NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 Prihatin

Pagi ini sebelum ke kampus, Inne ikut bunda ke sekolahnya untuk menemui pak direktur.

"Buk Dahlia, Inne. Maaf saya mengganggu pagi kalian hari ini."

"Tidak apa pak." sahut bunda dan Inne.

"Jadi, sebenarnya ada hal yang ingin saya katakan sama kamu Inne. Ini tentang les Brian."

Inne tampak takut, dia khawatir Brian melaporkan tengang pertengkaran yang terjadi antara dia dan Adit beberapa hari yang lalu.

"Brian bilang Inne tutor yang bagus. Adit bahkan mendapatkan nilai yang bagus saat ulangan."

Mendengar kalimat itu, membuat Inne dan bunda tersenyum.

"Syukurlah. Tapi sebenarnya Brian lah yang cepat tanggap. Dia cerdas, pak."

"Tidak anak itu hanya anak nakal, manja dan tidak suka belajar. Tapi setelah kamu menjadi tutornya, dia menjadi sangat rajin belajar."

Inne pun tersenyum dan mengangguk angguk saja mendengar pujian itu.

"Oh iya, ini untuk gaji pertama kamu. Saya tambahkan bonus. Tapi, kamu harus lebih giat mengajar Brian, terutama dua bulan terakhir sebelum ujian kelulusan."

"Baik, pak. Saya akan mengajari Brian dan berusaha membuat nilainya terus membaik."

"Bagus itu. Nanti, kalau Brian berhasil mendapat nilai ujian yang bagus, kamu harus lanjut mengajarnya untuk bisa masuk ke perguruan tinggi."

Inne menoleh pada bunda yang tersenyum senang mendengar berita bahagia itu.

"Terimakasih banyak, pak."

"Sama sama."

Bunda dan Inne benar benar bahagia hari ini. Melihat senyum Inne membuat bunda berhenti memikirkan tentang kebohongan Inne padanya.

"Buk Dahlia, saya juga sudah memeriksa surat promosi buk Dahlia. Saya akan pastikan buk Dahlia pantas untuk dipromosikan dan mendapat gaji tambahan." lanjut pak Direktur memberi kabar bahagia lainnya.

"Alhamdulillah, terimakasih banyak pak."

"Bu Dahlia pasti bisa."

Bunda pun mengucapkan terimakasih berkali kali sangking bahagianya dia hari ini.

Setelah pembicaraan itu selesai, bunda pun mengantar Inne keluar kantor.

"Kamu bisa naik taksi saja ke kampus, In."

"Iya, bunda. Lagian kalau naik bus, bisa telat."

"Ya sudah sana. Semangat belajarnya."

"Siap bunda."

"Bunda kembali ke ruangan bunda ya."

"Hmm, bye bunda."

Saat bunda sudah menghilang, Inne mengeluarkan hp nya. Dia pun mengetik pesan untuk Brian.

BRIAN

Les minggu depan hari sabtu.

Jam yang sama tapi di rumah kamu, ya.

Inne tidak langsung mengirim pesan itu pada Brian. Ada rasa ragu dihatinya saat teringat janjinya pada Adit. Tapi, bunda dan Idil jauh lebih penting bagi Inne saat ini.

Tanpa sadar, lagi lagi Inne akan melukai orang yang sangat mencintainya suatu saat nanti.

"Maafkan aku, Dit. Aku janji hanya untuk dua bulan kedepan. Setelah itu aku tidak akan mengajar Brian lagi." batinnya.

Pesan pun di kirimkannya pada Brian.

~

~

~

Seminggu terakhir semuanya berjalan dengan baik. Setiap hari Inne masih terus bersama Adit, hubungan mereka juga semakin membaik. Tidak ada pertengkaran juga. Adit pun juga sibuk mengikuti ajang idol boys.

Dan hari ini, Inne membohongi Adit lagi. Dia mengajar Brian dan itu di rumah Brian. Inne mengatakan pada Adit kalau dia mengajar les murid muridnya seperti biasa, tapi bukan Brian.

Adit yang begitu mempercayai Inne pun, tidak terpikir untuk mengecek ke cafe. Dia malah menghabiskan waktu berenang sendirian di kolam. Menikmati suasana pagi yang indah.

Rumah Brian

Sesi pelajaran sudah berlangsung hampir satu jam. Brian sangat bahagia hari ini. Dia bahkan terus terusan memandangi wajah Inne. Sementara Inne sibuk menjelaskan materi pelajaran.

