Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 12 Kiss?
•••
"Kok bisa ditabrak Aidan?" Tanya Kenzio setelah mendudukkan Zafanya di sofa kamarnya. Ia berlutut tepat didepan cewek itu, membuat wajah Zafanya lagi-lagi memerah padam.
"Tadi tuh gue ngejar kucing ditikungan parkiran, dan Kak Aidan tiba-tiba muncul dari sisi kiri pake motor, keserempet dikit doang kok. Nggak parah." Jelas Zafanya.
"Cuma gara-gara kucing?!" Tanya Kenzio tak menyangka.
"Gue udah tandain itu kucing dari minggu lalu, Kak, kayaknya nggak ada yang punya." Kata Zafanya.
"Ya terus?"
"Mau bawa kesini, boleh?" Tanya Zafanya sembari mengedip-ngedipkan matanya.
"Buat apa? Nggak usah."
"Kasian, Kak, nggak ada yang ngurus, sayang banget padahal lucu!" Kata Zafanya cemberut.
Kenzio menahan senyumannya, "Kalau mau yang lucu kenapa nggak liat diri lo sendiri?! Padahal lo lebih lucu." Batinnya.
"Boleh, Kak?"
"Terserah," Jawab Kenzio, cowok itu lalu menatap perban di lutut Zafanya, "Siapa yang obatin?"
"Perawat di uks."
"Masih sakit?" Tanya Kenzio kembali mendongak menatap Zafanya.
"Sedikit, sih, perih." Kata Zafanya mengalihkan pandangannya, gugup sekali ditatap seperti itu oleh Kenzio.
"U-udah lo keluar aja, gue mau mandi dulu." Kata Zafanya mendorong bahu Kenzio untuk menjauh.
"Bisa sendiri? Atau mau gue bantu?"
"HAH?!" Mata Zafanya membulat, semburat merah mulai menjalar hingga leher.
"Cuma anter sampai kamar mandi maksudnya, Za!" Kata Kenzio sembari menjitak kepala Zafanya.
Zafanya mengulum bibirnya malu, "Iya, tolong." Cicitnya sangat pelan, ia menunduk dalam.
Saat cewek itu akan berdiri dengan tumpuan bahu Kenzio, Kenzio malah sudah menyelipkan tangannya disela lutut Zafanya, dan punggung Zafanya. Lalu mengangkat cewek itu ala bridal style dan berjalan menuju kamar mandi.
"G-gue bisa jalan kok, Kak." Kata Zafanya refleks mengalungkan tangannya pada leher Kenzio, tak ingin Kenzio keberatan menahan tubuhnya.
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka, Kenzio mendudukkan Zafanya di tepi bathtub, "Gue tunggu diluar, panggil kalau ada apa-apa." Katanya lalu segera berjalan keluar dan menutup pintu kamar mandi dengan rapat.
Kenzio menduduki sofa di kamar Zafanya itu, lalu mengacak rambutnya, heran dengan sikapnya sendiri. Kenzio sadar betul bahwa ia tak pernah memperlakukan orang selembut itu, entah insting dari mana hingga ia tergerak melakukan hal-hal yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Tubuhnya bergerak begitu saja, demi Zafanya.
Lagi-lagi demi Zafanya, dan hanya Zafanya.
Lama ia memejamkan mata, pintu kamar mandi terbuka. Segera ia menghampiri Zafanya yang keluar dengan handuk kimononya.
"G-gue bisa sendiri kok, cuma ambil baju." Kata Zafanya kaget, karena cowok itu tadi terlihat seperti tertidur, tapi malah tiba-tiba bangun.
"Oh, okay, gue tunggu di luar ya, makan malam udah siap." Kata Kenzio segera keluar kamar.
•••
Mereka menyelesaikan makan malam satu jam kemudian, lalu beralih ke ruang keluarga dilantai dua dan menonton tontonan ringan dua bocah kembar, ini keinginan Zafanya sepihak. Cewek itu duduk di karpet, disisi kanan Kenzio yang duduk di sofa.
"Ada acara apa lo tanggal 26?" Tanya Kenzio bosan, tak terlalu tertarik dengan tontonan didepannya, ia bahkan mulai menguap.
"Party gitu, reuni temen-temen SMA gue." Jawab Zafanya masih fokus melihat televisi.
"Dimana? Jam berapa?" Tanya Kenzio sembari memainkan ujung rambut Zafanya diam-diam.
Zafanya melirik-lirik Kenzio dengan sudut matanya, dia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Di aula hotel, jam sembilan malam." Jawab Zafanya berusaha fokus pada tontonan bocah kembar itu, tak ingin Kenzio mencurigainya.
"Hotel?" Tanya Kenzio memicing, tangannya sudah berpindah mengelus samar rambut Zafanya.
"Iya, hotel. Tapi reuninya khusus cewek-cewek aja, nggak ada cowok satu pun." Jawab Zafanya lagi, dia jujur kali ini.
Kenzio mengangguk-angguk, cowok itu lalu merebahkan badannya ke sofa, menjadikan lengan sofa sebagai bantal dengan kaki panjangnya menjuntai di lengan sofa lainnya.
Kenzio menatap malas televisi, tangannya tak bisa diam, kini bergerak merapikan anak-anak rambut Zafanya kebelakang telinga lalu mengelus rambut lurus Zafanya. Membuat Zafanya diam-diam tersenyum merasakan kehangatan dihatinya karena perlakuan lembut itu.
