TRANSMIGRASI
Yah.. Mungkin itu nama yang cocok untuk situasi Carra saat ini yang tiba-tiba saja terbangun di dunia antah berantah dengan dirinya yang memasuki raga seorang gadis cantik bermata biru pekat sepakat lautan dalam yang menghanyutkan.
Entah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam raga gadis yang Carra ketahui bernama Carla Ransiska Atmaja ini, nama yang hampir mirip dengan namanya.
Dibalik kejadian yang tak masuk akal ini, ada sebuah misteri yang membuat Carra mau tak mau harus mengungkap tuntas misteri itu. Agar dirinya bisa kembali ke raganya seperti semula. Itu adalah kunci satu-satunya yang akan mengantarkan Carra kembali ke raganya.
Baru belajar menulis! Maaf kalau gak sesuai ekspetasi, mohon jangan terlalu berharap!
#Cover by pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iiyn_blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12
Sesampainya di rumah, Carra segera masuk kedalam kamarnya, Carra langsung bersih-bersih, setelah badannya sudah bersih Carra langsung merebahkan badannya di kasur empuknya itu.
"Hihi.." Tiba-tiba saja si setan muncul, melayang di samping tempat tidurnya.
Carra melirik malas kearah setan. "Gue lagi gak mood. Mending lo pergi aja deh Tan!"
"Beneran nih gue di diusir?" Carra yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Namun tiba-tiba saja dia teringat satu hal yang ingin dia tanyakan kepada si setan.
Carra bangun dari rebahannya, lalu duduk menatap si setan. "Tan, gue mau nanya! kenapa gue selalu terlibat dengan Arka dkk, malah gue gak sekalipun liat interaksi antara Arka dengan Zufa?, padahal mereka berdua kan pemeran utama! kenapa bisa gitu?" Si setan yang mendengar itu malah terkikik.
"Hihi.. karena alur novelnya sudah berubah. Dan setiap yang terjadi sudah tidak terikat dengan alur novel lagi. Semua berjalan normal seperti di dunia asli, bukan dunia novel lagi" Ujar si setan santai.
"Hah! ko bisa?!" Carra menganga tak percaya dengan ucapan si setan.
"Bisa! karena sedari awal lo masuk kedalam novel ini, semuanya sudah tidak sama lagi dengan alur novelnya"
"Jadi gue bisa bertindak sesuka gue dong tan?"
Si setan mengangguk. "Benar. Tapi jangan lupakan tujuan lo berada disini Carra!" Carra mengangguk malas.
"Carra, sebaiknya lo pergi temui orang tua lo sekarang! karena lo akan mengetahui sesuatu" Setelah mengatakan itu si setan menghilang.
Carra yang mendengar itu mengangkat kedua alisnya heran. Apa maksud si setan, buat apa dia harus pergi menemui orang tuanya?. Walaupun kepalanya di penuhi banyak pertanyaan, namun Carra tetap pergi menemui orang tuanya sesuai perintah si setan.
Di bawah Carra bertemu dengan Bi Inem, Carra pun bertanya kepada Bi Inem.
"Bi, mama dimana?"
"Eh non Carla, nyonya ada di kamarnya non" Carra mengangguk, mengucapkan terimakasih kepada Bi Inem, lalu segera pergi ke kamar mamanya.
"Mas, rencana kita mau di lakukan kapan?"
"..."
"Malam ini? tapi sekarang ada Calvino, apa gapa-pa"
"..."
"Baiklah. Nanti jika dia tidak mau menandatangani dokumen itu, terpaksa malam ini kita bunuh saja dia dengan meracuninya!"
Carra yang sudah di depan pintu kamar mama Laras seketika menghentikan langkahnya yang ingin masuk kedalam, raut wajahnya seketika menjadi datar saat mendengar percakapan itu. Pintu kamarnya tidak tertutup sempurna sehingga Carra masih bisa mendengar percakapan mama Laras yang sedang menelfon.
"Baiklah mas, aku tutup telfonnya dulu"
Carra yang mendengar itu segera pergi dari kamar mama Laras menuju kamarnya.
Braak.
Carra menutup pintu kamarnya setelah sampai di kamarnya. Carra berjalan kearah kasurnya lalu mendudukan dirinya di kasur.
"Sialan! Apa maksud si setan itu ini?" Carra tak percaya akan mendengar rencana jahat mereka, Carra yakini jika yang ingin mereka racuni adalah dirinya!, untung saja Carra menuruti perintah si setan, jika tidak mungkin Carra tidak akan mengetahui rencana busuk mereka itu!.
