NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meminta Bantuan

“Dokter, apa ingin istirahat sebentar? Ada ruang istirahat yang kosong,” tanya salah satu perawat yang melihat wajah lelah Dafa. Dafa hanya mengangguk singkat. “Terima kasih. Aku akan istirahat sebentar,” jawabnya dengan suara tenang.Ia melangkah menuju ruang istirahat, mengambil minuman dari kulkas, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Suasana ruang istirahat itu sunyi. Hanya ada dia, sebuah TV menyala di pojok ruangan, dan suara AC yang mendinginkan udara. Dafa mencoba meregangkan otot-ototnya yang tegang.

Ketika ia sedang asyik menyeruput minumannya, tiba-tiba matanya menangkap berita di TV. Liputan infotainment tentang gosip selebritas. Awalnya, Dafa tidak terlalu tertarik, hingga nama dan wajah yang dikenalnya muncul di layar. “Luna Amanda terlihat mesra dengan Elvin di lokasi syuting! Apakah ini tanda hubungan baru? Simak berita selengkapnya!” ujar pembawa acara dengan nada yang dramatis. Lalu, gambar Luna dan Elvin ditampilkan, memperlihatkan adegan yang seolah menunjukkan kedekatan mereka.

Dafa terdiam, hanya menatap layar TV itu tanpa ekspresi. Ia mengingat pertemuannya dengan Luna seminggu yang lalu. Wanita itu terlihat sangat berbeda dari citra yang ditampilkan di layar kaca saat ini. Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi Luna, tapi ia bisa merasakan bahwa ada ketulusan dalam cara Luna berbicara dengannya. Dan sekarang, melihat berita ini, Dafa merasa sedikit… terganggu. Tapi ia tidak menunjukkan perasaannya. Hanya ada keheningan dan tatapan tajam yang sulit diartikan.

“Hmm…,” gumamnya pelan, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak punya hak untuk merasa terganggu. Bagaimanapun, mereka hanya dua orang asing yang kebetulan bertemu. Ia tidak memiliki alasan untuk memikirkan Luna lebih dari sekadar seseorang yang ia temui di sebuah acara. Sementara itu, di dalam mobil, Luna masih berdebat dengan Aurel tentang langkah terbaik untuk menanggapi gosip ini. “Bagaimana kalau kita buat pernyataan bahwa kita hanya rekan kerja? Bahwa tidak ada hubungan pribadi apa pun di antara kita?” usul Aurel.“Tapi itu tidak cukup, Rel. Kau tahu bagaimana mereka bisa memutarbalikkan kata-kata kita.

Mereka akan membuatnya seolah-olah aku menyangkal karena malu atau semacamnya,” jawab Luna frustrasi. “Jadi, apa yang kau mau? Mengadakan konferensi pers?” tanya Aurel dengan nada cemas. Luna menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Aku hanya ingin ini semua berhenti. Aku tidak ingin semua orang berpikir aku punya hubungan dengan Elvin. Itu akan merusak segalanya, terutama setelah...”Dia berhenti sejenak. Setelah bertemu Dafa, pikirnya dalam hati. Meski ia tahu itu tidak masuk akal, tapi ia tidak ingin Dafa mendapatkan kesan buruk tentangnya. Bagaimana jika Dafa melihat berita ini? Bagaimana jika ia berpikir bahwa Luna adalah tipe wanita yang terlibat dalam skandal murahan?

“Setelah apa?” tanya Aurel bingung.“Setelah aku berusaha menjaga citra yang lebih profesional. Aku tidak mau terjebak dalam gosip-gosip murahan seperti ini,” jawab Luna cepat, menutupi perasaannya yang sebenarnya.

Aurel mengangguk, memahami kegelisahan Luna. “Oke, kita akan segera bertemu dengan tim PR. Aku yakin kita bisa menyelesaikan ini dengan baik. Kau fokus saja untuk tetap tenang. Aku tahu ini berat, tapi kau harus kuat.”Luna mencoba tersenyum, meski hatinya masih terasa berat. “Aku tahu, Aur. Aku akan mencoba. Aku hanya berharap… ini semua segera berakhir.”

**

Sesampainya di apartemennya, Luna langsung masuk dan membanting pintu. Ia melempar tasnya ke sofa dan langsung menuju balkon. Hawa dingin sore hari menyambutnya. Ia berdiri di sana, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye. Di benaknya, wajah Dafa terus muncul. Ia ingat bagaimana tatapan dingin tapi dalam dari pria itu, bagaimana percakapan singkat mereka terasa begitu tulus dan nyata. Sekarang, dengan segala drama yang terjadi, ia merasa semua itu semakin menjauh dari kenyataan.

