"Pergi kamu dari rumah" Usir Bianca, ibu tiri Sarah. Begitulah, Sarah terpaksa pergi dari rumah sendiri. Bukan hanya Bianca yang kejam, tetapi adik tiri Sarah pun selalu mengganggu hubungan percintaan Sarah dengan Rafi sang guru SMK di sekolah.
Di tengah perjalanan, Sarah bertemu dengan gadis tengil yang bernama Salma. Wajah Sarah dengan Salma mempunyai kemiripan 100 persen. Namun, jika Sarah wajahnya glowing, Salma berwajah kusam.
Rupanya, Salma pun kabur dari rumah lantaran menolak ketika dipaksa menikah dengan guru matematika yang bernama Haris. Salma lantas mempunyai ide gila, mengajak Sarah tukar tempat. Tukar tempat, itu artinya Sarah sudah siap menggantikan Salma menikah dengan Haris.
"Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cintaku Ditukar Siswi Kembar. Bab 13
Bagai di sambar petir dada Salma ketika mendengar ucapan Sarah yang hendak tukar tempat kembali. Tukar tempat lagi, itu artinya Sarah akan kembali kepada Rafi. Tentu saja Salma tidak rela melepaskan guru tampan yang bernama Rafi karena sudah mampu mencairkan hatinya yang membatu karena pria.
"Eeemm... bagaimana kabar Mama, Sarah?" Segera dia alihkan pertanyaan tentang kabar sang mama.
"Mama kamu baik-baik saja Sal. Terimakasih kamu sudah memberi kesempatan aku untuk mempunyai Mama, walaupun tidak akan lama," Sarah tiba-tiba sedih. Di balik ide gila yang menghasilkan penyesalan, Sarah menemukan sosok ibu seperti Asyima.
"Sarah... kenapa bicara seperti itu sih, sampai kapanpun... gue senang jadi saudara loe dan berbagi Mama kok," Salma menggenggam tangan Sarah.
Obrolan berhenti sejenak kala waitress datang membawa pesanan. Setelah meletakkan di meja dan berbasi basi, waitress meninggalkan mereka.
Melihat minuman yang berwarna kuning membuat Salma sudah tidak sabar ingin meneguknya. "Uhuk-uhuk" Salma tersedak karena satu gelas Mango thai dia teguk tanpa napas.
"Pelan-pelan Sal," Sarah malu kepada para pelanggan yang tengah makan siang, perhatiannya beralih kepadanya.
"Hihihi... haus," Salma terkikik tanpa dosa. Sarah hanya geleng-geleng kepala lalu menunduk. Kedua tangannya ambil sendok dan garpu memotong makanan dalam piring kemudian menyuap perlahan.
Berbeda dengan Salma, melihat cara makan Sarah tidak sabaran. Belum lagi dalam mulut penuh Salma sambil bicara.
Sarah hanya sesekali menanggapi hingga makanan habis. Kemudian menyeka mulut dengan tissue.
"Salma, aku sekarang sudah tinggal di rumah kamu, dan segalanya tercukupi. Sebaiknya atm ini kamu yang pegang," Sarah tahu, tinggal di rumah mama tirinya, Salma tidak akan pernah menerima uang. Sarah letakkan atm di telapak tangan Salma.
"Tidak usah Sarah, tenang saja. Uang aku kemarin masih banyak kok," Salma Keukeuh dengan pendirian. Tetapi karena Sarah memaksa, mau tak mau Salma menerimanya. Membuat hati Sarah merasa lega, karena semuanya milik Salma.
"Sal, masih ada yang ingin aku katakan. Dan ini lebih penting" Ucap Sarah. Sebelum melanjutkan ucapanya menyeruput sedikit
"Apa Sar?" Salma deg degan, takut jika Sarah membicarakan soal Rafi lagi. Salma rasanya tidak mau dengar.
"Sar... maaf ya, pasti kamu sudah melihat seperti apa nilai raport aku,"
"Terus..." Potong Salma.
Sarah minta Salma agar giat belajar, karena Sarah tidak mau masa depanya tumbang lantaran tidak lulus ujian. Terasa mengerikan baginya, setelah bertahun-tahun berusaha dengan susah payah jika sampai gagal, putus sudah harapan.
"Aku mengerti Sarah," Salma lantas ingat nasehat Rafi. Seharusnya dia menurut bukan malah ngambek ketika di suruh belajar.
"Sudah Sore Sar, kita pulang" Sarah ingat janjinya kepada Asyima akan mengukur baju kebaya pernikahan. Salma hanya mengangguk lalu bersama-sama meninggalkan restoran.
"Salma... aku titip Rafi ya. Ingat, suatu saat nanti aku akan kembali kepadanya," Pungkas Sarah, lalu melesat pergi di tutup dengan lambaian tangan kedua belah pihak.
