NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

013 : Sejenak ke Kota Lama

Di hari libur ini Daniel berencana pergi ke rumah lamanya di Kota Bandung dengan keperluan mengambil beberapa benda miliknya yang masih tertinggal di sana. Ia pergi ke Bandung dengan menaiki kereta. Pukul 6 pagi Daniel sampai di stasiun, lalu membeli tiket dan menunggu sekitar 15 menit baru dia dapat menaiki kereta.

Penumpang kereta di pagi ini tidak begitu ramai sehingga Daniel dapat duduk dengan nyaman serta masih ada bagian kursi kosong di sebelah untuk meletakkan ranselnya. Selama perjalanan rasa kantuk dalam diri Daniel kembali muncull, "Hoam... ngantuk sekali! Ingin rasanya memejamkan mata ini." karena harus berangkat pagi, ia sudah bangun tidur mulai jam 3 dini hari.

Kepergian Daniel ke kota lamanya tanpa sepengetahuan Pak Akhtar. Ia memang sengaja tidak memberitahu ayahnya karena beliau terlalu sibuk dalam menggarap produksi film baru sehingga jarang sekali berada di rumah. Lagipula jika beliau tahu, Daniel sudah dapat menebak pasti dia tidak akan diizinkan untuk pergi ke Bandung.

Perjalanan dari Kota Jakartake Bandung dengan kereta memakan waktu kurang lebih 3 jam. Dalam durasi waktu tersebut Daniel lewati dengan tertidur nyenyak di gerbong kereta. Saat bangun ia sudah tiba di salah satu stasiun Kota Bandung.

Selepas naik kereta, Daniel masih harus naik bus agar bisa sampai di rumah lama. Namun, karena jadwal bus lewat belum saatnya, Daniel memutuskan untuk naik taksi saja. Hanya dengan 15 belas menit ia sudah sampai tepat di depan rumah.

"Oh my sweetie home!" Daniel sangat merindukan tempat di mana banyak tersimpan kenangan indah bersama almarhum sang ibu. Memang dia datang ke Bandung untuk mengambil beberapa barang peninggalan almarhum Bu Danita yang belum sempat dia bawa saat pindahan bersama ayahnya. Rumah itu masih terlihat sama, hanya saja debu yang menyelimuti semakin tebal serta tumpukan sampah dedaunan di halaman depan.

"Ibu aku pulang!" ucap Daniel saat pertama kali memasuki pintu depan rumah. Daniel sudah terbiasa mengucap kalimat tersebut begitu tiba di rumah dan pastinya selalu ada sosok Bu Danita yang sedang menunggu putranya pulang. Sayangnya sekarang itu sudah tidak ada lagi. Hanya tersisa ruangan kosong yang Daniel dapati saat ini. Karena tidak ada yang menyambut kedatangannya, ia segera menuju ke kamar almarhum Bu Danita di lantai dua.

"Ibu maaf aku datang terlambat. Mulai sekarang ibu tidak akan sendiri lagi, karena aku akan membawa benda-benda milik ibu bersamaku! Dengan begitu sosok ibu akan selalu ada di dalam ingatanku!" ujar Daniel sembari mengemas beberapa benda milik almarhum Bu Danita yang berharga dan sayang jika ditinggalkan begitu saja. Terutama sebuah liontin emerald yang biasa beliau pakai. Dan beruntungnya Daniel berhasil menemukan liontin tersebut.

"Akhirnya kutemukan juga liontin indah ini!" liontin emerald itu adalah benda terakhir yang hendak Daniel bawa bersamanya.

***

Selesai mengambil beberapa benda dari rumah lamanya, Daniel menyempatkan diri untuk pergi ke tempat pemakaman. Karena tempat pemakaman almarhum Bu Danita dan Ella berada di tempat yang sama, maka Daniel berencana untuk mengunjungi keduanya.

