NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

"Jika kita benar-benar mencintai seseorang, maka kebahagiaan orang yang kita cintai akan kita letakkan di atas kebahagiaan kita sendiri."

Hari ini adalah hari pemilihan gaun pengantin, orang tua Adam menyerahkan semuanya kepadaku dan Kak Adam.  Biar aku sendiri dan Adam yang memilih, agar sesuai dengan keinginan hatiku dan Adam. Ibunya sangat baik kepadaku, ini pulalah motivasi ku untuk tetap melanjutkan ke pernikahan.

"Assalamu'alaikum," Adam datang, ia tersenyum seraya menyalami bapak dan ibuku, serta Abang iparku. Ia sangat lembut, ramah, dan hormat pada keluargaku. Tidak sedikitpun ia tunjukkan gelagat bahwa ia tidak menyukaiku.

"Wa'alaikumussalam, masuk nak Adam, bagaimana kabar ibu dan bapak di rumah sehat?" tanya Bapak basa-basi, seraya menepuk-nepuk pundak Adam. Mereka langsung terlihat akrab.

"Alhamdulillah, sehat om, kalau kabar om, Tante, dan Abang ipar bagaimana?" tanyanya, Adam balik aku meletakkan gelas berisi air minum di hadapan Adam, ayah, ibu, dan kak Reza.

"Alhamdulillah, sehat ayo silahkan di minum, ini langsung Zara sendiri yang membuatnya tanpa bantuan ibunya," ucap ayah berseloroh, sambil tertawa. Adam, hanya tersenyum.

Setelah lama berbasa-basi, kami pun pamitan untuk pergi ke sebuah boutique langganan ibunya Adam untuk memilih baju. Kata ibunya Adam terserah mau pilih baju di mana saja, tetapi aku bilang lebih baik pilih bajunya di boutique langganan ibu Adam saja. Sebab aku tidak terlalu tahu-menahu mengenai fashion, dan jarang pergi ke boutique juga jadi tidak tahu mengenai pakaian mana yang baik.

Sebelum naik ke mobil, Adam langsung membukakan pintu mobilnya untukku. Ia memperlakukan amat baik di hadapan orang tuaku. Meski ku tahu, ia sebenarnya tak mencintaiku. Tapi, perlakuan manis darinya cukup membuat hatiku berbunga-bunga.

Sepanjang perjalanan kami terdiam, Adam tidak berbicara sepatah katapun kepadaku, begitu pula denganku. Aku tak berani mengawali pembicaraan, aku tahu ia pasti masih ragu dengan perjodohan ini. Aku bisa mengerti itu.

"Kamu yakin ingin melanjutkan pernikahan ini Zara? Kamu kan tahu kalau cintaku telah habis kepada masa laluku," ujar Kak Adam membuka pembicaraan, perkataannya seperti belati yang menusuk hatiku. Setiap kali ia mengatakan masa lalunya, maka saat itu pula aku merasa hatiku patah berkeping keping.

"Ya, aku sudah sholat istikharah, dan hasilnya hatiku semakin yakin dan teguh untuk melanjutkan perjodohan kita ke jenjang pernikahan kak. Aku percaya pernikahan kita akan baik baiak saja,"  ujarku tanpa menatapnya, pandanganku lurus ke depan, melihat jalanan yang ramai oleh kendaraan.

Ku dengar dia menghela nafas, "baiklah kalau itu keputusanmu," ujarnya. Dan dia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan kencang. Aku tak perduli, jika dia ingin kami mati konyol berdua di mobil ini. Maka terserah dia, minimal aku mati bersama dengan orang yang aku cintai selama ini.

Tak lama kemudian, emosinya kembali stabil, dan ia kembali menyetir dengan hati-hati setelah sedari tadi kami dibanjiri suara klakson dari pengendara lainnya.

"Apa kamu tidak mempermasalahkan jika cintaku habis di masa lalu? Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu menginginkan suami yang mencintai, menyayangi, dan menerimamu apa adanya? Dan aku bukan orang yang tepat untuk kamu jadikan suami. Sebab sampai kapanpun aku tak akan bisa mencintai mu, aku tak akan bisa menerimamu, sebab aku masih menunggu masa laluku kembali," ujar kak Adam, aku tahu saat ini ia sedang berusaha mengontrol emosinya agar tidak kelepasan kepadaku. Dia memang pria yang baik, itulah sebabnya aku tergila gila kepadanya.

