Petualangan seorang putri dengan kekuatan membuat portal sinar ungu yang berakhir dengan tanggung jawab sebagai pengguna batu bintang bersama kawan-kawan barunya.
Nama dan Tempat adalah fiksi belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batu Bintang Jingga & Panggilan Raja
Resi Sundek menjelaskan dengan sangat panjang lebar tentang batu bintang, penggunanya, dan bahkan masa lalunya kepada Jaka Satya semua yang telah terjadi di masa lalunya juga dia ceritakan.
Jaka mendengarkan dengan penuh perhatian. Mungkin itulah kenapa dia ingin menjadi seorang empu atau resi seperti gurunya itu.
Semua pengalaman Resi Sundek satu demi satu membuatnya semakin bersemangat dia juga ingin melalang buana, berpetualang dengan mereka yang juga punya keinginan yang sama dengannya... Melihat dunia luar pulaunya tentu banyak hal menarik yang bisa dia pelajari dan dapatkan.
" Nah Jaka bawa dan ambilah untukmu keris itu dan sebentar ini aku juga sudah membuat warangkanya ( sarung keris)." Resi Sundek pun menyerahkan warangka dari keris batu bintang merah itu.
" Suatu saat kau juga akan mengalami hal yang sama denganku", pesan Resi Sundek
" Persiapkan dirimu Jaka sudah saatnya kau berburu batu bintang yang adalah bahan pamor yang mengandung berbagai kesaktian," lanjutnya
" Tapi Eyang bukankah batu bintang itu memilih orang yang dianggapnya pantas? " ada hal yang membuat Jaka tidak mengerti.
" Atau adakah seseorang menggunakan lebih dari satu bintang pada dirinya?" tanyanya lagi.
Resi Sundek menganggukan kepalanya. Dan mulai menerangkan kebingungan Jaka.
" Benar, dulu di masa kami generasi lama pengguna batu bintang ada yang menggunakan lebih dari satu batu bintang, tapi itu sangat langka sebab orang itu biasanya mempunyai hikmat melebihi manusia biasa dan juga lebih berilmu tinggi dari para pandita dan yang jelas orang tersebut tinggal dan hidup di negeri-negeri gaib. Seperti kota Janasaran."
" Maaf eyang resi apakah eyang resi adalah pengguna batu bintang yang aku maksudkan, bukankah eyang resi mempunyai berbagai macam jenis pamor di tempat ini?" tanya Jaka kembali.
" Hehehe.. bukan, aku bukanlah orang yang kau maksud itu, pamor-pamor ini tidak kabur dari tempat ini karena aku punya kemampuan istimewa dari batu bintang yang aku pakai saat ini," Resi Sundek pun memperlihatkan kerisnya yang di hiasi beberapa butir batu bintang yang berwarna jingga.
" Keris ini mempunyai kekuatan istimewa mengunci dan menyegel kemampuan batu bintang lainnya, selain itu batu bintang jingga ini bisa mengeluarkan lapisan pelindung yang melindungi penggunanya dari serangan jenis apapun meskipun serangannya sangat kuat."
" Sedangkan batu bintang merah yang ada dalam kerismu itu kemungkinan mempunyai kekuatan istimewa yang berkaitan dengan api," ujar Resi Sundek.
Jaka Satya mendengar penuturan gurunya itu dengan seksama dia semakin bergairah ketika dia diberi keris batu bintang merah itu, tak sabar dia ingin menunjukkannya pada keluarganya. Ayah, ibu, dan kakak perempuannya pasti akan terkejut.
" Jaka setelah ini Eyang akan mengajarimu membuat rapalan dan mantra untuk keris tanpa pamor tapi selesaikan dahulu ukiran di keris bintang merahmu itu," Resi Sundek berkata demikian karena dia sudah percaya penuh dengan kemampuan Jaka Satya.
" Baik Eyang, sendiko dhawuh, matur nuwun," jawab Jaka penuh rasa hormat. Dia pun melanjutkan menatah dan mengukir keris batu bintang merah miliknya itu dan segera akan di tunjukkan pada ayahnya nanti sepulangnya dari tempat ber gurunya itu.
Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki kuda yang berlari terburu-buru menuju tempat penempaan besi itu.
"Drap.. drap.. drap.. ! " disusul suara ringkik kuda yang ditunggangi seorang prajurit Ghayankbara. Prajurit itu melompat turun dari punggung kuda dan berlari menuju Resi Sundek yang telah berdiri di beranda depan menyambutnya.
Prajurit itu terlihat sangat tergesa-gesa dan segera merendahkan tubuhnya ke tanah dengan menekuk kaki kiri ke depan dan lutut kaki kanan dia jadikan penahan di tanah. Sambil melakukan gerakan sembah dengan kedua telapak tangannya Prajurit itu mulai menyampaikan pesannya.