"Kamu paham gak sih apa yang aku jelaskan?"

"Hmm, paham dong kak."

"Ya sudah, kalau gitu coba kamu kerjakan soal soal ini."

"Oke. Ini mah gampang."

"Sombong."

"Kakak gak percaya? Nih bentar ya aku selesaikan dulu."

Inne tersenyum saja melihat Brian yang menurutnya terlalu menyombongkan diri.

Sementara Brian sibuk dengan soal, Inne pun berkesempatan melihat hp nya. Rupanya ada pesan dari Adit sekitar setengah jam yang lalu.

MY LOVE

Sayang, aku tunggu di kolam.

Semangat ngajarnya hari ini...

^^^Iya, Dit.^^^

^^^Sebentar lagi selesai.^^^

Ada perasaan bersalah dihati Inne karena membohongi Adit. Tapi mau bagaimana lagi, beginilah kehidupan yang harus dijalaninya. Jika kehilangan murid seperti Brian, maka Inne pun kehilangan sumber penghasilannya, sementara dia saat ini harus berperan sebagai tulang punggung keluarga.

"Kak, ini sudah selesai." ucap Brian.

"Cepat amat. Asal jawab ya kamu."

"Periksa aja kak, Inne."

Inne pun memeriksa jawaban Brian yang ternyata benar semua.

"Bagus, kamu makin banyak peningkatan."

"Iya lah, kan tutor aku pintar." Puji nya sambil memandangi wajah Inne yang terus terusan membuatnya terpesona.

"Mau istirahat bentar gak?"

"Boleh."

"Ya udah, kamu boleh main game deh. Tapi lima menit aja ya. Kakak juga mau memeriksa tugas kuliah bentar."

"Oke kak Inne yang cantik."

Inne hanya menggelengkan kepala saja menanggapi Brian yang terus terusan menggodanya.

"Hmm, sebenarnya kamu ada apa sih dengan Adit?" tanya Inne pada akhirnya.

"Gak tau juga sih kak. Yang jelas saat itu dia duluan yang mencari gara gara."

"Heh, jawaban kalian sama aja."

"Kenapa? Apa kak Adit gak ngasih izin kakak ngajar aku?"

"Hmm."

"Loh memangnya kenapa sih dia suka ngatur ngatur kak Inne. Kalian ada hubungan apa? Pacaran?"

"Hmm." angguk Inne.

Jawaban itu membuat Brian kecewa. Tapi, sesaat kemudian dia tersenyum lagi.

"Apakah kita harus merahasiakan pertemuan ini dari kak Adit?"

"Iya. Aku gak mau kalian bertengkar lagi."

"Oke. Rahasia terjaga dengan aman." ucap Brian senang.

Inne pun melanjutkan pekerjaannya dan Brian pun juga lanjut main game.

Namun, tiba tiba papa Brian datang. Dia menatap tajam kearah Brian yang malah main game ditengah pelajaran.

"Brian!" Teriaknya sambil merenggut kuat hp dari tangan Brian.

"Kapan kamu akan menjadi dewasa? Bisa bisanya kamu bermain saat jam pelajaran berlangsung. Kamu mau menunjukkan betapa kamu tidak ada gunanya. Mau jadi apa kamu? Preman?!" Makinya memarahi Brian.

"Maaf pak, tapi saya yang mengizinkan Brian untuk main game." ujar Inne membela Brian.

"Apapun itu, anak ini memang tidak berguna." Ucapnya lalu membanting hp Brian dan pergi begitu saja.

Brian terduduk lemah di kursinya. Inne pun menjadi bingung harus bertindak seperti apa.

"Kamu baik baik saja?" tanya Inne menghampiri Brian.

"Gak usah khawatir kak. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini. Bahkan ada yang lebih dari ini."

Inne merasa kasihan pada Brian. Kini dia tahu, alasan mengapa Brian menjadi anak yang kurang sopan santun. Rupanya dia kehilangan kasih sayang dalam rumahnya.

"Hmm, sabtu depan kita les nya di cafe aja ya. Supaya kamu bisa lebih santai."

"Iya kak. Makasih ya, kak Inne."

"Sama sama Brian."

Inne mulai merasa kasihan pada Brian. Ternyata Brian tidak jauh berbeda dengan Adit, sama sama kekurangan kasih sayang dari kedua orangtua. Mungkin anak anak orang kaya memang seperti itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!