"Aku..." Aku menjawab ragu-ragu, wanita mana yang ikhlas jika calon suaminya masih mencintai masa lalunya? Aku sama sekali tidak ikhlas, aku sama sekali tidak terima jika kak Adam yang saat ini adalah calon suamiku tetapi masih menunggu masa lalunya kembali kepadanya.

"Aku apa?" tanya kak Adam. "Kamu nggak mau kan menikahi pria yang hatinya bukan untukmu, melainkan untuk wanita lain?"

Aku memejamkan mata sejenak, mengumpulkan tenaga dan kekuatan, untuk mengatakannya.

"Aku menerima jika kak Adam masih mencintai masa lalu kak Adam, bahkan jika kak Adam masih menunggunya untuk kembali kepada kak Adam, aku akan terima. Aku menerima Kak Adam apa adanya," ucapku dengan mata berkaca-kaca. Aku membuang muka darinya, dan melap air mataku yang berhasil menetes, aku tak ingin dia tahu kalau aku meneteskan air mata.

"Ayolah Zara, kita baru beberapa kali bertemu, itu artinya kamu juga belum mencintaiku kan? Masak iya selama berpuluh tahun hidup di dunia kamu tidak mencintai pria manapun? Kejar cintamu, jangan mengorbankan hidupmu hanya karena janjimu kepada orang tuamu untuk menikahi siapa saja pria yang mereka pilihkan. Aku tak layak untukmu," ucapnya, aku menatapnya, tetapi kak Adam tidak menatapku sebab  ia berbicara sambil fokus menyetir.

Aku tersenyum getir. Tahukah kak Adam bahwa yang ku lakukan saat ini adalah karena aku memperjuangkan cintaku? Dan tahukah dia bahwa satu satunya pria yang kucintai dalam diam bertahum tahun lamanya, itu hanya dirinya? Dan apakah dia tahu, bahwa satu satunya pria yang menurutku sangat layak untukku hanyalah dirinya. Aku menginginkannya lebih dari apapun.

"Selagi kita belum ijab kabul, pernikahan ini masih bisa kamu batalkan," ujar kak Adam, kini kami telah parkir tepat di parkiran boutique Resort, boutique langganan Bu Minah ibunya Adam.

"Aku tidak akan membatalkannya, sebab selain memenuhi janjiku pada orang tuaku, aku pun telah melakukan sholat istikharah. Dan hatiku yakin untuk melanjutkannya. Tetapi jika kak Adam ingin, kak Adam bisa melakukannya sendiri. InsyaAllah saya akan menerima apapun keputusan kak Adam dengan ikhlas," ujarku, jika dia ingin membatalkan pernikahan ini maka dia sendirilah yang harus melakukannya. Jangan memintaku untuk melakukannya. Sebab aku tak akan pernah bisa untuk melakukannya.

"Aku tidak bisa melakukannya, kamu sudah tahukan kalau dalam dua tahun terakhir ini aku divonis mengidap depresi, dan beberapa kali aku harus ke psikiater, bahkan aku harus pergi berguru ke beberapa pondok pesantren? Ibu dan ayahku sangat mengkhawatirkanku, dan pernikahan ini adalah harapan mereka satu-satunya untuk memulihkan ku. Mereka percaya dengan pernikahan ini, aku akan bisa melupakan masa laluku," ujarnya lesu.

"Aku tidak ingin berdebat apapun dengan Kak Adam saat ini. Aku telah mengatakan, bahwa orang tua kita sama. Orang tuaku juga sangat menginginkan aku untuk menikah, sebab mereka khawatir aku akan mati rasa dan tak ingin lagi menikah. Saat ini aku tidak menyukai laki-laki manapun, tidak denganmu atau dengan yang lainnya. Aku menikah murni karena permintaan orang tuaku." Ucapku berbohong pada kalimat aku tidak menyukai siapapun.

"Bagus, kalau kamu juga tidak menyukaiku. Sekarang kenapa kita tidak batalkan saja pernikahan kita" ujarnya.

"Kak Adam bilang kakak tidak ingin mengecewakan orang tua kak Adam kan?" tanyaku, iya mengangguk.