"Ternyata kelakuan asli mereka seperti ini?!. Sungguh menjijikan!. Apa jangan-jangan mereka juga yang sudah membuat Carla asli mati?" Tapi tidak mungkin kan?, mereka kan orang tua kandungnya masa melakukan hal keji ini terhadap anaknya? sangat tidak masuk akal menurut Carra.
"Ada yang tidak beres dengan ini semua! sepertinya gue harus cari tau tentang ini!" Tapi sebelum itu Carra tidak akan membiarkan rencana busuk mereka malam ini berjalan dengan lancar, Carra akan pastikan itu!.
Malamnya sebelum makan malam, Carra di panggil oleh kedua orang tuanya untuk keruang kerja papah Sandrio. Dan sekarang ini Carra sedang duduk di sofa yang berada di ruang kerja papahnya.
"Ada apa pah, mah?" Carra mencoba untuk bersikap setenang mungkin agar mereka tak curiga bahwa dia sudah mengetahui niat busuk kedua paruh baya di depannya ini.
Kedua paruh baya itu saling melemparkan tatapan seperti mengkode untuk memulai pembicaraan.
"Ekhem.." Papah Sandrio berdehem lalu berucap. "Begini sayang, papah ingin kamu menandatangi dokumen ini" Papah Sandrio menyerahkan sebuah dokumen kepada Carra. Carra menerima dokumen tersebut lalu bertanya kepada mereka berdua.
"Dokumen apa ini?" Carra membuka dokumen itu lalu membacanya 'Pengalihan aset keluarga', Carra menutup dokumen itu lalu mengangkat kepalanya menatap pasangan paruh baya didepannya.
"Apa maksudnya ini pah, mah?" Kedua pasangan paruh baya itu saling tatap lalu melemparkan senyuman kepada Carra.
"Itu dokumen penyerahan aset agar berpindah tangan menjadi nama mu nak" Jelas papah Sandrio berbohong.
Carra mengernyit. "Tapi kan aku masih umur 17 tahun! dan juga papah, mamah kan masih bisa mengelola semua aset ini. Jadi buat apa nyerahin aset keluarga untukku?" Carra tau jika dokumen itu sudah atas namanya, namun dia hanya berpura-pura tidak tau saja, dia tak bodoh untuk mengetahui niat mereka yang ingin semua aset kekayaan keluarga Atmaja berpindah tangan ke nama mereka.
Di dunianya dulu Carra adalah seorang CEO yang memegang perusahaan milik keluarganya. Setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya, Carra yang pada saat itu masih berumur 20 tahun langsung di tunjuk untuk mengemban tanggung jawabnya sebagai penerus sah satu-satunya keluarga Atmajaya untuk mengelola perusahaan milik keluarganya. Untuk itu Carra dapat segera mengetahui tentang isi dokumen tersebut!. Apa mereka kira bisa membodohinya apa?!.
Mereka saling melirik lalu menatap Carra mencoba untuk membujuk Carra. "Sayang begini, bukan apa papah, mamah menyuruhmu untuk menandatangani dokumen ini, tapi kita hanya menjalani wasiat Kakek mu yang sudah meninggal Carla, jadi tolong ditanda tangani ya sayang!" Ucap mamah Laras dengan lembut, mencoba membujuk Carra agar segera menandatangi dokumen tersebut.
Carra balas tersenyum namun didalam hatinya mengumpati kedua paruh baya di depannya ini, Carra yakin ada yang tidak beres dengan semua ini. "Nanti saja deh ya pah, mah tanda tangannya? aku sudah lapar nih!" Carra berdiri dari tempat duduknya. "Aku ke ruang makan dulu ya pah, mah" Setelah itu Carra segera keluar dari ruangan kerja tersebut.
"Tapi Carla.. Carla!" Mamah laras mencoba memanggil Carra, namun Carra sudah keburu keluar.
Mereka yang masih di ruang kerja itu menggeram marah, sialan mereka gagal lagi!.
"Mas! gimana ini anak itu gak mau tanda tangan!, gak hilang ingatan! atau hilang ingatan! tetap saja kita selalu gagal mendapatkan tanda tangannya!. Arghhh" Kacau sudah rencana mereka ingin mengambil aset keluarga yang masih atas nama Carra itu. Mereka kira akan mudah mendapatkan tanda tangan Carra yang sedang hilang ingatan itu, namun nyatanya sama saja!, mereka tetap tidak bisa mendapatkan tanda tanganya!. Padahal mereka sudah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tanda tangan dan juga menyingkirkannya, namun usaha mereka selalu saja gagal!.
