Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Terhalangnya Restu
Pagi sekitar jam tujuh, sebuah mobil mentereng berhenti di depan rumah sederhana milik orang tua Rere.
Demi sopan santun, Kanaka turun untuk menyapa ibu dari pacarnya itu (sudah boleh kan melabeli Rere sebagai pacar, kan kemarin mereka sudah kissing).
"Pagi tante." Kanaka turun dari mobil, menyapa ibunya Rere dan mencium punggung tangan itu dengan takjim
Laras masih terpaku saat mendapati Kanaka berdiri di depannya dan diperlakukan semanis itu oleh Kanaka, pria yang jauh dari kata ideal untuk diterimanya sebagai pacar atau calon mantu dari Rere anak semata wayangnya.
"Mau jemput Rere?" tanya Laras sopan, meski ada nada datar dalam suara itu untuk menyampaikan ketidaksukaannya.
"Eh udah nyampai." Rere muncul dari dalam rumah, menghampiri Kanaka dan ibunya yang sedang berbincang, Rere takut saja ibunya berbicara yang aneh-aneh kepada Kanaka.
"Bu aku berangkat dulu ya," pamit Rere mencium punggung tangan sang ibu, Kanaka pun melakukan hal yang sama.
"Kami berangkat dulu tante," pamit Kanaka sopan.
Mereka masuk ke dalam mobil, lalu Kanaka membunyikan klakson dan melajukan mobilnya pelan meninggalkan rumah Rere.
"Ibu lo kenapa Re?" tanya Kanaka membuka percakapan.
"Kenapa apanya?" tanya Rere pura-pura tak mengerti apa yang dimaksud Kanaka.
"Um.... kayak nggak welcome aja ama gue, bener nggak sih?" tanya Kanaka memastikan pendapatnya.
"Jangankan nyokap gue. Gue aja nggak welcome kok ama lo." Sekalian saja Rere mengungkapkan semua uneg-uneg nya.
"Kenapa lo nggak welcome ama gue? Padahal lo udah gue tandain jadi milik gue!" sahut Kanaka mendengar perkataan Rere yang seperti itu.
"Lo pikir lo singa, yang nandain orang kayak gitu? Lagian gue nggak percaya dengan omongan lo kemarin, bisa jadi lo cuman jadiin gue mainan!" ketus Rere sambil menekan emosinya.
"Lo sembarangan ya kalo ngomong, gue dibesarin ama Pipo dan Mimo gue untuk jadi cowok gentleman, nggak ada ceritanya gue mainin perasaan cewek!" Akhirnya Kanaka ikut kesal mendengar tuduhan itu.
"Bacot aja digedein, terus cewek yang suka nyamperin lo itu siapa? Yang suka nempel-nempel sambil peluk-peluk lo!" ketus Rere semakin kesal.
"Nggak ada yang berani meluk gue kecuali..... " Kanaka menghentikan kalimatnya.
"Kenapa diem? Kejebak kan lo?" tanya Rere.
"Lo lagi cemburu?" tanya Kanaka dengan senyum mengembang.
"Siapa yang cem.... "
"Itu Keiko, adik perempuan gue satu-satunya, kalo lo nggak percaya ntar gue kenalin, tapi ati-ati, dia sebelas dua belas sikapnya kayak Mimo," ucap Kanaka.
Rere menoleh cepat ke arah Kanaka. "Siap-siap lo diomelin karena terlalu cuek sama penampilan!" lanjut Kanaka sambil terkekeh.
Aseli Rere malu sudah sembarangan nuduh, andai saja ada lemari, pasti Rere memilih menghilang dari hadapan Kanaka.
Rere kadang masih bingung dan tak percaya, masak Kanaka bisa suka sama dia, padahal awal bertemu saja sudah sombong banget, kopi pemberian Rere bahkan tak diterima oleh cowok songong itu.
"Kenapa?" tanya Kanaka sambil mengusap kepala Rere.
Rere hanya menoleh, menatap Kanaka dengan seribu satu pertanyaan yang masih bercokol di kepalanya.
"Jangan kebanyakan mikir, ayam tetangga gue kesurupan karena kebanyakan mikir," lanjut Kanaka saat tak ada jawaban dari Rere.
"Sembarangan kalo ngomong! Gue bingung aja, kenapa dulu gue kasih lo kopi, lo nya nggak mau nerima? Sekarang bilang milikin gue," gumam Rere sambil menundukkan kepala.
