NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13 : Kejujuran Rafif

Arina masuk ke dalam kamarnya. Ia menutup pintunya, dan langsung menyandarkan tubuhnya ke pintu kamarnya. Dia memegangi dadanya karena detak jantungnya tidak beraturan.

“Ya Allah ... kenapa seperti ini rasanya? Padahal cuma perhatian kecil saja dari Mas Rafif?” batin Arina.

Arina tersenyum, mengingat kejadian barusan. Mengingat betapa paniknya wajah Rafif saat tahu jarinya tergores. Mengingat wajah Rafif saat Rafif sedang menyesap jari telunjuknya yang tergores pisau. Sungguh ini kejadia di luar dugaan Arina. Arina kira Rafif akan cuek, tidak peduli sama sekali dengan dirinya yang sedang sakit terkena pisau, ternyata Rafif masih sangat peduli, masih sama seperti dulu saat dirinya terluka, Rafif selalu yang menyembuhkannya.

“Kamu masih sama, Raf. Sama seperti dulu, kamu masih Rafif yang aku kenal, meski sekarang aku tahu, cintamu sudah bukan untukku, tapi kamu tidak akan pernah lupa dengan apa yang sudah kita jalani dulu. Makasih ya, Raf, sudah ngasih perhatian kecil yang membuat hatiku senang di pagi ini. Meskipun hanya menyesap jariku yang terluka, lalu mengobatinya dan menempelkan plaster di jariku, aku merasa bahagia pagi ini mendapatkan perhatian kecil darimu, terlebih kamu sekarang adalah suamiku,” batin Arina.

Rafif masih terpaku, menatap pintu kamar Arina yang sudah tertutup rapat. Dia kembali mengingat dulu saat bersama dengan Arina. Dia selalu melindungi Arina, dan tidak mau Arina terluka sedikit pun meski tergores pisau, dan lukanya kecil.

“Dia masih sama, sama seperti dulu. Wajahnya tidak berubah sama sekali, senyumnya juga tidak berubah, masih tetap manis. Tatapan matanya juga masih sama, aku tahu dia tadi bahagia aku perlakukan seperti itu. Aku memang reflek, aku juga memang khawatir dan panik lihat jari dia berdarah. Aku selalu seperti itu, kalau dia terluka tergores pisau. Bahkan dulu aku pernah sama-sama menggoreskan jariku dengan pisau, lalu aku satukan dengan jarinya yang berdarah, dan aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkannya. Tapi, aku mengingkarinya. Itu semua karena aku tidak tahu, aku dijodohkan dengan Felisa, dan aku harus menuruti apa kata ummik dan abah.” Rafif terus mengingat kejadian dulu saat dengan Arina.  Mengenang saat-saat masih bersama.

Dari tadi sebetulnya Felisa melihat Rafif sedang membantu mengobati luka di jari Arina. Bahkan Felisa melihat semua dari awal apa yang mereka lakukan. Dengan jelas, Felisa melihat Rafif begitu khawatir mendengar Arina yang bilang jarinya tergores pisau, lalu dengan relfek Rafif menyesap jari Arina yang berdarah.

Seumur-umur Felisa memang jarang tergores pisau. Itu semua karena Felisa tidak pernah menjamah dapur, tidak pernah memasak, dan jarang sekali menggunakan pisau, jadi selama dia menikah dengan Rafif, Felisa jarang tergores pisau jarinya, bukan jarang lagi, tapi sama sekali tidak pernah.

“Aku yakin, mereka pasti akan saling jatuh cinta lagi. Bahkan Arina sebetulnya masih sangat mencintai Mas Rafif. Aku ingin mereka bersatu kembali, saling mencintai seperti dulu. Meskipun hati ini sedikit sakit, tapi memang mereka harus saling menicintai, mereka harus bisa bersama. Aku ini sedang sakit, aku ini sudah divonis dokter tidak lama lagi, dan tidak akan sembuh sakitnya. Aku tidak boleh egois, Mas Rafif butuh sosok untuk sandaran hatinya selain aku. Aku ini sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan biologisnya, mau siapa lagi kalau bukan dengan Arina? Biar saja, mereka dekat, biar saja mereka saling mencintai. Aku meminta Arina bukan untuk main-main, tapi untuk menjaga suamiku dan anakku, saat aku tidak ada nanti, serta memberikan keturunan lagi untuk suamiku,” batin Felisa.