"Sialan! kita gak boleh seperti ini terus, kita harus mendapatkan tanda tangan anak sialan itu. Segera!" Mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi!, mereka harus mendapatkan tanda tangan anak itu. Harus!.
"Lakukan rencanya!" Pasangan paruh baya itu saling menatap, matanya memancarkan kobaran tekad yang kuat untuk segera menyingkirkan Carra.
Sekarang Carra sedang berada dikamarnya, setelah tadi sudah selesai dengan acara makan malamnya, Carra segera pergi kekamarnya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kasur, Carra menatap tajam kearah pintu kamarnya seolah sedang menyambut seseorang yang akan datang ke kamarnya.
Tak lama pintu kamar Carra terbuka dan masuklah orang yang sudah sangat ditunggu kedatangannya oleh Carra.
Ceklek.
"Sayang lagi apa?" Mamah Laras masuk kedalam dengan membawa sebuah nampan yang diatasnya ada segelas susu putih untuk Carra.
Carra tersenyum. "Eh mamah, ada apa kesini?" Carra melirik segelas susu di atas nampan yang mamah Laras bawa, Carra menduga pasti susu itu untuk di berikan kepadanya.
"Jadi mamah gak boleh kesini nih?" Carra yang mendengar suara lembut mamah Laras seketika ingin muntah, muak dengan sikap pura-pura orang di depannya ini.
"Tentu tidak dong mah, aku malah merasa senang mamah kekamar ku"
Mamah Laras tersenyum mendengar ucapan Carra. "Begitu?. Ya sudah ini diminum dulu susunya" Mamah Laras memberikan gelas susu itu kepada Carra.
Carra menerima gelas itu namun tidak segera dia minum. "Tumben mamah membuatkan ku susu?, Ada apa nih, biasanya mamah juga gak pernah buatin aku susu?!" Carra bertanya dengan nada bercanda, walau kenyataanya Carra sedang menyindir mamah Laras tentang niat jahatnya itu.
Ucapan Carra malah membuat mamah Laras seketika menjadi gugup. "Hais anak mamah ini mikir apa? tentu mamah hanya ingin membuatkan mu susu saja, tidak ada hal lain lagi!" Mamah Laras mencoba memberikan senyumannya walaupun terlihat sekali ada paksaan dari senyumannya itu.
Carra yang mendengar itu mencibir di dalam hatinya, dia kira dirinya tidak tau niat jahatnya apa?. "Haha.. bercanda ko mah!" Carra tertawa. "Ya sudah makasih mah sudah membuatkanku segelas susu, nanti pasti aku minum ko" Gelas susu yang masih Carra pegang dia letakan di atas nakas samping kasurnya.
Mamah Laras yang melihat Carra menaruh gelas di atas nakas seketika wajahnya sedikit keruh mendapati Carra tak langsung memimun minumannya yang sudah dia beri racun untuk membunuh Carra itu. Lalu dia berusaha untuk membujuk Carra agar meminumnya.
"Loh sayang kok gak di minum?, nanti keburu dingin loh" Carra diam-diam menyunggingkan senyum sinisnya, mendengar usaha mamah Laras untuk membujuknya.
"Nanti saja deh mah, aku belum haus soalnya" Mamah Laras Menggeram marah, tangannya terkepal kuat menahan diri agar tidak lepas kendali dihadapan Carra. Lalu mamah Laras menyunggingkan senyumannya agar Carra tak curiga.
"Yasudah kalau gitu, mamah keluar dulu, jangan lupa diminum ya?!" Carra mengangguk dengan senyuman manisnya di dalam hatinya Carra sedang menahan diri untuk tidak tertawa melihat wajah jelek mamanya itu yang sedang menahan amarah.
Lalu setelah itu mamah Laras segera keluar dari kamar Carra.
"Pfftt.. BUHAHA!" pecah sudah tawa Carra melihat mamah Laras yang menahan amarah itu, Carra memegang perutnya yang tak berhenti tertawa, jelek sekali wajah mamahnya itu. Haha.
Carra menghentikan tawanya. "Carra dilawan!" Seketika muka Carra menjadi serius. "Gue akan ungkap perbuatan kalian dan juga rahasia dibalik keluarga Atmaja ini!. Gue akan pastikan itu!" Tekad Carra.
Kunti bertubuh kurcaci ya/Joyful/
segelas kopi meluncur
.maaf cuma biza balez ini
soalnya akun ini miskin poin..
maaf cuma bisa kasih 5 iklan dan 2 bunga