"Jika kita batalkan pernikahan yang tanggalnya sudah di tentukan, yang undangannya sudah dirancang, apakah itu tidak akan mengecewakan orang tua kak Adam?" tanyaku. Dan kak Adam terdiam. Ia merenung.

"Terkadang sebagai anak kita harus sedikit berkorban untuk membalas jasa mereka kak." ucapku lagi, dia tidak membalas apapun. Melainkan, dia langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam boutique lebih dahulu. Dan aku mengikutinya.

Di dalam boutique, seorang pelayan wanita datang untuk membantu kami memilih baju. Kulihat Adam hanya berdiri cuek, tanpak tidak bersemangat.

"Menurutmu, yang ini bagaimana?" tanyaku seraya menunjukkan kain Selayar berwarna emas. Adam menghelas napas dengan malas.

"Kamu pilih saja, semua barang di boutique ini bagus. Aku masih ada urusan lain, aku buru buru, jadi kalau bisa pilih bajunya yang cepetan sedikit." ujarnya tanpa merasa bersalah. Jika dirinya hari ini sibuk, lalu kenapa dia setuju untuk fitting baju hari ini, kenapa tidak di hari lain saja. Dan sekalipun dirinya sibuk, tak bisakah dia menjagaku agar tidak malu di hadapan pelayan boutique ini. Aku juga masih punya rasa malu.

"Ya sudah mbak, bungkuskan yang ini saja," ujarku menutupi malu.

"Yang ini ya mbak? Baik, mari ikut ke kasir mbak!" Ujar pelayan boutique meraih bajunya, dan membawanya ke kasir, dan aku   mengikuti si mbak ke kasir.

"Berapa totalnya mbak?" tanyaku, seraya mengeluarkan dompetku.

"Bu minah, meminta agar tagihannya di kirim ke rekening nya Bu, jadi barangnya ibu bawa saja," ujar kasir, aku ingin menolak tetapi Adam langsung menyela.

"Sudah, tagihannya di kirim ke ibu, mari kita pulang, aku buru buru masih ada urusan lain," ujarnya, langsung berjalan keluar boutique meninggalkanku.

"Calon suaminya?" ujar kasir heran, mungkin karena Adam terlihat begitu tidak perduli. Aku tersenyum, kemudian menyusul Adam. Wajahku sudah memerah, rasanya aku malu sekali, sebab tak diperlakukan istimewa oleh calon suami sendiri di hdapan orang lain.

\*\*\*\*\*

"Sekalipun kak Adam tidak menyukaiku, cobalah untuk bersahabat denganku," ujarku, kak Adam mengemudikan mobil menuju pulang ke rumahku.

Adam diam, dia tidak membalas sepatah katapun ucapan ku.

"Kak Adam tidak harus menganggap ku sebagai calon istri kak Adam, cukup menganggap ku sebagai teman kak Adam saja. Mau berteman denganku?" ujarku menatapnya, dan dia menolehku.

"Teman tidak menikah" sahutnya singkat.

"Jika kak Adam ingin membatalkan pernikahan ini silahkan, tetapi aku berharap kak Adam sendiri yang mengatakannya kepada orang tuaku. Sebab aku tidak mampu mengatakannya sendiri," ujarku.

Kak Adam terdiam.

Sepanjang perjalanan kak Adam tidak berbicara apapun, hinggalah kami sampai di depan rumahku.

"Sekarang semua terserah kepada kak Adam. Kak Adam bisa mengatakannya kepada orangtuaku, perihal kak Adam yang ingin membatalkan pernikahan ini. Aku ikhlas dengan semua keputusan kak Adam." ucapku, aku menyerah, aku memang mencintainya tetapi aku tidak ingin dia menikahi ku karena terpaksa. Beberapa Minggu belakangan ini, egoku berkuasa, aku selalu memaksakan diri agar dia menikahi ku apapun yang terjadi. Aku egois, aku mementingkan diri sendiri.  Tetapi kali ini tidak, aku tidak mau kalah dengan egoku sendiri. Kebahagiaan kak Adam lebih penting daripada kebahagiaan ku sendiri. Jika kak Adam bahagia, maka akupun turut bahagia, meskipun pada akhirnya aku harus kehilangannya. Aku ikhlas.

Kak Adam terdiam.

