kenapa cowok itu bilang jika dia hampir setiap hari?
"Hah? perasaan aku gak pernah lihat kamu deh selama di sini." Kartina masih belum percaya.
"Sumpah, ya mungkin setiap aku ke perpustakaan pas kamu pulang dari sini."
"Kamu suka baca juga?"
"Enggak."
"Terus kenapa tadi bilangnya suka ke perpustakaan?"
"Aku suka kamu makanya aku ke sini."
Kartina yang mendengar itu kaget , entah itu bercanda atau memang kenyataannya. jujur Kartina bingung, jika itu sebuah ungkapan perasaan. kenapa harus secepat ini dia bilang?
"Apaansih, gak usah bercanda." Kartina kembali mencari buku novel yang dia cari.
Sementara Fahri, cowok itu terkekeh pelan, lalu setelah itu mengikutinya dari belakang.
"Cari apaansih?"
"Novel."
"Novel apa?"
"Apa aja yang seru."
Fahri mengangguk paham, setelah itu dia mencari buku novel yang berjudul ' Seni memahami kekasih. setelah mencari ke sana ke sini. akhirnya Fahri menemukan juga buku novel itu.
"Nih, coba baca novel ini." Fahri memberikan buku novel itu pada Kartina.
"Cerita apa ini?"
"Gak tau, aku belum baca, tapi dari judulnya juga udah keliatan bagus banget."
Kartina meraih buku novel itu dari Fahri.
"SENI MEMAHAMI KEKASIH." Kartina membaca judul buku itu.
"Jadi penasaran sama ceritanya." ucapnya lagi.
"Kalau udah selesai baca, ceritain ke aku ya?"
Kartina mengangguk.
"Makasih ya ri, aku duluan." setelah mengatakan itu Kartina pergi untuk mencatat di buku pinjaman di perpustakaan.
"Sebenarnya aku udah baca buku itu tin, aku sengaja nyuruh kamu buat bacain itu biar aku sama kamu punya waktu lama buat ngobrol."
••••••