Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Sakit
Mobil mereka pun tiba di pelataran Rumah Sakit Cahaya Kasih. Mereka pun di sambut langsung oleh direktur RS.Cahaya Kasih yang sudah menunggu mereka. Ternyata selama dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Cahaya Kasih, Ari sang Asisten sudah menghubungi direktur Rumah Sakit. Dengan sigap para medis segera membawa brankar dan memindahkan Tamara dari mobil milik Jemmy, ke brankar Rumah Sakit.
"pak direktur tolong dia!" Ucap Jemmy sendu.
"Baik pak, kami akan melakukan segala upaya, untuk menyelamatkan nona Tamara"
"pak Jemmy mohon menunggu, biar kami segera membawa nona Tamara ke ruang IGD" jawab direktur Rumah Sakit.
Tamara di dorong menuju ruang IGD, oleh petugas medis san Jemmy. perasaan panik bercampur khawatir kini benar-benar menyelimuti Jemmy, sepertinya Jemmy sudah mulai jatuh hati pada Tamara.
"Ari.... apa Tamara akan baik-baik saja?" tanya Jemmy dengan suara serak dengan air mata yang menetes. Yah Jemmy seorang lelaki tapi keadaan Tamara membuatnya pertahanan dirinya hancur, image pengusaha kejam dan dingin kepada lawannya hilang entah kemana.
"Insya Allah pak,mending kita berdo'a saja semoga nona Tamara baik-baik saja tuan" jawab Ari sang asisten menenangkan tuanya.
"Ya kamu benar Ar, sebaik-baiknya manusia,hanya Allah sang penolong"
"Sebab kita manusia bisa berencana, tetapi Allan lah yang menentukan segala sesuatu" lirih Jemmy.
Jemmy sangat khawatir dengan keadaan Tamara, dia sangat takut kalau sampai sesuatu terjadi kepada sang pujaan hati.
Ceklek....
Suara pintu ruang IGD terbuka dan muncul lah seorang dokter yang tidak lain adalah Direktus Rumah Sakit yang keluar dari ruangan tersebut.
"Dokter bagaimana keadaan nona Tamara sekarang?" Tanya Ari sang asisten mewakili tuannya.
"Alhamdulillah....kondisi pasien saat ini sudah dalam keadaan baik-baik saja,pasien mengalami sesak nafas akibat terlalu lama terkurung di ruangan gelap dan pengap membuatnya kekurangan oksigen sehinggah membuat tekanan darahnya rendah, dehidrasi, dan pasien mempunyai riwayat penyakit mag sehinggah sakit mag nya kambuh, jadi sebaiknya pasien harus di rawat beberapa hari di sini tuan Jemmy" jawab dokter sekaligus direktur Rumah Sakit itu.
"Alhamdulillah..... yang penting Tamara sudah baik-baik saja"
"Terima kasih dokter Naufal" ucap Ari sang asisten
"Tidak perlu sungkan tuan, suatu kehormatan bisa di percayakan melayani tuan"
"Hhmm" dehem Jemmy
Direktur Rumah Sakit Cahaya Kasih pun pergi meninggalkan mereka yang masih setia menunggu di depan ruang IGD. Setelah dari ruang IGD, Tamara akan di pindahkan ke ruang rawat inap VVIP.
"Ari kamu dan Pak satpam, sudah boleh pulang"
"Siapa yang akan menjaga nona Tamara tuan? Apa kita harus menghubungi keluarganya atau sahabat-sahabatnya?" tanya Ari sang asisten
"Kamu nggak perlu menghubungi siapapun, karena aku sendiri yang akan menjaga Tamara"
Ari sang asisten dan satpam penjaga pintu gerbang pun meninggalkan pelataran Rumah sakit. Jemmy pun masuk menemui Tamara. Hatinya terasa nyeri melihat Tamara berbaring tak berdaya dengan lemah. Jemmy segera menarik kursi dan duduk di samping Tamara. Dia pun mulai bercerita walaupun dia tau Tamara belum sadar.
"Kamu adalah wanita pertama yang membuat jantungku berdengup, kau jugalah yang membuatku penasaran, aku tak pernah penasaran terlalu lama namun kamu membuatku penasaran dalam waktu yang lama"
"Pertemuan singkat dan tak di sengajai, itu mungkin adalah skenario Allah, ya karena skenario-Nya tidak pernah satu dan tunggal"
"Jauh dari mu membuatku tau, apa arti sebuah kerinduan"
"Melihatmu lemah dan tak berdaya, membuatku merasa gagal tak bisa melindungimu"
"Akan ku pastikan kejadian ini tidak akan terulang lagi"
Jemmy pun bercerita, sampai dia tak sadar sudah tertidur di kursi samping Tamara. Tamara pun dengan perlahan-lahan mulai membuka mata, dia pun mengamati sekitarnya berwarna putih.