"Aku tunggu di dalam rumah ya kak, aku masuk lebih dulu," ujarku,

"Tunggu!" Kak Adam menghentikanku yang hendak turun dari mobil.

"Kita masuk ke dalam rumah sama sama" ujarnya, aku mengangguk.

Kami berjalan pelan, untuk pertama kalinya kak Adam berjalan berdampingan dengan ku, meski ada jarak diantara kami. Tetapi aku cukup bahagia untuk ini.

Sesampainya di dalam rumah kami di sambut oleh senyum bahagia dari bapak dan ibuku. Aku langsung ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Adam, dan Adam duduk bercengkrama dengan ayah dan ibuku.

Sesampainya di dapur, aku tak kuasa menyembunyikan sakitnya hatiku. Aku menangis sejadi jadinya tanpa suara. Aku meluapkan emosiku dengan berteriak tanpa suara. Sakit sekali rasanya. Kenapa aku harus begitu mencintainya, sampai sampai rasanya aku kehilangan kewarasanku sendiri. Ini sakit sekali.

Setelah puas menangis, aku pun langsung mencuci mukaku untuk menghilangkan jejak air mataku. Kemudian berusaha tersenyum, dan beranjak mengantarkan air minum untuk kak Adam.

"Ini minumannya diminum nak Adam," ujar ibu begitu aku meletakkan segelas teh dingin ke hadapan Kak Adam. Adam mengangguk.

Aku ikut duduk di samping ibu, aku menatap kak Adam memberi kode bahwa dia bisa mengatakannya sekarang juga yaitu perihal dirinya yang ingin membatalkan pernikahan kami.

Kak Adam tampak gugup.

"Pak, Bu, ada yang mau Kak Adam bicarakan" ujarku mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh ya, apa itu nak Adam?" tanya bapak kepada Kak Adam.

Adam menunduk, ia tampak kikuk.

"Emmm..begini pak..." ujar kak Adam terputus.

Ibu dan bapak menatapku.

"Ada apa nak Adam? Katakan saja, jangan takut" ujar bapak kepada kak Adam. Namun kak Adam tidak menjawab, ia tanpak gugup terlihat dari jari jemarinya yang saling meremas.

"Ada apa Zara..." tanya ibu.

Aku menunduk, aku memejamkan mataku, aku berusaha menenangkan diriku sendiri.

"Kak Adam ingin membatalkan pernikahan ini buk, sebab ada wanita lain yang sebenarnya sedang kak Adam tunggu," ujarku lemah, apa yang bisa ku lakukan untuk kak Adam selain mengatakan kebenarannya kepada ibu dan ayahku. Jika ini adalah satu satunya jalan untuk membuat kak Adam bahagia, maka aku akan melakukannya.

Kak Adam menatapku, bapak dan ibu membelalakkan mata kepadaku. Bapak dan ibu seperti terkejut, tidak lebih tepatnya syok mendengar ucapan ku.

"Apa yang kamu maksud kan ini Zara?" tanya Bapak dengan nada marah.

"Kak Adam ingin membatalkan pernikahan ini pak, dan aku setuju untuk itu. Bukankah untuk menikah harus  ada persetujuan dari kedua belah pihak calon mempelai? Jadi bagaimana jika salah satu pihak tidak setuju pak? Bukankah  pernikahan itu tidak bisa di langsungkan?," ujarku dengan suara parau sebab aku sedang berusaha menahan agar air mataku tidak menetes. Kak Adam menunduk.

"Benar begitu nak Adam?" tanya bapak serius kepada Kak Adam, dan kak Adam mengangguk. Jujur aku tidak sanggup menerima kenyataan ini.

Bapak memijat pelipisnya, ia pasti sangat kecewa, sedang ibu mengelus ngelus punggungku, ibu pasti bisa merasakan betapa terlukanya aku hari ini.

"Ya sudah nak Adam, kamu pulanglah, beritahu orangtuamu akan hal ini." ujar Bapak Pasrah, dan Kak Adam langsung beranjak pulang.

Semudah itu, ia bahkan tak menunjukkan gelagat pengelasan. Sebegitunya dia ingin membatalkan pernikahan ini. Ya sudah kak Adam, kejarlah bahagiamu tanpa aku.

1
Tiawa Mohamad
kenapa ceritanya gantung lanjut thor
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Ariani Indah Utami
?
Ariani Indah Utami
...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!