Luna menggigit bibirnya, menahan rasa frustasi yang semakin menumpuk. “Apa yang sedang kau pikirkan, Luna?” tanyanya pada dirinya sendiri. Lalu, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka kontak. Jarinya melayang di atas nama Aurel sebelum ia akhirnya menekan panggilan.“Rel…,” suaranya terdengar ragu, “Bantu aku mencari cara untuk menghubungi Dafa. Aku butuh bicara dengannya.”Di ujung sana, Aurel terdiam sejenak. “Luna, kau yakin ini ide yang baik? “Aku tidak tahu, tapi aku harus mencoba. Aku tidak mau dia mendapatkan kesan yang salah. Aku hanya ingin berbicara dengannya, itu saja.”

Aurel menarik napas panjang. “Baiklah, aku akan coba cari tahu. Tapi, Lun, ingat… jangan biarkan perasaanmu membuatmu mengambil langkah yang akan kau sesali nanti.“Aku tahu, Rel.Tapi ini satu-satunya cara agar aku merasa sedikit lebih baik.”Panggilan telepon berakhir, dan Luna kembali menatap langit sore yang semakin gelap. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan gosip murahan ini menghancurkan harapannya yang baru tumbuh. Meski perjalanannya penuh tantangan, Luna bertekad untuk memperjuangkan apa yang ia rasa benar.

***

Pagi itu, Luna berdiri di depan lobi Raffles Hospital dengan pakaian kasual dan kacamata hitam besar yang menutupi sebagian besar wajahnya. Meski berusaha tampil sederhana, kecantikan alaminya tetap menarik perhatian beberapa orang yang melintas. Ia merasa sedikit gugup, tapi juga bertekad. Setelah mendapatkan informasi dari teman Aurel yang bekerja di rumah sakit ini, Luna yakin bahwa satu-satunya cara untuk berbicara langsung dengan Dafa adalah menemui dia di tempat kerjanya.

Dengan langkah cepat, Luna memasuki lobi rumah sakit yang luas dan modern. Ia menghampiri meja resepsionis dan menanyakan jadwal dokter Dafa Donofan. Resepsionis, seorang wanita muda dengan senyum ramah, segera mengecek di komputernya. “Maaf, Nona, Dokter Dafa tidak ada jadwal hari ini. Dia sedang cuti,” ujar resepsionis dengan nada sopan. Luna merasakan hatinya mencelos. Ia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti ini. “Cuti? Kapan dia akan kembali bekerja?” tanyanya, mencoba menahan kekecewaannya.

“Saya tidak tahu pasti, Nona. Mungkin minggu depan, tapi bisa lebih cepat atau lebih lambat,tergantung keputusan beliau,” jawab resepsionis itu lagi. Luna menggigit bibirnya, merasa putus asa. Jika Dafa sedang cuti, ia tidak akan tahu kapan bisa bertemu dengannya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja. “Suster,” panggil Luna dengan nada yang lebih serius, sambil mencoba menenangkan diri, “apakah saya bisa mendapatkan alamat rumahnya? Saya benar-benar perlu bertemu dengannya. Ini sangat penting.”

Resepsionis itu tampak terkejut. Ia menatap Luna dengan penuh rasa ingin tahu, lalu menggelengkan kepalanya dengan sopan. “Maaf, Nona. Kami tidak bisa memberikan informasi pribadi seperti alamat tempat tinggal dokter. Itu melanggar kebijakan privasi rumah sakit.” Luna berusaha menahan rasa frustrasinya. “Saya mengerti, tapi… ini benar-benar penting. Saya harus berbicara dengannya. Hanya sebentar saja, saya janji tidak akan mengganggu,” katanya, kali ini dengan nada sedikit memohon.

Resepsionis itu tampak ragu. Ia terlihat bersimpati pada Luna, tapi peraturan tetaplah peraturan. “Saya benar-benar tidak bisa membantu soal itu, Nona. Mungkin Anda bisa meninggalkan pesan, dan saya akan memberikannya kepada Dokter Dafa saat dia kembali.”Luna menghela napas panjang. Ia tahu ini tidak akan mudah, tapi ia tidak menyangka akan sesulit ini. Namun, ia juga tahu bahwa memaksa lebih jauh tidak akan membantu. Ia mengangguk pelan dan mencoba tersenyum, meskipun senyumnya terasa kaku.

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!