Selalu Aku Yang Mengalah

Divya sampai dikantor. Hari ini dia akan sangat sibuk. Ia akan menggembleng habis - habisan crew- crew nya. Hari dimana menjadi hari bersejarah dalam hidupnya.

"Ah si*l "

umpat seseorang di depan pintu lobi.

" Kenapa kamu?" tanya judes Alexander kepada yang mengumpat.

" Eh ada pak manajer," ia menoleh kearah sumber suara kemudian, tersenyum.

" Kenapa kamu hah? Dengar ini kantor, jangan pengeluaran kata - kata kasar! " tegur Alexander.

Kemudian, Alexander mendekatkan wajahnya ke orang itu. Alexander membisikan sesuatu.

"Kamu mau kayak si Alif?"bisik nya. Pria itu di takut - takuti oleh ucapan Alexander. Walaupun ,dengan nada bercanda. Namun, hal itu membuat orang itu hampir jantungan. Takut di pecat, seperti teman kerjanya yang hanya salah mengucapkan kata dengan kata-kata kasar.

" Eh, ya tidak mau lah, pak manajer,"jawabnya.

Divya berjalan melewati keduanya.

" Yasudah , jangan diulangi lagi!"tegur nya.

Alexander berlalu dari hadapan pria itu.

" Ck, Alex ini malah menakut -nakutin saja! Si Alif lam ngomongnya ngak pake filter langsung asal jeplak ,anj** lah,Baby lah, hihihi." ucapnya terkekeh.

" Untung aku tadi tidak bicara kotor. Lagian aneh kali kantor ini. Ngomong kasar aja langsung di pecat. Bagaimana, kalau korupsi ya," ia berbicara sendiri dengan kekeh annya.

Setelah berbicara sendiri pria itu masuk kedalam ruangan khusus karyawan.

" Eh Mud, baru datang!" sapa Raka. Melihat kawannya masuk kedalam ruangan tempat mereka bekerja.

Pria yang di panggil Mud itu, menengok kanan kiri. Terlihat hanya temannya Raka saja.

" Yoi nih, yang lain belum pada datang ya?" tanya balik pria yang dipanggil Mud itu.

" Udah pada datang mereka. Kamu yang terakhir datangnya,"Jawab Raka ia sengaja menunggu teman nya itu.

" Terus mereka dimana?" Mud celangak - celingukan menoleh kanan kiri kembali.Tetap tidak menemukan siapapun.

" Mereka udah di ruang meeting. Ini aku sengaja nunggu kamu,"jelas Raka.

" Yang bener, aduh aku telat dong!" lirihnya.

" Makannya ayo cepet ke ruang meeting sekarang!"Raka mendorong punggung Mud pelan. Menuntunnya keluar dari luaran khusus karyawan.

" Bentar Rak! Ini kok meeting nya tidak disini aja ya? Biasanya disini loh!" heran Mud.

" Entah!" Raka mengedikkan bahu . "Udah lah Mud! Cepat pergi! Nanti ketinggalan informasi!"lanjutnya kembali mendorong tubuh Mud keluar ruangan.

"Permisi, maaf kami terlambat!" ucap mereka kompak.

Ruangan meeting sudah dipenuhi oleh karyawan , supervisor, dan para manajer.

"Silahkan duduk!" ternyata sudah ada manajer yang memulai meeting.

Ruangannya besar muat untuk dua ratus orang duduk.

Meeting kali ini dihadiri oleh empat manajer sekaligus, beserta para supervisor mereka, dan tentunya dengan karyawan-karyawan mereka.

Semuanya mendengarkan dengan hikmat begitu pun dengan Divya,Yovan,dan Vina.

" Saya harap bulan ini kalian dapat mencapai target bulanan ,oke?" tanya Alexander lantang.

" Siap insyaallah. Kami mencapai target!"jawab serempak semuanya.

Akhirnya semua membubarkan diri dari ruangan meeting. Sekilas informasi, kursi nya modern ada meja lipatnya.

" Halo, mbak Divya. Apa kabar? Pasti sehat dong ya, seperti sekarang." Vina bertanya dan menjawab sendiri.

" Tentu saya sangat baik Vina. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertanya keadaan saya?"Divya tersenyum dan berlalu dari hadapan Vina.

" Huh, pasti dia sok kuat aja tuh. Hatinya rumek ,heh," Vina mencibir.

" Loh, maksud kamu apa ngomong begitu Vina? Divya hatinya rumek kenapa?" Tanya Luci yang tiba tiba-tiba datang. Sekilas info, Luci sudah menjadi manajer guys.

" Eh,emang tadi aku bicara begitu?" polos Vina.

" Ck kamu ini, tidak mau cerita gitu sama aku? Si Yovan nya selingkuh ya, sukur in!"Tawa sinis Lucy.

" Iya tuh, siapa suruh merebut calonnya bestie kita ya," celetuk Windi.

" Udah ah! Ngapain ngomong begitu,sih? Mending kita kerja aja yang bener!" ucapan Vina dengan hatinya beda.

" Padahal kamu baik banget ya Vin. Eh, dianya malah nikung," celetuk Jennifer.

"Nikung bagaimana si mbak. Orang mas Divya dan Yovan jadian Si Vina nya kan udah punya pacar huh!" seru Nindi.

"Ih benar juga ya kata kamu bin. Vina kan pacaran sama si siapa si yang ke Cilacap itu?" ucap Jennifer.

" Iya si itu lah. Ayo cepetan nanti ke habisan tempat!" seru Nindi.

percakapan mereka masih terdengar ditelinga Vina ,Lusi,Windi, dan semua karyawan yang berbarengan dengan mereka.

"Ihhh bener tuh yang dibilang Nindi. Kan Si Vina masih pacaran sama si itu ya kan teman - teman?" tanya karyawati dari manajer yang berbeda. Maksudnya ,bukan anak buah dari ke empat manajer yang meeting tadi.

" Aneh - aneh kali si Windi ini ya Wey?" julid Alesya.

" Iya tuh!" seru serempak kawan - kawannya.

Banyak yang menentang argumen Windi yang berkata, Divya merebut calon pacar Vina. Padahal, Vina sudah mempunyai kekasih hati yang sekarang sudah pindah kerja ke Cilacap.

"Heh, ada apa ini ribut - ribut di depan gerbang?" Tanya seorang pria.