NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kengerian

Hanum langsung mendekam di kamar dengan mengunci pintunya. Tak peduli meski teman-teman dan Taufan menggedor dari luar. Ia merasa frustrasi karena keanehan dalam dirinya. Bahkan merasa tak mendapatkan dukungan saat Taufan menghardik dan mengusir Nayla beberapa saat yang lalu. Ia pun jadi tak bisa memercayai siapa pun ketika Taufan menyinggung perihal Nayla yang merupakan anak penjahat sesat.

“Aku musti percaya sama siapa lagi?”

Hanum menangis di dalam selimut yang membungkusnya di kasur ranjang susun. Lupa jika teman-teman sekamar pasti malam ini butuh tidur. Sementara pintu terlanjur ia kunci. Perut keroncongan pun ia tak peduli. Hingga tangisan membuatnya lelah lalu mengantuk.

Sayup-sayup ia dengar suara seorang wanita yang melantunkan tembang Jawa. Kepalanya juga terasa dielus-elus dengan lembut. Lalu bisikan terdengar jelas di telinga. “Wis wayahe, Nduk Ayu.”

Hanum terperanjat, matanya membelalak, dada terasa sesak. Mengedar pandang ke sekeliling, tampak sosok teman-teman sedang sibuk di ranjang masing-masing. Ranjang atasnya terdengar berderit-derit. Hanum mengernyit. “Sejak kapan pintu bisa dibuka?” batinnya.

Hanum berusaha bangkit. Tapi aneh, badannya lemas dan terasa sakit. Ia pun panik. Berusaha mengatakan sesuatu tapi suaranya tak keluar. Menggerakkan tangan, ia genggam boneka kelinci kecil yang ada di samping paha lalu ia lempar sembarangan, berharap mengenai salah satu teman.

Benar saja, Hanum merasa lega karena boneka seukuran kepalan tangan itu mengenai punggung teman yang berdiri membelakanginya dan sibuk menata bantal di ranjang seberang. Perlahan anak perempuan berkepang tersebut menunduk, mengambil boneka Hanum, lalu menoleh.

“AAAKH!” jerit Hanum yang terkejut melihat wajah rata temannya. Teriakannya justru menarik perhatian teman yang lain. Satu anak yang berada di ranjang atas gadis berkepang tampak menurunkan kepala menatap Hanum. Hanum megap-megap tatkala melihat gadis berambut lurus panjang itu lehernya menjuntai. “AAAKH! TOLOOONG!”

Ranjang susun yang Hanum tempati mendadak berguncang. Hanum kelabakan. Suara derit di atasnya kian terdengar kencang. Dan tiba-tiba satu sosok pocong berwajah gosong muncul dari atas, melongok sambil menyeringai pada Hanum.

“AA―A...” Hanum tergagap. Dada sesak, napas tersengal, jantung seolah nyaris berhenti berdetak. Hanum hanya bisa diam dengan mata terpejam. Air mata mengaliri pipi dengan deras. Perasaan bergejolak antara takut dan marah. Ia merutuki nasibnya yang begitu malang. Karena setelah kedua orang tua meninggal, ia harus menanggung kemampuan spesial.

“INI KUTUKAN!” jerit batin Hanum.

Tak memberi Hanum waktu untuk meratap, para teman yang bukan manusia perlahan melangkah menghampiri gadis yang masih terisak itu. Bulu kuduk berdiri, Hanum langsung terdiam karena mendeteksi bahaya mendekat padanya. Ia pun membuka mata dan menyeka air tangisannya.

Jantung Hanum berdegup kencang tak karuan. Ia memberanikan diri dan mengerahkan segenap sisa tenaga untuk beringsut turun dari ranjang. Dengan kaki gemetaran ia melesat ke pintu bahkan nyaris tersungkur saat tak sengaja menyandung kursi jongkok di depan lemari. Teman-teman menggeram kesal. Tiga anak itu mengejar. Kontan saja Hanum jejeritan. Disambarnya kursi jongkok tadi lalu ia ayun-ayunkan ke depan dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya gemetaran membuka kunci pintu. Membuat kuncinya terasa berat saat diputar.

“JANGAN GANGGU AKU! JANGAAAN!” teriak Hanum dengan lantang. Beruntung pintu akhirnya bisa ia buka, lalu berlari keluar kamar sekencang-kencangnya. Sesekali ia melirik ke belakang, takut kalau teman-teman mengejar.

Kemudian tiba-tiba Hanum menabrak sesuatu di depannya. Lorong panti asuhan yang anehnya semua lampu tak menyala membuatnya kesulitan untuk mengetahui apa yang sudah ditabraknya. Yang jelas ia merasakan empuk tapi kuat. Dan yang paling membuatnya terhenyak adalah warna putih samar yang terlihat setelah bulan purnama di langit keluar dari mendung dan memberi bantuan penerangan. Hanum pun mendongak perlahan. Lalu terpampanglah wajah hitam si pocong yang sempat dilihatnya di kamar.

