NovelToon NovelToon
Istri Yang Tak Di Anggap

Istri Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: laras noviyanti

Candra seorang istri yang penurunan tapi selama menjalani pernikahannya dengan Arman.

Tak sekali pun Arman menganggap nya ada, Bahkan Candra mengetahui jika Arman tak pernah mencintainya.

Lalu untuk apa Arman menikahinya ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 12

Candra berdiri di depan jendela kafe, memandangi kerumunan di luar. Aroma kopi baru diseduh dan kue-kue manis menyebar ke sekeliling, tetapi pikirannya terjebak jauh di tempat lain.

“Kenapa ya, dia datang ke sini?” Candra bergumam pada dirinya sendiri. Kenangan wajah Arman muncul, gambaran kosong di balik senyumnya yang datar.

Dira, temannya, berjalan mendekat dengan sebotol air mineral di tangan. Dia menjulurkan botol itu.

“Candra? Kau harus minum. Jangan terlalu banyak berpikir.” Dira menyenggol lembut lengan Candra.

“Arman. Dia datang ke kafe kita. Apa maksudnya?” Candra tidak bisa menahan kekhawatirannya.

“Kalau mau, kita bisa tanya langsung. Dia sudah pergi dari hidupmu. Kenapa biarkan dia mengacaukan pikiranmu?” Dira berkata dengan tegas, mencoba memberi semangat.

“Tapi aku merasa aneh. Seolah-olah dia tidak bisa melepaskan. Seperti ada sesuatu yang belum selesai.” Candra menatap Dira, mencari jawaban di matanya, tetapi hanya menemukan keyakinan.

“Dengarkan. Dia mantan suamimu. Sudah jelas, kan? Sekarang fokus pada kafe ini, pada kita.” Dira menyandarkan punggungnya di meja, menatap Candra dengan intens. “Tentu lebih baik daripada memikirkan pria itu.”

Candra menggigit bibir bawahnya. “Tapi bisa jadi dia ingin memberi tahu sesuatu. Mungkin inginnya kembali.”

“Candra! Kau sudah berjuang untuk bebas. Jangan jatuh ke dalam perangkapnya lagi.” Dira melangkah maju, lebih dekat.

Desahan Candra mengisyaratkan keraguannya. “Kadang-kadang, aku merasa dia tidak benar-benar mengerti perasaanku. Semua yang kulakukan—tautnya seperti terlepas dari hati dan pikiranku.”

Dira mendengus, menyentuh bahu Candra. “Jangan biarkan dia mengacaukan mimpimu. Kita sudah melangkah jauh. Kafe ini, rencana kita—lihat sekeliling! Ini semua pilihanmu. Pilih kebahagiaan.”

Candra mengamati pelanggan yang tertawa di meja sebelah, mengingatkan pada hidup yang ingin dia raih. Namun bayangan Arman kembali mengganggu ketenangannya.

“Apakah kau yakin dia akan pergi selamanya??” Candra bertanya pelan, ragu akan arah pikirannya sendiri.

“Kita tidak pernah bisa tahu apa yang ada di pikiran seseorang, tetapi bukankah lebih baik kita terfokus pada masa depan?” Dira menyangkal, bertahan pada pendirian yang semangat.

“Entahlah,” Candra akhirnya menghela napas. “Aku hanya berharap, jika dia datang, setidaknya ada penjelasan. Kenapa semua harus begini?”

Dira berbalik dan mengamati kafe mereka. “Kau bisa memberi penjelasan pada dirimu sendiri: kau kuat, mandiri. Pergi dengannya hanya akan membuatmu mundur.”

Kedua sahabat itu terdiam, membiarkan pikiran bergantungan di udara. Candra memberanikan diri, mata melekat pada Dira.

“Tapi, jika dia benar-benar ingin kembali?”

“Jika dia ingin kembali, kau sudah tahu jawabannya. Menolak adalah pilihan yang paling baik.” Dira menjawab, sudah tak sabar mengakhiri pembicaraan ini. “Kau harus ingat, cinta tidak selalu membuat bahagia.”

Candra menggeleng pelan. Matanya berkilau penuh haru. “Tapi cinta itu aneh. Terkadang, kita masih rindu meski tahu itu salah.”

Suasana memanas saat seorang pelanggan baru memasuki kafe. Candra menebak, tatapan wanita itu, semangatnya yang bersinar. Wanita itu menyapa satu meja ke meja lain, lalu duduk di sudut kafe.

“Kau lihat dia?” Candra menunjuk. “Sepertinya dia sangat bahagia.”

“Kita semua mendambakan itu.” Dira mengukir senyum, tetapi gelisah di wajahnya tampak jelas.

Candra menggigit kuku, menghadang rasa cemas. “Apa dia akan datang lagi? Apa yang harus kulakukan?”

“Berhenti berpikir tentangnya! Ini bukan tentang dia. Lihat ke depan dan teruslah bergerak,” suara Dira masih tajam, menggema di telinga Candra.

Candra mengelola napas dalam-dalam. “Baiklah. Aku akan mencoba.”

Dira melihat Candra yang masih menggigit kuku, seolah mengandung keraguan. Dia melontarkan senyum percaya. “Buat dirimu sibuk. Pikirkan menu baru untuk kafe kita.”

Candra mengangguk, berusaha menarik perhatian dari kenangan menyakitkan. “Aku memikirkan kue cokelat mini yang bisa jadi pilihan menawan. Bagaimana?”

“Bagus! Kita bisa tambahkan topping buah segar. Pasti disukai!” Dira merespons penuh semangat, wajahnya berbinar.

Lalu, atmosfer kafe yang ceria mulai mengalir ke dalam pikiran Candra, sedikit demi sedikit mengusir bayangan Arman dari kepalanya. Dia membayangkan pelanggan yang tersenyum sambil menikmati kue hasil kreasinya.

“Saat itu terjadi, aku ingin melihat pelanggan datang berbondong-bondong,” Candra berucap, membawa imajinasi ke skena yang lebih cerah.

Dira mengangguk, meluk tangan Candra. “Dan kita harus mempromosikannya di media sosial. Mamerkan karya-karya kita. Siapa tahu, orang-orang di luar sana lebih mengenal kita.”

“Benar. Kita bisa bikin foto yang estetik,” ide Candra mengalir, semakin bersemangat. “Jadi, mereka bisa lihat bagaimana kafe kita yang hangat.”

“Yup! Dan jangan lupa, live streaming bisa menjadi pilihan lain. Menunjukkan langsung cara membuat kue dan kopi. Kita punya energi yang bisa dibagikan!” Dira menggenggam tangan Candra, matanya berbinar.

Candra tersenyum, semangat itu mulai mengalir kembali. “Kita akan membuatnya luar biasa! Setiap kue, setiap momen—itu milik kita.”

“Ya! Awal baru. Mari kita bangun impian ini,” Dira bangkit, berjalan ke arah meja tempat orang-orang duduk untuk memperbaharui menu.

Candra mengamati Dira, merasakan kehadiran rekannya membawa kehangatan. Dira sudah berusaha keras untuk mendukungnya, memberikan dorongan ketika dia merasa terpuruk. Kini, ide-ide penuh warna mulai bermunculan kembali di dalam otaknya.

1
murni l.toruan
Rumah tangga itu saling komunikasi dua arah, agar tidak ada kesalah pahaman. Kalau hanya nyaman berdiam diri, itu mah patung bergerak alias robot
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!