"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harusnya Berbagi
Setelah mengambil rambut Krystal, Elmer bergegas ke rumah sakit. Sang Dokter pun mengatakan butuh waktu dalam seminggu, namun Elmer berusaha. Dia butuh hasil dalam waktu cepat.
Ia akan melakukan yang terbaik demi seseorang yang sangat ia harapkan kehadirannya.
Elmer duduk di ruang tunggu, ia memejamkan kedua matanya. Rasa pusing itu semakin berat dan kian melanda, tanpa sadar tubuhnya pun ambruk.
Seorang suster yang kebetulan lewat pun berteriak meminta tolong. Beberapa suster yang kebetulan bertugas segera membantu memapah tubuh Elmer ke ruang pasien.
....
"Kakek," sapa Krystal. Dia menaiki tempat duduk di samping tuan Hardiand. Ia sangat sedih melihat kakek satu-satunya terbaring lemah dan ada sebuah jarum yang harus menusuk lengannya. "Kakek jangan sakit lagi ya? Nanti Krystal mau main sama siapa?"
Bibirnya sedikit di terika kedepan, lalu memeluk Tuan Hardiand.
"Jangan sakit lagi Kek,"
Tuan Hardiand mengecup pucuk kepala Krystal. "Kakek sehat, sebentar lagi Kakek akan bermain dengan Krystal."
"Dad, jangan terlalu banyak pikiran dan Daddy harus menjaga kesehatan Daddy. Kami berdua hanya memiliki Daddy," ucap Gege. Dia begitu menyayangi tuan Hardiand. Orang yang menolongnya dan putrinya, orang yang telah menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Tuan Hardiand begitu menyayanginya. Ia bersyukur ada orang sebaik tuan Hardiand.
Kedua sudut mata tuan Hardiand mengalir. Ia berharap Tuhan memberikannya waktu lebih panjang untu menemani kedua perempuan hebatnya. Kalau bukan dirinya siapa lagi? Ia belum sepenuh percaya pada keluarga Gege dan Elmer setelah apa yang mereka lakukan.
Ia begitu terharu, Gege dan cucunya begitu menyayanginya dan mencintainya. Bahkan saat ini Krystal menggenggam erat tangannya dan menangis, begitupun dengan Gege dia menangis di depannya.
"Kalian jangan menangis, aku tidak akan kemana-mana." Tuan Hardiand tidak tau sampai kapan umurnya, tapi ia sudah mewariskan semua hartanya untuk Gege. Ia takut Gege tidak akan kembali ke keluarganya.
"Makanya Kakek harus sembuh," Krystal semakin menangis tergugu.
"Iya cucu hebat ku, kakek akan sembuh, secepat mungkin," ucap tuan Hardiand, yang paling berat baginya, bagaimana jika ia meninggalkan Gege dan Krystal. Dadanya begitu sesak memikirkan mereka berdua.
"Krystal akan menemani Kakek di sini," Krystal menoleh dan menunggu jawaban dari Gege.
Gege pun mengangguk, "Iya Dad."
Krystal dan Gege menghibur tuan Hardiand, siang pun Kryatal tak beranjak dari tempat duduk tuan Hardiand sampai pria itu tidur. Gege sudah berkali-kali menyuruh Krystal pulang. Namun anak itu sama sekali tidak mau keukeh ingin menemani kakeknya.
"Iya sudah, kau ingin menemani kakek mu."
Sampai pada malam hari. Krystal tak kunjung ingin pulang. Tuan Hardiand pun sudah memaksanya. Namun Krystal sama sekali tidak mau. Kini Krystal tidur di sofa dan Gege menyelimutinya.
Gege memandang wajah teduh putrinya. Anaknya keras kepala, entah menurun dari siapa?
"Cla, kau tidurlah. Kau pasti lelah," ucap Daddy Hardiand. Ia tau putrinya pasti lelah menjaganya.
"Iya Daddy, tidur duluan. Nanti Cla akan tidur setelah Daddy tidur."
Gege merapikan selimut tuan Hardiand, lalu mengecup keningnya. Sungguh ia menyayangi tuan Hardiand seperti ayah kandungnya sendiri.
Tuan Hardiand tersenyum, kedua matanya perlahan tertutup. Gege duduk di samping tuan Hardiand, menatap wajahnya yang terdapat beberapa kerutan di dahi dan sudut matanya. Saat tuan Hardiand sakit, ia langsung takut. Maut tidak bisa di pisahkan, tapi ia takut. Ia hanya memiliki tuan Hardiand. Ia memang jauh dari keluarganya, tapi ia bersama dengan tuan Hardiand. Hanya pria itu yang menjaganya dan menyayanginya.
Dadanya terasa sesak, ia pun memilih keluar dari ruangan tuan Hardiand untuk mencari udara segar. Sampai di lobi bawah dia berpapasan dengan tuan Arthur dan melihatnya membawa beberapa paper bagh dan kantong plastik.
