Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Seolah memiliki telepati yang kuat, biarpun mulut berkata akan memeriksa ketika fajar menyingsing, namun tubuh keduanya tidak bergeser sedikit pun untuk pergi dari memperhatikan batu. Angga dan Nuri terdiam, sama-sama terlibat dalam pikirannya masing-masing.
"Tapi saya penasaran sekali ini batu apa? benda ini teronggok sendiri di tengah-tengah tanpa ada batu lain di sekelilingnya. Dibilang gua, tapi bukan. Lagipula teksturnya gak seperti batu pada umumnya." Nuri berspekulasi sembari mengitari batu tersebut.
"Aku juga kepikiran begitu. Aku seakan gak percaya kalau ini batu sungguhan." Angga mengetuk-ngetuk batu, memperhatikan bunyinya. Tidak cukup dengan begitu, Angga pun turut mengitari seperti Nuri. Dia juga menelaah keadaan sekitar, melihat-lihat, sampai ketika pandangannya tertuju kepada Nuri, wajah Angga berubah teramat serius.
"Maaf Mbak sebelumnya, sebaiknya Mbak bergeser sedikit kesini." Angga refleks menarik lengan Nuri agar wanita itu cepat berpindah tempat. Dalam penglihatan Angga, Nuri hampir menginjak rambut Kun, dimana tampang si Kun sudah melotot tajam seperti orang mengancam. Angga khawatir jika Nuri sampai menginjak rambutnya yang entah kenapa menjuntai sampai ke bawah-bawah, Nuri bakal kenapa-kenapa.
"Memangnya ada apa Mas Angga?" Nuri terheran-heran.
"Nggak ada apa-apa. Mending kita balik ke tenda aja sekalian aku mau pasang tenda yang satunya lagi. Kita analisa lagi setelah pagi tiba." Angga tidak mau ambil resiko. Dia lalu mempersilahkan Nuri jalan terlebih dahulu setelah wanita itu mengiyakan pendapatnya.
Dalam kesempatan ini, Angga yang tertinggal dibelakang dalam jarak tiga meter menyempatkan berbincang dengan si Kun.
"Jangan marah. Dia kan gak tahu ada keberadaan mu dibelakangnya."
"Iiiih hihihi.. " Kun malah terbang sambil tertawa, membuat Nuri yang lebih dulu jalan berhenti melangkah. Dia menoleh ke belakang.
"Apakah kamu mendengar suara?" tanya Nuri.
"Tidak Mbak."
"Padahal aku belum bilang suara apa lho." Nuri tersenyum, membuat Angga salah tingkah karena sudah ketahuan berbohong. Kadung begini, Angga langsung menembak pernyataan.
"Suaru ketawa ya, aku dengar kok."
Nuri mengernyitkan dahi. "Bukan Mas, tapi suara wanita menangis."
Angga menghela nafas, itu pasti kerjaan si Kun. Angga mendumal dalam hatinya lalu Kun berbisik.
"Bete, Masnya nginep disini malah bawa cewek!"
...***...
Paginya, ketika sinar mentari menerobos dedaunan.
"Tidak ada sidik jari tertinggal, tetapi feeling ku dua orang kemarin yang kita temukan ada kaitannya."
"Bisa jadi benar." Jawab Angga. Kemudian tidak lama Angga melihat suatu di bawah sana. Ia berjongkok, mengusap tanah yang lama kelamaan semakin jelas terlihat seperti pojokan ruang.
"Mbak," kalau sudah manggil begini, Nuri yakin Angga menemukan sesuatu. "Ada apa Mas Angga?"
"Ini, lihatlah."
Nuri memeriksa penemuan Angga. Nuri terheran-heran. Pasalnya plat besi di bawah permukaan batu besar terasa janggal, seakan menunjuk kalau batu besar itu diperuntukkan untuk menutupi pintu.
"Mas, mari kita coba dorong batu ini." Pinta Nuri. Angga awalnya ragu menggeser batu itu berdua saja dengan Nuri, tetapi setelah dijelaskan Nuri bahwa yang terjadi seperti rentetan teka-teki yang saling terhubung, Angga pun jadi yakin. Bisa jadi dua orang yang kemarin mereka temukan adalah orang yang mungkin saja pernah mendorong batu itu, pikir mereka.
Sedikit demi sedikit batu besar itu berpindah tempat, itu artinya batu tersebut kuat dugaan sudah di rancang untuk menutupi pintu rahasia. Makanya, hanya dua orang saja mampu membuatnya bergeser.
Ketika sepenuhnya pintu menuju ruang bawah tanah terlihat, Angga dan Nuri kembali memikirkan cara bagaimana membukanya. Tetapi ketika pikiran memikirkan hal semacam itu, justru pintu tidak terkunci dan gampang sekali dibuka.
Dengan berbekal benar kenur yang Angga bawa sebagai penanda jalan, keduanya pun masuk ke dalam menyusuri lorong bawah tanah yang lebih mirip jalan lengkap dengan segala fasilitas. Ada lampu penerang di sana meskipun sudah tidak menyala lagi. Ini seperti sudah direncakan dengan matang dengan orang-orang tak sembarangan.
"Ini seperti terowongan penghubung dari satu tempat ke tempat lain. Kita harus menemukan ujung lorong ini." Seru Angga. Nuri mengangguk pelan.
"Mereka terniat sekali." Tidak dipungkiri bahwa Nuri takjub dengan penampakkan lorong bawah tanah yang tak biasa ini.
Sampai ditengah perjalanan, keduanya sadar kalau ini mungkin memiliki ujung yang panjang namun mereka belum ada perbekalan yang cukup. Akhirnya dengan jarak kira-kira hampir satu kilo meter, Angga dan Nuri kepikiran ingin kembali membawa perbekalan. Tetapi niat itu di urungkan karena rasanya sudah jauh melangkah eh tiba-tiba malah putar balik.
Dan keputusan mereka benar.
Setelah perjalanan dilanjutkan, ternyata jarak sisa hanya tingga sedikit lagi. Tidak pakai lama Angga dan Nuri menemukan ujung lorong itu yang ternyata berupa jalan buntu. Dugaan sementara ujung lorong tersebut sudah ditutup setelah sekali dipergunakan.
Apakah Nuri dan Angga langsung menyerah? oh tentu saja tidak. Mereka kembali ke pintu awal dan...
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