Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUNYA BAKAT
Sudah hampir dua minggu Pearl berada di tempat Alex yang sering mereka sebut dengan markas. Pearl kini sudah pindah ke sebuah kamar tidur yang disiapkan khusus oleh Alex untuknya.
Kamar yang disiapkan oleh Alex tak terlalu jauh berbeda tema nya, masih dengan nuansa dua warna, hanya saja menggunakan warna coklat, tapi tetap dengan detail minimalis. Pearl sudah mulai terbiasa berada di sana dan ia merasa sangat tenang dan damai.
"Halo, Pearl," sapa Pain yang sudah berpakaian rapi dan akan pergi ke suatu tempat.
"Pagi, kakak ipar!" Aarav dan Mars berteriak bersamaan, membuat jantung Pearl berdegup kencang karena kaget. Namun hal itu membuatnya tertawa juga karena Pearl tahu keduanya sangat suka bercanda.
"Di mana Aex?" tanya Pearl.
"Alex sedang bersiap siap untuk pergi ke kampus. Ia masih ada di dalam kamar," jawab Ervin yang baru saja turun dari lantai atas.
"Pagi pagi kakak ipar sudah kangen aja sama Alex," ucap Aarav.
"Rav, berhenti menggodanya!" Alex yang baru keluar dari kamar tidurnya pun menasihati Aarav.
Menatap Alex yang terlihat begitu gagah dan tampan, membuat jantung Pearl kembali berdetak cepat. Pipinya juga terasa panas dan ia yakin akan kembali memerah jika ia tak dapat menetralkan degup jantungnya.
Meskipun Pearl sering mendapat godaan seperti itu, tapi ia merasa nyaman berada di sana. Mereka tak pernah mengejek Pearl atau membullynya. Ia diterima dengan baik tanpa ada yang pernah bertanya 'siapa dirinya', 'anak siapa', 'kaya atau tidak'.
Seperti yang dikatakan oleh Alex saat mereka pertama kali pria itu menyuruhnya tinggal di sana, Pearl tak perlu bekerja dan Alex lah yang akan menyediakan semua kebutuhannya. Alex menepati janjinya, bahkan tanpa perlu ia meminta, Alex tahu apa yang ia butuhkan. Pearl tak pernah kekurangan apapun.
Senyum di wajahnya kembali seperti dulu dan ia kini menjadi dirinya sendiri kembali. Alex menatap ke arah Pearl yang sudah terlihat berbeda dari sejak pertama ia tiba di markas, meskipun belum sepenuhnya seperti Pearl yang dulu.
"Kamu mau ikut ke kampus?" tanya Alex.
Pearl menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Meskipun hidupnya seakan telah kembali seperti dulu, tapi ia masih memiliki rasa takut jika bertemu dengan orang orang yang pernah membullynya. Ia merasa lebih tenang dan aman di markas Alex.
Alex berangkat ke kampus bersama dengan ketiga pria tadi, sementara Pain akan tetap berada di markas untuk menjaga Pearl.
"Aku titip Pearl, Pain," ucap Alex sambil menepuk bahu Pain.
"Aku tahu, tenang saja. Semua pasti akan aman," ucap Pain.
Mereka pun pergi meninggalkan Pearl di sana, bersama dengan Pain yang akan pergi ke area depan markas. Pain diam tapi ia tampak mengerjakan sesuatu menggunakan ponselnya.
*****
Malam hari ketika Alex duduk di ruang tengah bersama dengan Pearl, sementara pria yang lain sedang pergi.
"Al," panggil Pearl.
Alex yang sedang mengetik sesuatu mengangkat wajahnya dan menatap Pearl, "Hmm ... ada apa? Apa ada yang kamu inginkan?"
"Hmm ... bolehkah aku belajar naik motor denganmu?" tanya Pearl.
"Kamu ingin belajar naik motor bersamaku?" tanya Alex seakan tak percaya dengan permintaan Pearl.
Sejak Pearl tinggal di markas, Alex memang selalu membawanya untuk pergi mengikuti berbagai lomba motor, baik itu balapan maupun hanya sekedar pameran. Namun Alex tak menyangka bahwa Pearl akan tertarik dengan hal itu.
"Ya, apakah boleh?" Pearl agak sedikit ragu apakah Alex akan mau mengajarinya.
