Gwen Itzayana 27 tahun, gadis cantik yang berprofesi sebagai pengacara muda di kota New York. Harus berurusan dengan kartel narkoba di Meksiko setelah ayahnya seorang polisi yang sedang menyamar di dalam organisasi itu.
Penyamaran Eduardo berhasil di ketahui anggota kartel, menyebabkan pria itu di bunuh secara kejam.
Gwen menangisi kepergian Eduardo, hingga gadis itu nekat bertolak ke Meksiko dan menyusup ke dalam organisasi yang paling di takuti seantero negeri Sombrero tersebut.
Bagaimana nasib Gwen, mampukah ia bertahan hidup di antara penjahat-penjahat kejam itu. Apakah penyamaran nya akan di ketahui?
Terlebih Gwen di hadapkan pada pimpinan kartel di luar dugaannya. Apakah itu?
Ikuti kelanjutan kisah ini ya. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca 🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SATU PENYAMARAN TERBUKA
Sinar matahari pagi menerobos masuk lewat kaca jendela, menyentuh tepat ke mata Gwen yang terlelap.
Kelopak mata gadis itu bergerak-gerak saat merasakan silau yang terasa menusuk.
"Kau sudah bangun?".
Suara berat itu sontak membuat Gwen melonjak terduduk dengan mata melotot mencari pemilik suara bariton itu.
Menyadari dia Rafael, bos-nya yang tengah berdiri di depan jendela balkon yang sedang menatap jauh ke depan, spontan tangan Gwen menarik selimut tebal menutupi tubuhnya hingga ke atas.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kau ada di kamar ku?", hardik Gwen tanpa perduli siapa yang ia ajak bicara.
Rafael membalikkan badannya dan melangkah mendekati tempat tidur. Laki-laki itu berdiri di depan Gwen sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Kamar mu?", ucap Rafael balik bertanya.
Perlahan Gwen mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar bernuansa monokrom. Hitam dan putih dengan furniture-furniture mahal tertata rapi di kamar berukuran luas itu.
Bahkan Gwen baru menyadari sekarang aroma parfum Citrus begitu lekat tercium olehnya.
Kedua mata Gwen bulat sempurna. "Kenapa aku berada di kamar ini?"
Rafael menatap tak berkedip wajah gadis yang terlihat begitu kebingungan itu.
"Apa kau lupa yang terjadi pada mu, Gwen? Apa aku perlu memanggil dokter Valverde lagi untuk memeriksa kondisi mu? jangan-jangan gegar otak yang kamu alami semakin parah dan sekarang kau mengalami amnesia", ujar Rafael dengan wajah serius.
Gwen terdiam. Gadis itu melihat tubuh nya yang kini memakai kemeja longgar berwarna putih. Ia pikir itu kemeja Rafael yang begitu kebesaran di tubuhnya.
Kemudian tangannya meraba kepala bagian belakang. Menyentuh seperti perban. Gwen merasakan sebagian rambutnya di pangkas.
"Aku terjatuh dari kuda ketika hendak kembali ke hacienda. Ada petir besar yang membuat panik kuda-kuda mu. Ada pohon yang tumbang di depan kuda-kuda kami", ujar Gwen pelan.
"Kemudian aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, hingga terbangun di kamar mu, tuan Rafael", ucapnya lagi.
Rafael masih terus menatap gadis itu dengan tatapan menghunus tajam.
Gwen berusaha untuk turun dari tempat tidur yang ia yakini merupakan tempat tidur Rafael. Tentu saja kini Gwen merasa tidak enak pada laki-laki itu. Terlebih kamar adalah area privacy seseorang.
Namun kakinya sangat sakit ketika berdiri. Gadis itu kembali terduduk di tepi tempat tidur.
"Ahh kakiku sangat sakit", ucapnya terdengar meringis.
"Paling tidak kau istirahat satu minggu untuk pemulihan. Kau harus bersyukur tidak kehilangan nyawa mu, Gwen. Daerah di sana sangat berbahaya jika turun hujan deras. Aku melarang mu menggiring kuda ke sana, jika kau belum berpengalaman. Kamu harus berlatih. Jika sudah paham baru bisa menaklukkan medan. Aku tidak menugaskan mu untuk melakukan semua pekerjaan di perkebunan dan peternakan, Gwen. Aku memberi mu pekerjaan sebagai penjinak kuda liar seperti yang kamu lakukan kemarin. Jika tidak ada kuda liar yang harus kau jinakkan, kamu bisa bersantai tanpa harus mencangkul tanah dan ikut tugas pengembala itu ke padang rumput", ujar Rafael penuh perhatian.
Gwen merasa sepertinya Rafael begitu mengkuatirkan nya. Namun cepat-cepat ia tepis rasa itu. Tidak mungkin laki-laki itu kuatir padanya. Memangnya siapa Gwen. Ia hanya seorang buruh di perkebunan milik Rafael. Kebetulan saja mengalami kecelakaan, sehingga laki-laki itu membantunya dan menempatkan di kamarnya.
Perasaan sentimentil itu cepat-cepat di buang Gwen dari otaknya ketika ia ingat siapa Rafael sebenarnya. "Ingat tujuan mu Gwen! Dia serigala pemangsa yang kejam. Ia membunuh ayah mu!".
Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinga Gwen. Menyadarkan nya.
Sesaat Gwen tercenung mengingat sesuatu. "Bukankah kemarin tuan Rafael tidak ada di perkebunan ini. Kenapa tiba-tiba ia sudah kembali sekarang?", batin Gwen pada dirinya.
Gwen mengangkat wajahnya menatap manik coklat terang milik Rafael yang kini berdiri di hadapannya. "Maafkan aku sudah merepotkan mu tuan Rafael. Aku akan kembali ke kamar ku. Terima kasih untuk semua bantuan mu–"
Tiba-tiba tangan laki-laki itu mengangkat dagu Gwen. Mengerutkan keningnya. Kini laki-laki itu menghunuskan sorot tajam pada Gwen.
"Kenapa kamu memakai kontak lens hitam, Gwen? Kenapa kau menutupi mata indah ini, dengan warna yang berbeda. Apa kau menyembunyikan sesuatu? Apa kau tidak ingin orang lain mengetahui rupa mu yang asli?"
Pertanyaan Rafael sontak membuat tubuh Gwen gemetaran. Ia tidak menyadari kini tidak mengunakan kontak lens. Mungkin terlepas saat terjatuh atau ketika dokter memeriksa matanya. Artinya sekarang Rafael mengetahui warna asli matanya. Biru terang.
"Tuhan bantu aku menemukan jawabannya..."
...***...
To be continue
Hm... sepertinya ada yg bakal di halalin ini mah /Grin/