“AAAKH!!”

Hanum terjerembab dengan keras di lantai lorong. Kemudian segera mengesot mundur menjauhi si pocong. Tapi semakin dirinya mundur, pocong itu pun melompat-lompat maju. Dada Hanum sampai terasa sakit karena jantungnya seolah diremas. Badan yang mulai lemas tanda akan pingsan pun sekuatnya ia tahan. Menangis lagi, Hanum memutar badan lalu bangkit berdiri. Ia kembali berlari kencang memotong jalan meloncati rumpun kembang sepatu yang menjadi pagar lorong panti asuhan. Karena hilang keseimbangan, Hanum pun tersungkur hingga kakinya terkilir.

Sambil menahan sakit, Hanum berusaha bangkit. Di seretnya kaki kanan yang terkilir itu menuju ke sembarang tempat. Pikiran yang kalut membuatnya tak mampu berteriak. Hanya terus mengeratkan gigi, menguatkan tekad, meski sambil terisak.

Langkah Hanum yang tertatih menuju ke halaman depan mengharuskannya melewati sisi luar gedung belakang. Di sana terdapat banyak pagar bambu hias yang cukup rimbun. Hanum yang tengah fokus terburu-buru langsung terperanjat saat beberapa batang bambu bergoyang hingga menimbulkan gemerisik dedaunannya. Rasa tegang meningkat saat goyangan bambu itu makin cepat. Hanum yakin ada hantu yang sedang mengganggunya di sana karena batang-batang lain tak ikut bergerak kalau tertiup angin saja.

Menelan ludah, Hanum kembali melangkah. Lalu berhenti saat batang-batang bambu kini bergerak semua. Sekujur badannya meremang tatkala berbagai macam hantu muncul keluar dari sana. Hanum menjerit histeris. Ia berlari dengan hanya bertumpu pada kaki kiri.

“Tolong! Pak Taufan, tolooong!”

Hanum sampai di area tengah panti. Tempat berjajarnya dapur, aula, ruang bermain, dan taman kecil. Langkah Hanum kembali terhenti saat dilihatnya kelebat seorang wanita berambut panjang duduk di salah satu bench taman. Dadanya menyesak karena mendengar wanita itu nembang. Dengan rasa takut yang kian memuncak, Hanum terseok melanjutkan pelarian. Melewati sosok wanita yang membelakanginya. Dan kini terpampanglah wajah wanita itu saat Hanum tiba di depannya.

“Tante Mirandani?” gumam Hanum dengan nada yang menyiratkan rasa tak percaya.

Wanita cantik yang wajah pucatnya tersapu cahaya bulan itu tersenyum lebar. “Hanum, Sayang...”

Merinding! Seratus persen Hanum yakin, bahwa sosok itu bukanlah manusia. Karena ia tahu bahwa empat tahun lalu Mirandani turut tewas tertimbun longsor bersama warga desa. Dan benar saja, Hanum melihat wanita yang menyerupai sosok Mirandani itu mendadak menyeringai. Menatapnya dengan sorot mata lapar namun menggoda.

Tak buang waktu, Hanum kembali berlari dengan menyeret satu kaki. Tangisannya makin keras dan memilukan, berharap semua kejadian buruk ini hanyalah mimpi yang segera usai. Hingga tibalah ia di depan sebuah gerbang di samping pagar tembok panti asuhan. Gerbang yang bisa dilewati tiga orang bersamaan itu menuju ke halaman depan kediaman Taufan.

Hanum meraung-raung di depan gerbang karena terkunci. Ia bahkan membentur-benturkan keningnya di sana karena frustrasi.

***

“Hanum?” panggil sebuah suara pria. “Bangun,” suruhnya.

Hanum merasa kelopak matanya cukup berat untuk terbuka. Kepalanya terasa sakit luar biasa. Bau harum aneh yang menusuk hidung pun membuat perut seperti diaduk. Dengan napas berat terengah, Hanum coba menelaah situasi saat ini. Yakin bahwa sebelumnya ia pingsan karena pandangan menggelap setelah menyakiti diri di gerbang rumah Taufan tadi. Lalu sekarang?

Perlahan kelopak mata Hanum terbuka. Meski pandangannya kabur, tapi ia seolah bisa mengenali pria yang kini berada di samping ranjangnya dan sedang menunduk ke arahnya. Kontan Hanum membelalak. Karena rasa takut kembali menerjang, membuat kuduknya meremang, dan jantung terus berdetak kencang.

“P―P―Pak... Febri―”

Pria tampan yang sangat dihapali Hanum itu tersenyum teduh. “Akhirnya kamu bangun juga.”

Namun nyatanya mental Hanum kembali terguncang. Ia terdiam tak mampu bersuara namun air mata membanjiri pipinya. Karena sejatinya Hanum tahu bahwa Febri pun tak luput dari kemalangan saat terlibat kecelakaan.

“Pak Febri kan―sudah mening―gal...” ujar Hanum, lalu hilang kesadaran.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!