Felisa menyeka air matanya yang hampir terjatuh, karena dia tadi sempat ingin menangis saat melihat Rafif dengan Arina seperti itu. Dia cemburu, ingin marah pada merkea, akan tetapi dirinya sadar, adanya Arina di rumahnya juga karena maunya sendiri. Felisa mendekati Rafif yang masih duduk tercenung di ruang tengah sambil melihat ke arah kamar Arina. Felisa sangat tahu kalau Rafif sedang memikirkan Arina, bahkan mungkin sedang mengenang saat-saat dulu bersama Arina sebelum menikahinya. Felisa tidak menyalahkan Rafif jika Rafif seperti itu, karena mereka pernah bersama memadu kasih, namun berakhir dengan perpisahan karena Rafif dijodohkan dengan dirinya, dan harus meninggalkan Arina.

“Mas?” panggil Felisa. Tapi, Rafif tidak menyahutinya karena sedang asik dengan lamunannya, mengingat masa lalu yang indah dengan Arina. “Mas Rafif ....?” Felisa mengulangi memanggil sauminya dengan ucapan manja dan lembut.

“Astagfirullah, Sayang .... kamu ngagetin sekali?” ucap Rafif dengan terjingkat saat Felisa duduk di sebelahnya lalu bergelayut manja di lengannya.

“Lagian mas ini melamun? Dari tadi dipanggil malah bengong terus?” ucap Felisa.

“Iyakah? Masa sih? Kok aku gak dengar?” ucap Rafif karena memang kenyataannya ia tidak mendengar Felisa memanggilnya, karena terlalu larut dengan lamunannya.

“Mas kan sedang melamun? Mana dengar?”  jawab Felisa. “Ngelamunin apa hayo?” ucap Felisa dengan menggoda Rafif.

“Tadi itu, Arina,” jawabnya lalu berhenti sejenak, lalu meraih tubuh Felisa dan memeluknya.

“Arina kenapa, Mas?” tanya Felisa pura-pura tidak tahu.

“Itu tadi dia bantuin simbok masak katanya, eh tangannya kegores pisau, darahnya banyak, ya aku bantuin obatin dan tempelin plaster sih,” jawab Rafif, tidak menutupi.

“Oh gitu? Lagian sudah ada bibi kok ikutan bantu?” ucap Felisa.

“Nah itu, tadi aku juga sudah bilangin kok bair gak usah bantuin bibi lagi,” ucap Rafif.

Rafif masih memeluk Felisa. Dia mengusap kepalanya, lalu menciuminya. “Fe, maaf ya, tadi aku bantu Arina, dan aku juga tadi menyesap jari Arina yang terluka,” ucap Rafif jujur.

“Ya Allah, Mas ... Dia itu istrimu, mau apa pun yang kamu lakukan dengan Arina, selama masih dalam hal baik, aku tidak mempermasalahkannya. Kamu menggauli dia pun aku tidak masalah, malah aku senang, kamu tidak menunda waktu ibadahmu dengan Arina. Ibadah yang sakral, penuh doa dan harapan. Lakukanlah, Mas. Kamu tidak boleh menundanya,” ucap Felisa.

“Nanti, Fe. Aku belum siap,” jawab Rafif. “Jadi kamu gak marah, tadi aku memegang jari Arina, mengobati, sampai aku menyesap jarinya yang berdarah,” ucap Rafif.

“Gak marah, Mas. Mas ini aneh, kecuali mas gitu sama perempuan yang bukan istri mas, baru aku marah,” jawab Felisa.

Felisa tidak menyangka suaminya akan jujur dengan apa yang dia lakukan pada Arina tadi. Padahal Felisa sudah tahu semuanya, tapi malah Rafif jujur semua yang tadi dia lakukan dengan Arina. Diluar dugaan Falisa, ia tahunya Rafif akan menutupi apa yang telah dilakukannnya dengan Arina tadi, akan tetapi dia malah cerita jujur yang sebenarnya ia lakukan dengan Arina tadi.

“Sebaik ini suamiku, Ya Allah? Aku beruntung memilikinya, meskipun sesingkat ini, jika memang aku ditakdirkan sesuat vonis dokter,” batin Felisa.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!