Tuan Arthur mengira Gege menjenguk Elmer, ia tersenyum. "Apa Elmer sudah bangun?" tanya tuan Arthur.
Tadi siang rumah sakit mengatakan kalau Elmer di rawat dan tadi sore Elmer bangun tapi hanya sebentar, lalu tidur kembali. Sedangkan ia membeli makanan di luar dan Mommy Becca menemani Elmer.
Elmer sakit? Semenjak kapan? Batin Gege.
Dia mengingat pertemuan tadi, wajah Elmer memang terlihat pucat. Ia berusaha kembali ke pikiran asalnya. Ia tidak boleh kasihan atau pun iba.
"Tuan Arthur salah, saya datang kesini karena Daddy di rawat di rumah sakit ini." Tak ingin berbicara berdua dan lebih lama. Ia lebih memilih pergi melewati tuan Arthur. Perasaannya selalu berkecambuk, antara sakit hati dan rindu. Sebagai seorang anak ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Bohong, semarah-marahnya seorang anak pasti akan merinduka orang tuanya, tapi rasa sakitnya masih ada.
Sedangkan tuan Arthur ia begitu tercengang, ia tidak tau tuan Hardiand di rawat di rumah sakit. Dia pun langsung ke meja resepsionis dan menanyakan ruangan tuan Hardiand.
Setelah mendapatkan informasi tuan Hardiand, tuan Arthur langsung kembali ke ruangan Elmer. Sampai di ruangan Elmer, dia menaruh kantong plastik dan paper bagh itu.
Mommy Becca pun mengeluarkan semua isi dari dalam paper bagh itu. Sejak tadi siang ia belum makan lantaran khawatir pada Elmer, ia sudah menghubungi Rara, namun putrinya sama sekali tak menjawab panggilannya itu.
"Mom, tadi aku bertemu dengan putrinya Hardiand. Katanya Hardiand di rawat di ruamh sakit ini," ujarnya.
"Apa? Kita tidak tau,"
"Aku mau kesana untuk melihatnya." Tuan Arthur begitu khawatir dengan keadaan Hardiand, saudaranya itu.
"Hardiand pasti sudah istirahat, ini sudah malam. Sebaiknya besok saja," ucap Mommy Becca.
Elmer membuka kedua matanya, ia menoleh ke arah kanan dan melihat Mommy Becca dan tuan Arthur.
Elmer beringsut duduk, tuan Arthur yang melihatnya pun bergegas menghampiri Elmer.
"Elmer, kau butuh sesuatu?" tanya tuan Arthur.
Elmer menggeleng lemah, ia begitu beruntung memiliki mertua seperti tuan Arthur dan Mommy Becca, yang begitu menganggapnya seperti anaknya sendiri.
"Daddy makanlah dulu, pasti Daddy belum makan malam."
"Iya,"
....
Sedangkan di tempat lain.
Seorang wanita berjalan sempoyongan di lobi Apartement. Dia berdesis melihat beberapa tombol di depannya seperti bercabang.
Beberapa kali dia menekan tombol itu dan akhirnya puntinya berbunyi, ia pun masuk. Namun ruangan itu terasa gelap. Dia menekan seklar lampu di ruangan itu dan seketika ruangan itu terang.
"Mommy, Dad, Elmer!!!" teriaknya, dia menabrak sebuah sofa, hingga tubuhnya jatuh ke lantai. "Sialan!!" umpatnya.
"Kemana mereka? Oh aku tau," Rara mencoba bangkit. "Kalian pasti menemui si wanita yang mirip dengan Gege itu kan?" Rara tertawa cekikian. Setelah rasa sesak yang di ucapkan Elmer. Dia menghabiskan waktunya berjalan-jalan, lalu berakhir di sebuah club, sebuah tempat yang nyaman untuk mengeluarkan rasa sakit hatinya.
"Gege," Rara berjalan sempoyang. Dia melihat foto keluarganya. "Keluarga yang manis, ah tidak, tidak ..." Rara memainkan jari telunjuknya dan terkekeh. "Adik ku yang manis, selama ini kau sudah mendapatkan apa yang kau mau. Ya, kau mendapatkan kasih sayang kedua orang tua ku dan kasih sayang dari orang yang mencintai mu. Rasanya tidak adil, kita lahir di hari yang sama, di rahim yang sama, hanya beberapa menit, beberapa detik yang membedakannya. Tapi kenapa kau mendapatkan semuanya?"
Rara menangis di iringi kekehan geli. "Seharusnya kau bersikap adil pada ku, milik mu tentunya harus menjadi milik ku. Kau tidak ingin berbagi, kau ingin hanya memiliki Elmer sendiri. Tidak boleh adik ku sayang, kau harus berbagi."