NovelToon NovelToon
Ibu Pilihan Si Kembar

Ibu Pilihan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Menikah Karena Anak
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: nurul wahida

Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 'Kenapa?'

"Ibu." Panggilan itu sontak membulatkan mata Luna.

Luna menghampiri si kembar dan duduk diantara mereka. Luna bingung, si kembar tidak seperti biasanya.

"Rara, Keano, ada apa?" tanya Luna khawatir.

Rara menatap sedih pada Luna. "Apa, kami tidak boleh panggil ibu?"

Luna panik, ia menggoyangkan tangannya ke kanan dan ke kiri. "Bukan begitu. Tapi, kenapa?" tanya Luna.

"Ibu pengasuh." Keano menarik ujung baju Luna. Gadis itu melihat kearah Keano.

Ia mengusap kepala Keano, lalu bertanya, "Ada apa, Keano?"

"Apa kami tidak boleh memanggil dengan ibu saja?" ucap Keano.

"Bukannya tidak boleh. Tapi, panggilan itu terlalu besar untukku yang hanya seorang pengasuh saja," ujar Luna.

"Apa salahnya?" tanya Rara.

Luna memejamkan matanya. Ia duduk bersimpuh antara keduanya. Meminta Rara dan Keano duduk dihadapannya. Luna kini menyentuh wajah keduanya dengan lembut.

"Rara, Keano, kalian tidak boleh memanggil orang asing dengan sebutan ibu. Sebutan ibu itu hanya untuk seseorang yang menjadi istri dari ayah mu." Luna menjelaskannya pada si kembar.

"Kalau begitu, jadi ibu kami saja." Luna tak menyangka pernyataan Rara yang tiba-tiba itu. Pernyataan itu sangat berbahaya. Kenapa gadis kecil ini bisa mengatakan hal itu dengan entengnya.

"Tidak bisa sayang. Dua orang yang menikah adalah dua orang yang saling mencintai. Jika tidak ada cinta, maka pernikahan itu akan terasa hambar bagaikan bekal Rara dan Keano yang tidak ada rasa sama sekali."

"Pernikahan itu sakral. Dan hanya sekali seumur hidup," lirih Luna.

"Jadi, kami benar-benar tidak boleh memanggil dengan sebutan ibu?" tanya Keano memandang Luna dengan mata bulatnya.

"Maaf jika aku mengatakannya, iya, kalian tidak boleh memanggil dengan ibu saja." Luna harus menegaskan hal ini. Tidak sembarangan memanggil seseorang dengan sebutan ibu. Luna merasa bahwa kata ibu itu adalah sebuah kata yang sangat hangat. Ibu itu melambangkan seseorang yang memberikan sebuah kasih sayang tanpa pamrih, dan mencintai anaknya dengan setulus hati. Luna tidak pantas untuk menerima kata itu. Untuk sekarang.

"Maafkan aku." Luna menyadari raut wajah keduanya yang murung setelah ia mengatakannya.

...****************...

Rara dan Keano memasuki rumah dengan wajah yang cemberut. Mereka meletakkan tas di dalam kamar lalu berbaring di kasur. Tak lagi keluar dari kamar.

"Revan, apa yang terjadi pada anak-anak?" tanya mamanya.

"Revan juga tidak tau, Ma. Sedari Revan menjemput anak-anak di tempat penitipan, wajah mereka memang seperti itu. Saat Revan tanya, mereka tidak menjawabnya." Revan menjelaskannya pada sang mama.

"Baiklah. Kamu bersihkan dirimu dulu. Biar mama yang bertanya pada anak-anak."

Revan mengangguk lalu mengucapkan terima kasih pada mamanya. Ia berjalan menuju kamarnya. Sedangkan mamanya berjalan menuju kamar si kembar.

"Anak-anak, apa nenek boleh masuk?" Suara ketukan terdengar oleh si kembar. Keano turun dari kasurnya dan membukakan pintu.

"Silahkan masuk, nek," jawabnya lesu.

Nenek mereka duduk diantara keduanya. "Apa ada yang mau menceritakannya pada nenek?"

Rara dan Keano melihat pada nenek mereka. Dengan serentak, keduanya memeluk sang nenek, dan membuat beliau terkejut.

"Ada apa? Ayo cerita," bujuknya.

"Nek."

"Ya?"

"Kami ingin punya ibu." Rara mengutarakan isi hatinya.

"Keano juga. Teman-teman semuanya punya ibu. Tapi, kami tidak," sambung Keano.

"Nek, kami ingin memanggil ibu juga. Kami sudah coba tadi. Tapi, dia menolaknya. Katanya, sebutan ibu itu sangat berat baginya," keluh Keano.

Beliau tak menyangka bahwa kedua cucunya telah memanggil seseorang dengan panggilan ibu. Ia merasa bahwa anak-anak seperti telah memilihnya.