"Tentu saja boleh. Belajar naik motor bukanlah sesuatu yang negatif dan aku akan dengan senang hati mengajarimu."
Pearl tersenyum dan senyum seperti itulah yang dirindukan oleh Alex setiap harinya.
"Kapan kamu mau mulai belajar?" tanya Alex.
"Kapan pun kamu sempat. Aku tak ingin hal itu mengganggu waktumu."
"Bagaimana kalau sekarang saja," Alex menutup laptop miliknya lalu menggandeng tangan Pearl. Ia mengajak Pearl ke bagian depan markas di mana motor motor miliknya berjajar di sana.
Alex mendudukkan Pearl di bagian depan motor sementara ia berada di bagian belakang. Posisi Pearl seperti sedang diajari naik sepeda saja, apalagi posisi mereka begitu sangat dekat.
Jantung Pearl berdetak sangat cepat ketika dadda Alex bersentuhan dengan bagian belakang tubuhnya. Kehangatan tubuh Alex seakan mengalir ke dalam dirinya. Selain itu, Pearl juga bisa merasakan hembusan nafas Alex di belakang telinganya, membuat daddanya bergemuruh tak karuan. Rasa yang dulu pernah ada dan sempat menghilang, perlahan kembali ke permukaan dan memenuhi hatinya.
"Kita cari tempat yang agak sepi dulu, jadi kamu akan lebih mudah belajar," ucap Alex.
"Baiklah," Pearl menolehkan wajahnya ke belakang, ke arah Alex. Tiba tiba saja memerah saat merasakan wajah Alex yang begitu dekat dengannya. Bahkan hidung Alex menyentuh pipinya, karena ia sedikit menurunkan wajahnya.
Alex tersenyum karena melihat wajah Pearl yang kemerahan dan terlihat malu malu. Ia menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang kemerahan. Rambut Pearl yang diikat ekor kuda, membuat lehernya yang putih jenjang semakin terlihat begitu dekat, bahkan Alex bisa menghirup harum yang memenuhi indera penciumannya.
"Lihatlah ke depan dan seriuslah dalam belajar nanti. Aku tak akan mengulangi terus menerus. Kamu harus fokus," ucap Alex sedikit tegas untuk menutupi kegugupannya dan juga jantungnya yang berdetak dengan cepat. Ia berharap Pearl tak mendengar atau pun merasakan detak jantungnya.
Pearl yang awalnya mengira kalau Alex memiliki perasaan khusus padanya, kembali bergumam pada dirinya sendiri.
"Kamu harus sadar diri, Pearl. Jangan mengira bahwa perhatian yang diberikan oleh Alex itu karena ia memiliki perasaan khusus padamu. Ia hanya kasihan dan berempati padamu."
Pearl menghela nafasnya pelan dan menatap ke arah jalan di depannya. Ia fokus juga melihat bagaimana Alex mengendarai motor tersebut.
Setelah beberapa lama, mereka akhirnya sampai di sebuah gedung tua. Alex memasukkan motornya melalui sebuah pintu, membuat Pearl menyipitkan kedua matanya. Saat sampai di dalam, tampak sebuah arena balap yang terdiri dari beberapa lajur.
"Turunlah dulu," ucap Alex. Pearl mengikuti perintah itu.
"Lihatlah caraku mengendarai motor ini, mulai dari posisi sampai liukan yang kulakukan."
Pearl menganggukkan kepala dan fokus melihat bagaimana Alex mengendarai motor tersebut. Beberapa kali juga Alex bolak balik di depannya. Setelah itu, Pearl naik ke atas motor sementara Alex turun. Alex membantu Pearl seperti layaknya seorang anak belajar sepeda.
"Aku mengerti, Al. Aku yakin aku bisa," ucap Pearl setelah Alex sekali lagi menunjukkan dengan berboncengan.
"Baiklah, ingat untuk pelan pelan dulu," pesan Alex.
Di malam itu, Pearl dengan cepat belajar mengendarai motor. Dan malam malam selanjutnya juga ia masih berlatih. Alex tersenyum karena Pearl bisa dengan cepat mempelajari semuanya.
"Ia punya bakat," gumam Alex.
🧡 🧡 🧡