"Duhh.... gue di mana ni sekarang? Jangan-jangan gue udah meninggal" lirih Tamara sambil melihat sekelilingnya. Matanya pun terpaku pada sosok yang tertidur di kursi samping tempat tidurnya.
"Gue kayaknya udah meninggal, atau kayaknya udah berhalusinasi melihat Pak Jemmy di sana"
Tak lama kemudian suara Adzan subuh berkumandang. Melihat ada pergerakan dari sosok Pak Jemmy membuat Tamara memejamkan mata.
"Alhamdulillah.... aku masih bernafas dan melihat hari ini, Tamara pun sudah dalam keadaan baik-baik saja" ucap Jemmy
Jemmy pun bergegas ke kamar mandi yang ada di ruangan itu, untuk membersihkan diri dan mau melaksanakan sholat subuh di musholla Rumah Sakit. Setelah keluar dari kamar mandi, Jemmy pun mendekati Tamara yang masih tertidur.
"Duhhh... mau apa dia berjalan mendekati tempat tidurku" monolog Tamara dalam hati.
" Tama aku pergi untuk melaksanakan kewajibanku nggak jauh dari sini, aku akan kembali lagi nanti seusai sholat subuh dan mencari sarapan untuk kita Asalamualaikum...." pamit Jemmy.
"Wa'laikum salam...." jawab Tama dalam hati.
Tamara pun mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu tertutup. Dia pun membuka matanya.
"Alhamdulillah... ya Allah Engkau begitu baik bagi aku hamba-Mu, engkau mengirim pertolongan tepat pada waktunya, sehingga aku masih selamat, terima kasih untuk kesempatan ini" do'a tulus Tamara.
Tamara pun bingung bagaimana dia harus mengabari sahabat-sahabatnya, sedangkan handphonenya sudah di rusakin oleh Tamariska dan sahabat-sahabatnya. Tamara merasa bersyukur di selamatkan oleh Jemmy, tapi dia tidak mau merepotkan jadi dia memutuskan untuk menghubungi sahabat-sahabatnya saja nanti untuk menjaganya.
Seusai melaksanakan sholat subuh, Jemmy pun memutuskan untuk mencari sarapan bagi dirinya dan Tamara. Jemmy pun bergegas ke ruang rawat inap milik Tamara. Setibanya di depan pintu, Jemmy mengetuk
Tok....
Tok....
Tok....
"Asalamualaikum....." sapa Jemmy.
"Wa'laikumsalam....." jawab Tamara.
Jemmy pun terdiam dan jantungnya berdebar-debar mendengar salamnya di sapa Tamara, dan yang lebih mengembirakannya dia melihat Tamara sudah bangun dan duduk di atas tempat tidur pasien.
"Kamu sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" tanya Jemmy basa basi.
"Alhamdulillah.... saya sudah baikan Pak, ini semua berkat Bapak yang sudah menolong saya"
"Jangan panggil bapak, saya bukan bapak kamu? Aku belum punya anak, aku masih single dan masih muda baru 23 tahun aja kok" protes Jemmy
" saya harus panggil apa? Kan Pak itu kerja di sekolah saya"
"Saya nggak kerja di sekolah kamu, terserah kamu mau manggil apa saja boleh, bahkan kalau mau panggil mas juga nggak apa-apa"
"Kalau gitu gimana kalau paman aja?"
"Aku bukan paman kamu, aku nggak pernah nikah sama bibi kamu jadi gimana bisa kamu jadi ponakanku?"
"Ya udah aku manggilnya abang aja" putus Tamara
"Ya terserah kamu, nih aku bawain sarapan untuk kita"
" terima kasih bang, apa abang yang menolong dan membawa aku kemari?"
"Bukan aku sepenuhnya, itu semua karena Allah masih menyayangi kamu dan masih memberi kamu kesempatan, maka itu Allah menuntunku untuk menemukan dan menolongmu..... itulah Allah itu Maha besar, Ia selalu menolong hambanya tepat Pada waktu-Nya" Jelas Jemmy
"Masyaallah......"