"Kalau boleh tahu, siapa dia?" tanyanya.

"Ibu pengasuh." Rara menjawabnya.

"Ibu pengasuh? Apa dia ibu pengasuh di tempat Rara dan Keano dititipkan?" Beliau merasa tertarik dengan cerita cucu-cucunya ini.

Rara dan Keano menganggukkan kepalanya. "Ibu pengasuh juga yang mengantarkan Rara ke dokter gigi waktu itu, Nek. Ibu pengasuh lari-lari. Dia kelihatan khawatir pada Rara," jelas Keano.

Hoo, tak disangka cucu-cucunya akan bercerita tentang hal ini. Ia penasaran bagaimana rupa wanita yang telah disebutkan oleh cucu-cucunya.

"Tapi, Rara, Keano." Keduanya kini menatap sang nenek.

"Yang dikatakan ibu pengasuh itu benar. Tidak semua wanita bisa dipanggil ibu. Seorang ibu adalah, dia yang sangat mencintai anak-anaknya beserta suaminya dengan tulus. Apa ibu pengasuh menikah dengan ayah kalian?" ucapnya.

Mereka menggelengkan kepala. Beliau hanya mengada-ada saja. Dia hanya mengarang sebuah cerita. Tapi memang benar, panggilan ibu itu tidak bisa sembarang diberikan pada seseorang, apalagi itu orang yang baru saja ditemui.

"Kalau begitu, haruskah ayah menikah dulu dengan ibu pengasuh, baru bisa kami panggil ibu?" tanya Keano.

"Y..ya, begitulah," jawabnya gugup.

"Kalau begitu, ayah harus menikah dengan ibu pengasuh," ucap Rara dengan penuh semangat. Keano juga menganggukkan kepalanya setuju.

"Hoho, cucu-cucu ku yang lucu. Apa kalian sangat menginginkan ibu pengasuh itu menjadi ibu kalian?" tanyanya memancing si kembar.

Rara dan Keano mengangguk mantap. Sepertinya cucu-cucunya telah menemukan ibu yang mereka inginkan. Revan, sepertinya kamu harus merubah pikiran kamu lagi. Ia tak sabar menanti hari itu.

"Apa, nenek boleh ikut dengan kalian besok? Nenek ingin melihat ibu pengasuhnya, boleh?" bujuknya.

"Tentu saja. Rara yakin, nenek pasti akan menyukai ibu pengasuh. Ibu pengasuh adalah orang yang sangat baik yang pernah Rara jumpai, selain yang ada di rumah," ujarnya semangat.

Rara dan Keano bergantian menceritakan Luna pada nenek mereka.

Di lain sisi, ada Luna yang tiba-tiba saja bersin berkali-kali.

"Aduh, padahal cuacanya panas. Kenapa aku bisa bersin-bersin sih? Apa aku sakit?" Ia mengecek suhu badannya dengan meletakkan punggung tangannya di dahi.

"Tidak. Tapi, ah sudahlah. Aku harus istirahat."

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya. Apakah dia benar-benar seperti yang diceritakan oleh cucu-cucunya padanya?" Ia sangat tak sabar menanti di esok harinya.

...To be continue ...

1
Greenindya
Raisa
LISA
Oke gpp Kak..met istirahat y Kak..bsk udh fresh lalu lnjt lg 😊
LISA
Luna masih cinta sama Aldo trs gmn nih rencana pernikahannya
LISA
Wah CLBK nih 🤭
Dewi Suntana
revan . jgan dingin ntar bucin sendiri .
LISA
Syukurlah Revan mau memberi waktu lbh lama utk Luna
Dewi Suntana
sudah di rencanakan tenpo2 hari . ama ortu kalian 😁😁
LISA
Syukurlah Luna menerima lamaran dari Revan..tetapkan langkahmu Luna..Revan pasti pelan² mencintaimu
Anna Khairurr
Lumayan
Deeha
Alhamdulillah akhirnya diterima lamaran revan🥰
LISA
🤭 Luna bener² kaget nih 😊
LISA
Revan akhirnya mengambil keputusan yg tepat..Alm istrinya sdh merestui dia utk nikah lg
LISA
Ya deketin sj Luna..pasti Revan menemukan jawaban mengapa ke 2 anaknya memilh Luna sbg calon ibunya
Dewi Suntana
di coba ajh pa dude siapa tau cocok .
LISA
Rara & Keano sikapnya dewasa bgt
LISA
Angkuh jg nih si Revan
LISA
Ayo Revan buka hatimu..anak² mu membutuhkan seorg Ibu
LISA
Bagus jg nih tawaran dr Riana spy Luna lbh dkt dgn Revan jg 🤭😊
LISA
Ternyt Riana udh knl dkt nih dgn kepala pengasuh
LISA
Wah bsk Luna ketemu camer nih 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!