Setibanya di tempat pemakaman, Daniel langsung menuju makan ibunya. "Ibu aku datang!" ucap Daniel. Ia langsung meneteskan air mata begitu melihat sosok almarhum Bu Danita di atas batu nisan. Ia mengusap lembut wajah wanita paruh baya yang terukir jelas di batu nisan.

Tanpa disangka sosok Bu Danita muncul di hadapan Daniel dengan pakaian serba putih. Wajah beliau terlihat begitu cerah dan segar saat meraih wajah putranya yang tampan. Dengan senyum indah sembari mengusap air mata di pipi Daniel beliau berkata, "Putra ibu yang tampan ini kenapa menangis? Ayo dong senyum! Jangan khawatir ibu baik-baik saja!"

"I-ibu!" mata Daniel terbelalak lebar. Ia sangat terkejut dengan kehadiran sang ibu yang nampak jelas didepannya. Saat tangan Daniel hendak meraih tangan halus Bu Danita di pipinya, perlahan sosok itu memudar hingga menghilang tak berjejak. Daniel menengok kanan kiri untuk mencari keberadaan ibunya, namun ia harus sadar bahwa itu tidak mungkin terjadi dan tadi hanyalah sebuah halusinasi.

Plak…

Untuk menyadarkan diri sendiri, ia pun menampar kedua pipinya secara bersamaan. "Sadarlah Daniel itu tadi hanya halusinasimu saja!"

Setelah merasa lebih tenang, Daniel menghembuskan napas panjang. "Huft..." ia berharap dapat mengeluarkan semua beban yang terus mengganggu pikirannya. "Ibu, sepertinya aku belum bisa menerima kepergianmu sampai sekarang. Ibu terlalu baik untuk pergi secepat ini. Tapi aku harap ibu baik-baik saja di sana dan tidak ada lagi yang menyakiti ibu... termasuk ayah!"

Sekarang Daniel melangkah ke utara untuk menemui Ella di tempat peristirahatan terakhirnya. Keberadaan Ella secara nyata sudah tidak ada lagi di dunia ini dan kini raganya terbaring kaku di bawah tanah. Meski begitu Daniel masih ingin menemui gadis itu walau hanya gundukan tanah yang bisa ia lihat.

"Lama kita tidak berjumpa! Apa kabar? Apakah dingin berada di sana?" tentu saja tidak ada respon jawaban jika berbicara dengan benda mati berupa gundukan tanah. Semilir angin hangat menerpa wajah Daniel terasa seperti kehangatan dari tangan Ella lah yang telah menyentuhnya. Angin hangat itu hanya sekali datang dan berlalu begitu saja dengan cepat. Sama halnya kehadiran sosok Ella yang terjadi sekali di kehidupan Daniel dan ketika ajal sudah tiba tidak ada kesempatan kedua yang bisa membawanya bangkit dari kematian.

Bangkit dari kematian tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Jika pun ada itu hanya terdapat dalam cerita dongeng atau kisah fiksi lainnya berkat sebuah keajaiban. Mencari keberuntungan dalam kehidupan saja sudah susah apalagi mencari sebuah keajaiban. Bahkan ahli sihir pun tidak bisa menunjukkan bagaimana teknik immortal untuk mengembalikan nyawa seseorang ke dalam raga aslinya. Namun, jika suatu saat nanti Daniel diberi kesempatan bertemu dengan Ella lagi maka dia sangat beruntung mendapatkan keajaiban itu.

"Ella maafkan aku! Selama kamu masih hidup aku belum bisa membuatmu bahagia ataupun melindungimu. Padahal kamu selalu ada di dekatku. Aku menyukaimu, tapi ternyata rasa sukaku tidak cukup untuk menyelamatkanmu. Aku benar-benar minta maaf! Aku salah! Seharusnya aku tidak pernah meninggalkanmu seperti waktu itu!"

Daniel mulai teringat masa lalu saat dia sedang berselisih dengan Ella.

