Raisa tidak menyangka jika neraka yang sekarang ia tempati jauh lebih menyeramkan dari neraka sebelumnya.
Ia tahu jika pernikahannya hanyalah sebuah untung rugi. Tapi dia tidak menyangka jika harga dirinya akan terkuras habis dihadapan suaminya.
Bagaimana kehidupan Raisa setelah menikah dengan pria yang sangat berkuasa di negeri ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sheisca_4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Kalian pikir jika Raisa sedang sakit Arga akan berbuat baik pada Raisa? Tentu saja ekspetasi kalian salah besar.
Dengan sisa tenaga yang ada Raisa tetap melayani Arga.
Sebenarnya apasi maunya? Kenapa dia suka sekali menyiksaku setiap harinya. Menjahiliku tidak ada habisnya. Aku takut padanya sekaligus jengkel! Tingkahnya seperti orang gila.
Tapi setidaknya dia memiliki wajah yang tampan, itu bisa menjadi obat saat aku keracunan dengan tingkahnya. Wajahnya yang tenang saat tertidur menjadi healing tersendiri bagiku, sangat berbeda saat matanya sudah buka dan mulutnya mengatakan kata-kata yang tak layak sudah seperti iblis dalam neraka.
"Heh air."
Raisa mengambilkan air yang jelas-jelas ada di meja dekat ranjang. Tanganmu fungsinya untuk apasi Tuan, Raisa mendelik jengkel tapi bibirnya membentuk senyuman.
"Siapkan air."
Setelah mengatakan itu Arga berjalan menuju ruang ganti. Raisa segera menyiapkan air untuk Arga mandi. Setiap harinya begini. Raisa melirik tangan yang bekas di infus.
Hari ini tepatnya hari kejadian mengerikan waktu itu. Raisa tidak menyangka jika itu akan menjadi trauma yang mendalam dalam ingatannya.
"Setidaknya kali ini aku tidak begitu terpuruk." Guman Raisa.
"Sepetinya kau belum sadar ya. Kau bicara dengan siapa?!"
Arga yang tiba-tiba muncul tanpa sehelai benang pun membuat Raisa berjengkit kaget.
"Pijat punggungku!"
"Baik Tuan."
"Kau tidak bisa memijit dengan keras, apa Busil tidak memberimu makan!"
"Maaf Tuan." Raisa mengeraskan tekanan tangannya pada Arga.
"Heh kau mau membunuhku ya!"
Heuhh, Raisa mengerutkan bibirnya.
Maunya apa sih manusia ini! Aku pijit lembut dia bilang ga kerasa. Aku kuatkan kau bilang ke kencangan. Kenapa tidak bunuh aku saja Tuan Arga.
"Maaf Tuan. Kalau seperti ini bagaimana? Apakah pas?"
"Hmm."
Sambil memijat bahu laki-laki di depannya Raisa memandang leher putih bersih itu rasanya ingin dia gigit.
"Apa yang kau lakukan!" Arga menoleh, melihat Raisa sudah menempelkan giginya di bahu Arga. Tidak! Bahkan dia sudah mengigit bahu putih mulus itu.
"Haaaaa! Tuan maaf, maafkan saya." Raisa sudah ambruk terduduk ke belakang. Dia pasti sudah gila!
"Kau berani mengigitku!" Arga sudah rapi memakai stelan jas dan selesai memasangkan dasinya. Sementara Raisa duduk berlutut sambil menundukan kepalanya.
"Maaf Tuan, maafkan saya. Saya pasti sudah gila."
Arga berjongkok di depan Raisa yang sedang menundukkan kepalanya. Dia mengangkat dagu Raisa yang tertunduk dengan jarinya.
"Kau tidak suka melayaniku?"
"Tidak Tuan." Jawab Raisa panik.
"Padahal kau sudah memohon dan melakukan apapun yang aku mau. Tepi ternyata itu semua hanya omong kosong yaa?"
"Tidak tuan! Maafkan saya. Sepertinya saya belum sadar dan masih pengaruh infus."
"Kau mau menyalahkan Haris kali ini?!"
"Tidak Tuan. Ini memang kesalahanku."
"Kau mau di tendang dari rumah ini sekarang? Aku penasaran setelah aku buat keluargamu hancur apakah mereka masih menerimamu?"
Wajah Raisa langusng pias. Tidak, kalau sampai dia terusir dari rumah ini karena Arga membencinya, keluarganya juga akan ikut hancur. Jadi kalau dia pergi dari rumah besar ini sangat jelas akhir hidupnya akan bagaimana.
Ayah dan ibu tirinya akan sangat membenci dirinya. Belum lagi dia akan di teror oleh Jane. Dapat Raisa bayangkan akan sekacau apa hidupnya saat Tuan Arga membenci dirinya.
Wuhhh jangan sampai itu terjadi.
"Tidak Tuan, saya akan melayani anda dengan baik sesuai aturan yang anda buat. Saya akan melakukan yang terbaik. Saya mohon ampuni saya."
"Aku bosan mendengarmu! Minggir!"
"Tidak Tuan." Raisa memeluk kaki Arga. "Jangan buang saya, saya mohon."
Arga melihat ujung mata Raisa mulai menganak sungai, dia tersenyum dan entah kenapa dia merasa senang. Sebenarnya gigitan Raisa sama sekali tidak sakit dia saja yang lebay. Arga berdehem pelan.
"Baiklah jangan menangis, lepaskan tanganmu. Ambilkan sepatu sana."
"Baik Tuan."
Kenapa dia jadi imut begitu si kalau ketakutan.
Arga menggelengkan kepalanya, menyesali apa yang dia katakan barusan.
"Heh."
"Iya Tuan?" Raisa sudah selesai dengan sepati Arga.
"Duduk."
Dia mau apa lagi si. Ga ada habisnya.
"Kau pakai kartu yang aku berikan padamu?"
Raisa meremas jemarinya. Apa ini, apa dia marah karena aku memakai kartunya dua kali untuk rambut dan kontak lensa kemarin.
"Iya aku pakai untuk mengkeritingkan rambutku dan membeli beberapa kontak lensa di optik."
"Aaa kontak lensa yang nyangkut di mata mu itu ya."
Hei hei kenapa menyentuh rambutku.
Arga menggulung rambut Raisa di jemarinya, semakin menggulung Raisa pun ikut menggeserkan tubuhnya mendekat ke arah Arga.
Dia ini kenapa si.
"Bulan ini kalau kau tidak memakai kartu lebih dari 20 kali aku akan menghukummu."
"A-apa."
Raisa merinding, Arga berbicara tepat di dekat telinganya.
"Kau mau di hukum apa?"
"Tidak Tuan. Saya akan memakai kartu yang anda berikan lebih dari 20 kali."
Arga mengibaskan tangannya, melepaskan rambut Raisa. Bibirnya terlihat tersenyum tipis saat berjalan keluar kamar. Sementara Raisa mengikuti dari belakang. Terlihat sangat geram.