" Hormat hamba Tuan Resi Sundek, hamba mendapat pesan dari Gusti Prabu Gajayanare, untuk menjemput tuan resi, beliau menginginkan tuan resi menemuinya saat ini juga," prajurit dengan cepat namun cukup jelas menyampaikan pesannya.
" Hemm baiklah, segeralah kau kembali ke istana aku akan segera kesana, tapi sebelumnya aku harus mempersiapkan diri dan memberi perintah pada panjak-panjak ku dulu selama aku tidak ada di sini,". jawab Resi Sundek padanya.
" Baik dan Terima kasih tuan Resi," sambil memberi tanda hormat pada Resi Sundek Prajurit itu menundukkan kepalanya sekali dan bergegas menunggangi kudanya kembali menuju ke istana dengan sangat cepat.
Resi Sundek bertanya-tanya dalam benaknya kenapa Raja Gajayanare memanggilnya setelah sekian lama dan menduga masalah yang dihadapi pastilah genting.
Dia pun berjalan menuju tempat penempaan besi menemui ketiga panjak yang sedang sibuk menempa.
" Sura ! berhenti sejenak, saat ini aku akan menemui Gusti Prabu Gajayanare di istana, kau yang akan bertanggung jawab di sini selama aku belum kembali." Resi Sundek memberi perintah pada panjangnya yang paling lama bekerja padanya.
" Baik empu hamba akan melaksanakannya dengan baik", jawab Sura. Sementara Kirman dan Tejo keheranan karena tidak biasanya Raja Gajayanare mengundang Resi Sundek ke istana.
" Oh iya jangan lupa kau ajarkan beberapa rapalan dan mantra sederhana pada Jaka karena saat ini dia sudah pandai mengukir keris dan Sura untuk keris pesanan Punggawa Sudirga sudah aku persiapkan dan aku kemas dalam peti kayu kecil yang sudah aku beri tanda namanya berikan itu padanya jika dia atau utusannya kemari untuk mengambilnya," perintah Resi Sundek kembali pada Sura orang kepercayaannya.
" Baik empu... ", Sura menjawab singkat namun tegas.
" Aku akan berkemas dan bersiap-siap kemudian langsung menuju istana, jaga diri kalian baik-baik," pesan sang resi pada ketiga panjak itu.
Resi Sundek kemudian berbalik meninggalkan para bawahannya itu berjalan menuju biliknya.
Mengambil dua keris dengan kekuatan yang berbeda. Dia sarung kan di ikat pinggangnya secara menyilang dibelakang pinggangnya.
Lalu dia menemui Jaka Satya yang masih belum menyelesaikan ukiran keris batu bintang merahnya.
" Jaka, Eyang minta maaf belum ada waktu mengajarimu tentang menulis dan mengucapkan mantra dan rapalan tapi eyang sudah berpesan pada Sura untuk membantumu," sambil menepuk pundak Jaka, resi itu mengambil keris batu bintang jingganya dan menyelipkan di ikat pinggang bagian depan.
" Eyang guru hendak kemana? " Jaka begitu terkejut melihat gurunya itu menyandang tiga keris batu bintang sekaligus.
" Gusti Prabu Gajayanare memanggilku, sepertinya akan ada pertemuan penting kembali di kota gaib Janasaran, untuk itulah aku membawa ketiga keris ini,".jawab Sundek apa adanya.
" Sura akan membimbingmu jangan sungkan bertanya padanya ingat pepatah malu bertanya sesat di jalan, jangan kau simpulkan sendiri jika kau tak memahami sesuatu bertanyalah padanya karena dia sudah lama bekerja ditempat ini," sambungnya memberi pesan.
" Baik eyang guru hamba mengerti." Jaka memberi hormat sambil menundukkan kepalanya, meskipun beribu ribu pertanyaan ingin dia sampaikan pada gurunya yang sangat dikaguminya itu, namun dia tak mau menghambat waktu yang sangat berharga bagi gurunya itu.
Akhirnya Resi Sundek pun berjalan keluar menuju istal kudanya Najar, kuda hitam yang bersurai panjang itu melihatnya dan mengagguk-anggukan kepalanya seolah menyambutnya dengan gembira dengan meringkik karena dia merasa bosan berdiam diri di kandangnya.
Ini saatnya berlari bebas menggerakkan kaki-kakinya yang terasa pegal, mungkin itu yang ada dipikiran kuda itu.
" Najar ayo saatnya ke istana Jhamapati, dan segeralah kembali ke sini setibanya aku di sana, mengerti Najar? " Sang Resi menepuk nepuk punggung leher kudanya sembari naik di punggungnya.
Dan dengan tepukan halusnya kuda itu pun mulai melesat berlari bagaikan kilat.
Ayo Thor ini request aku pengen novel ini jangan di tamatin dulu