**************
Sore harinya di dalam kamar. Miring sana, miring sini. Badanya sudah mengajak beristirahat, tetapi bayangan Rafi selalu berada di pelupuk mata. Hati sekeras batu tidak ada pria yang membuat batu tersebut melunak. Tetapi tiga hari bersama Rafi rupanya mampu menggempur hati Salma.
"Ya ampuuun... kenapa harus Rafi yang membuat aku gila seperti ini..." Salma menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Jika dia boleh memilih tidak akan mencintai Rafi kekasih Sarah.
Kata-kata Sarah agar menjaga Rafi untuk wanita lain, tetapi Salma merasa bagai pagar makan tanaman. Tetapi Salma juga tak kuasa menolak datangnya cinta yang tiba-tiba.
"Aku harus ke apartemen, sekarang juga" Monolog Salma. Masih mengenakan seragam sekolah, dia hendak menuruni anak tangga. Tetapi di depan pintu, dia berhenti.
Ketika hendak mengenakan sepatu, Salma ragu. "Tapi kan aku malu. Masa... cewek nyamperin cowok sih... kalau sama anak-anak tongkrongan sih nggak masalah, tapi nyamperin Rafi, apa tidak berlebihan," Salma bergumam lalu berdiri mondar-mandir di depan pintu kamar.
"Heh! Sarah! Daripada mondar mandir gitu lebih baik menggosok sana," Perintah Rania menatap Salma penuh kebencian.
"Setrika baju loe? Tak usah ya," Jawabnya, lalu melengos menuruni anak tangga. Sepatu beradu dengan kayu terdengar berisik. Salma membuka pintu depan tidak menghiraukan teriakan Rania dari lantai atas.
Salma tidak pernah mau mengerjakan pekerjaan rumah, baju kotor miliknya pun selalu dia masukkan ke loundre.
Kali ini dia tidak mau numpang angkutan karena kelamaan. Memilih memesan ojek sambil menunggu di depan warung yang berada di pinggir jalan, dia membeli permen lolipop.
"Nona Sarah ya?" Tanya seorang pria yang melepas helm di depan Salma.
"Iya, Pak," Salma segera naik ke atas motor, sebelum akhirnya tukang ojek melesat pergi.
Tiba di depan apartemen, Salma turun lalu menuju kamar Rafi. Dia berjalan tanganya memegang permen sambil senyum-senyum sendiri.
Salma menekan bel tidak lama kemudian daun pintu bergerak. Muncul Rafi masih mengenakan baju batik yang dia kenakan ke sekolah.
"Sarah..." Mata Rafi melebar, selama satu tahun pacaran, baru kali ini Sarah datang.
"Aku mau belajar, tetapi sama Mas Rafi saja," alasan Salma tepat.
"Siap Ratuku..." Rafi pun tersenyum senang kemudian dia mengajak Salma masuk. Salma mengikuti dari belakang tersenyum sambil sesekali menjilati lolipop.
"Mas Rafi mau permen?" Tanyanya kemudian.
"Boleh" tanpa Salma duga, Rafi merebut permen di tangan Salma, kemudian mengulumnya.
"Mas... itu kan bekas aku?" Salma sebenarnya hendak memberikan satu permen lagi yang belum dibuka, tetapi Rafi rupanya memilih bekasnya.
"Bekas pacar nggak apa-apa kan?" Rafi terkekeh.
Dengan wajah yang sudah merah Salma menunduk, tersipu malu. Andai saja dia Sarah, alangkah bahagianya. Demi cintanya pada Sarah permen yang sudah bekas pun dimakan. Salma mendadak sedih, karena suatu saat nanti Rafi akan tahu yang sebenarnya dan Salma harus siap jika Rafi membencinya, karena telah berbohong.
"Hai... kenapa kamu bengong?" Rafi menekan kedua sisi pipi Salma. Mata mereka saling bertemu. Terutama Salma tidak berkedip menatap pipi lesung di depanya.
*************
Bangunan lantai dua di bagian bawah di gantung gaun-gaun mewah berbagai merk, memanjakan mata para pengunjung terutama pelanggan kalangan menengah ke atas.
Termasuk seorang wanita yang baru pertama kali masuk ketempat tersebut. Dia adalah Sarah yang akan menemui mama Salma. Sesuai rencana akan mengukur baju untuk ijab kabul. Kagum, ketika menginjakan kaki ke butik berlantai keramik mengkilap.
Butik bukan sembarang butik, karena luasnya dua kali rumah Salma. Sangking terpukau, melihat luas bangunan yang didominasi oleh pakaian pria dan wanita. Sarah berjalan mundur, hingga menabrak tubuh seseorang. Ketika hendak jatuh ke lantai, tubuh Sarah di tangkap tangan kekar.
...~Bersambung~...
terimakasih kembali author
ditunggu karya selanjutnya
iklan mendarat y kak