~ Flashback on ~

"Niel percayalah, semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" ucap Ella dengan penuh rasa cemas kepada sosok laki-laki yang terus membelakangi bahkan tidak menatapnya sama sekali meski mereka sedang bicara.

"Mana yang harus aku percaya? Jelas-jelas aku melihat mereka memperlakukanmu seperti itu tapi kamu malah diam saja?"

"Kamu melihatnya?" Ella semakin takut jika Daniel benar sudah tahu tentang hal yang selama ini ia coba untuk sembunyikan.

"Kenapa kamu tetap diam seperti ini? Bahkan tadi aku berusaha membantu tapi kamu malah menyangkal dan mengatakan kalau ucapanku tidak benar?!" Daniel meluapkan segala kekesalan yang ia rasakan karena usahanya untuk membantu seolah sia-sia.

"Aku tidak bermaksud seperti itu!"

"Lalu apa maksudmu?"

Ella merasa bahwa perdebatan ini semakin menjengkelkan untuk diteruskan. "Memang apa pedulimu?"

"Apa? Jelas-jelas aku peduli karena aku mengetahui semuanya!" tegas Daniel.

Namun, Ella berpendapat lain dari sikap Daniel yang nampak pada penglihatannya. "Tidak! Kamu tidak tahu apa-apa tentang diriku! Memang apa yang kamu tahu?"

"Ella kau..."

"Kenapa kamu marah dan bersikap seperti ini? Padahal aku yang mengalami semua ini tidak memiliki hak untuk marah! Jika kamu masih seperti ini jangan pernah katakan kalau kamu tahu segalanya tentang diriku! Kamu sama sekali tidak tahu! Dan jika kamu tahu... kamu pasti tidak akan melakukan hal ini! Dengan sikapmu egoismu itu bukannya memperbaiki keadaan justru keadaan ini akan semakin buruk!" rasa sesak di dada Ella kian menjadi-jadi, emosinya pun semakin tidak terkendali, serta sudah tidak tahan lagi berada di sana. Sebelum pergi ia menegaskan suatu hal kepada Daniel, "Kumohon jangan lakukan itu lagi! Aku harap kamu bisa mengerti!"

Setelah Ella berlalu lewat, Daniel sedikit pun belum berkutik. Ia masih berusaha mencerna maksud dari kemarahan Ella barusan. Padahal dia mencoba untuk membantunya namun bukannya rasa terima kasih yang didapat justru malah rasa kesal, amarah, serta peringatan untuk tidak melakukan hal itu lagi. Segalanya kian terasa rumit di benak Daniel.

Selepas kejadian itu hubungan Ella dengan Daniel menjadi renggang. Mereka mulai menjaga jarak akibat rasa canggung yang timbul dari pertengkaran kemarin. Sebenarnya mereka hanya berselisih paham.

Daniel yang biasanya sangat peduli dan selalu ingin tahu apa saja yang dilakukan oleh Ella, kini berubah sikap menjadi acuh dan dingin. Di sisi lain, Ella juga membiarkan keheningan menerpa diantara mereka untuk sementara. Bahkan saat berpapasan mereka berdua tidak saling bertegur sapa.

Situasi ini terus berlangsung, hingga akhirnya Daniel kehilangan kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka selamanya. Namun, dari situlah Daniel baru sadar tentang maksud dari sikap Ella selama ini. Bukannya Ella tidak membutuhkan kepeduliannya, namun rasa peduli itu lah yang justru membawa Ella pada akhir hidup nan tragis.

~ Flashback off ~

Mengingat kembali hal itu membuat Daniel tiada hentinya meminta maaf, "Ella maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf! Hiks hiks..."

Andaikan saja waktu dapat diulang, maka dia akan memilih untuk tetap diam dan mendengarkan semua yang Ella katakan padanya. Tapi apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Dan sekarang Ella sudah berada di alam kubur.

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!