"Nggak ada tontonan yang lebih menarik apa?" Tanya Kenzio.
Zafanya menoleh, "Ada!" Katanya antusias. Dia segera mengambil remote dan membuka Netflix, "Mau nonton film kayak apa? Genre apa?" Tanya Zafanya.
"Terserah lo, asalkan jangan kartun aja."
"Drakor romance nggak papa?" Tanya Zafanya memastikan.
"Terserah, gue nggak akan nonton juga kok." Kata cowok itu.
"Lah?!" Kesal Zafanya membuat Kenzio terkekeh.
Lalu cewek itu mulai menonton drama korea yang telah ia tonton beberapa episode, melanjutkan tontonannya itu dengan bertopang dagu dan tersenyum-senyum. Sedangkan Kenzio hanya menatap wajah Zafanya dari sisi samping, lalu sesekali melihat televisi dan berdecak melihat kebucinan pasangan dalam drama itu.
"Muak gue." Katanya.
Zafanya menoleh sekilas sebelum kembali menatap televisi, "Kenapa?"
"Bucin banget, jijik."
Zafanya kembali menoleh tak terima, "Romantis, Kak! Cewek mana yang nggak klepek-klepek di manjain cowoknya?!"
"Cewek mana yang nggak klepek-klepek lo manjain kayak tadi?!" Lanjut Zafanya membatin, kembali teringat akan perhatian Kenzio, di gendong, di elus, dan semua perhatian Kenzio lainnya.
Hal-hal kecil lain yang Kenzio lakukan tanpa sadar. Bagaimana bisa Zafanya tak menyukai Kenzio jika sifatnya selembut itu? Dan Zafanya juga lumayan yakin bahwa cowok itu juga menyukainya, hanya saja ia tak sadar. Karena Zafanya tau betul, Kenzio hanya bersikap seperti itu padanya saja, dengan yang lain lelaki itu sedingin es.
Lama termenung, ucapan Kenzio membuatnya tersadar.
"Jadi lo juga mau digituin?" Tanya Kenzio menunjuk televisi dengan lirikan matanya, membuat Zafanya kembali menatap televisi dan membulatkan matanya kemudian.
Pasangan di drama itu sedang berciuman dengan panasnya setelah memasuki rumah, padahal sebelumnya situasinya sangat romantis dengan acara pernyataan perasaan yang membuat Zafanya senyum-senyum sendiri, dan ternyata sekarang telah berubah menjadi panas.
Zafanya langsung heboh mencari remote yang tiba-tiba hilang entah kemana, mukanya merah padam saking malunya karena drama itu. Suara decapan dari mulut dua pemeran itu memenuhi ruangan, membuat Zafanya benar-benar ingin menghilang saking malunya.
Akhirnya cewek itu menyerah untuk mencari remote, memilih untuk menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan dan membuat Kenzio berusaha menahan tawa. Tiga menit berselang, drama itu mulai menampilkan adegan pemeran utama kedua dan memotong adegan panas pemeran utama. Barulah saat itu Zafanya berani mengangkat wajahnya.
Cewek itu menoleh kearah Kenzio, lalu memukul lengan Kenzio yang sedang menahan tawa itu.
"Tontonan lo gituan ya, Za. Pantes," Kata Kenzio membenarkan posisi tidurnya yang sedikit merosot.
"Pantes apa?!" Tanya Zafanya galak. Kenzio tak menjawab hanya menahan tawa, terlihat sangat menyebalkan dimata Zafanya.
"Gemes banget, sih." Batin Kenzio melihat pipi bulat Zafanya yang memerah, bibirnya maju kedepan karena kesal
"Pantes apa?!" Ulang Zafanya memukul-mukul bahu lagi, membuat Kenzio segera menahan tangan cewek itu. Membuat Zafanya tertarik kedepan dan berhadapan dengan wajahnya, dengan tangan yang menindih dada Kenzio.
"Pantes, ternyata lo belajar itu dari sana." Kata Kenzio akhirnya.
Pipi Zafanya memerah. Benar atau tidak, sepertinya Zafanya tau maksud 'itu' yang Kenzio sebutkan. Kenzio melepaskan tangannya dari tangan Zafanya, tetapi cewek itu tetap diam diatasnya seperti patung.
"Mau apa lagi lo? Kiss?" Tanya Kenzio menarik satu sudut bibirnya, membuat pipi Zafanya semakin memerah.
"B-boleh?" Tanya Zafanya dengan mata bulatnya yang polos, membuat Kenzio lagi-lagi meringis. Kelakuan ya tak sesuai dengan kepribadian asli cewek itu, tak sesuai dengan wajah menggemaskannya.
"Dalam mimpi." Kata Kenzio mendorong Zafanya pelan, "Tidur, udah jam 10." Katanya sembari berlalu menuju kamar.
"Yakin nggak mau, Kak?" Tanya Zafanya lagi, dia masih duduk di karpet.
"Kapan-kapan deh." Jawab Kenzio santai sebelum memasuki kamarnya.
Iya, santai seperti angin lewat, tetapi berhasil membuat jantung Zafanya berdetak semakin kencang. Wajahnya memerah padam, sudah tak tertolong lagi.
•••