"Kapan lo kasih gue kopi?" tanya Kanaka bingung.
"Hah! Masak lo nggak inget sih!" omel Rere kesal.
"Gue nggak biasa nerima pemberian cewek, apalagi pengagum-pengagum nggak jelas gitu, bukan lo doang yang gue tolak," ucap Kanaka pelan, agak merasa bersalah karena dulu memperlakukan Rere seperti itu.
"Ngerti sih, gue kan bagai butiran debu di mata lo," ucap Rere lirih sebenarnya bermaksud bicara dalam hati, tapi entah karena lagi pusing atau kenapa, Rere justru mengucapkan perkataannya dengan keras.
"Padahal gue tuh siapa, kok nganggep lo kayak gitu, nggak banget deh pola pikir lo itu."
Selanjutnya Rere memilih diam, rasanya ingin membalas perkataan Kanaka, tapi justru tuduhannya tak berdasar dan karena hal itulah Rere jadi tahu bahwa Kanaka ternyata tak pernah membedakan orang dengan melihat status kekayaannya.
Sore harinya sepulang dari magang Kanaka kembali mengantar Rere pulang, saat inipun secara gentleman Kanaka turun dan mengantarkan Rere sampai ke dalam rumah.
Dan penyambutan tak baik kembali diterima Kanaka dari ibunya Rere, meski Kanaka sudah berbicara sopan dan mencium punggung tangan bu Laras, tetap saja bu Laras seakan tak terjangkau.
Dan saat Rere masuk ke dalam rumah untuk mengganti baju kerjanya, kesempatan itu digunakan bu Laras untuk berbicara dengan Kanaka.
"Maaf nak...." bu Laras menjeda kalimatnya.
"Kanaka tante, nama saya Kanaka," ucap Kanaka sopan.
"Nak Kanaka, boleh tante tanya sesuatu?" tanya bu Laras sopan.
"Tentu tante silakan," jawab Kanaka tak kalah sopan.
"Maaf kalo pertanyaan tante nggak sopan, sebenarnya ada hubungan apa nak Kanaka dengan Rere? Kok tante lihat belakangan hari ini nak Kanaka sering sekali mengantar dan menjemput Rere," kata bu Laras dengan sopan tapi penuh penekanan.
"Um....sebenarnya saya pacarnya Rere tabte," jawab Kanaka terus terang.
Dari balik tembok Rere mematung mendengar perkataan Kanaka tersebut, dibalik rasa keterkejutan nya, Rere lebih merasa tersanjung, karena Kanaka secara gentleman mengakui kalau mereka pacaran, padahal Rere kan belum mengiyakan klaim dari Kanaka itu.
"Apa nak Kanaka nggak bercanda? Kamu tahu kan Rere dari keluarga sederhana, dan tante tahu kamu dari keluarga berada," kata bu Laras terus terang.
"Yang kaya itu orang tua saya tante, saya sendiri sebenarnya belum punya apa-apa dan masih berjuang meraih cita-cita saya," kata Kanaka merendah, tak perlu mengungkap jika dia masih dapat jatah dari Bramenda corp, Cakrawala dan Aurora company, karena bagi Kanaka tak ada yang perlu dibanggakan dari harta warisan nenek moyangnya.
"Tapi tetap saja orang tuamu kaya raya, belum tentu mereka merestui hubungan kalian, tante hanya tak ingin Rere terluka karena bermimpi terlalu tinggi," sahut Laras.
"Orang tua saya tak mempermasalahkan..... " ucap Kanaka yang langsung dipotong oleh Laras.
"Tante mohon tinggalkan Rere dan jangan beri harapan palsu kepadanya!" Setelah mengucapkan kalimat itu bu Laras meninggalkan Kanaka seorang diri.
Kanaka hanya bisa mematung, selama dua puluh tahun umurnya, dia tak pernah merasakan jatuh cinta kepada seorang perempuan, tapi baru saja kuncup itu mekar, eh sudah disirem pakai air panas hingga layu dan mati.
________
Kalian kasihan nggak guys sama Kanaka?
Tapi biarin aja ya dia berjuang, kan enak banget, mentang-mentang ganteng terus hidupnya lurus kayak jalan tol yang bebas hambatan gitu.
Aku seneng lho kalo kalian selain kasih like, vote, juga kasih aku komentar yang lucu-lucu, bikin aku semangat buat nulisnya, hihihi, makasih ya.
Salam sayang buat kalian semua dimanapun kalian berada.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu