Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Walker High
"Tidak cukupkah hanya dengan kita bersama?"
Cal menghela seraya memijat keningnya ketika mengingat sebaris kalimat akhir yang terucap dari bibirnya, dan saat itulah Gempi memutuskan untuk pergi.
Ia sudah tiba di kamar hotel sekarang dengan diantar oleh Sifa, dan berharap kepergiannya ke Night Club kali ini, tidak ada yang mengetahui.
"Apa dia sengaja?" Cal merebahkan diri di atas tempat tidur. Jika ini sengaja, mengapa Gempi tidak hadir di pertemuan tadi? Seolah-olah menghindar dari dirinya.
Siapa yang pergi pertama kali? Yang bersalah, tetapi merasa tersakiti. Cal tidak akan memohon hanya untuk wanita, meski ia nyaman sekalipun.
"Ini tidak akan selamanya, Gem," gumam Cal. Ini sudah malam dan saatnya tidur demi esok hari yang ditunggu. Gempi tidak bisa selamanya menghindar.
Pagi hari yang membuat Cal jengkel, tetapi ia harus menahan diri. Kapan foto itu diambil? Paparazi sepertinya tidak pernah beristirahat, bahkan mengikuti dirinya sampai ke negara ini.
Potret dirinya yang masuk kelab malam, lalu keluar bersama seorang wanita. Itu, kan, Sifa, kenalannya. Bukan perempuan yang benar-benar ingin Cal temui.
Manager sekaligus asisten pribadinya ini mengingatkan agar ia tidak lagi membuat skandal. Lalu, manager band marah lantaran ia yang pergi diam-diam.
"Seminggu saja, tahan dirimu itu," kata James.
Disahuti tawa oleh tiga rekan lainnya. Mereka tahunya Cal tidak tahan menahan adik bawahnya itu.
"Sialan! Dia temanku." Cal membela diri.
"Kamu tidak perlu sembunyi saat menemuinya, kan?" si Rambut Gondrong Sam menyahut.
"Oh, ayolah!" Cal tidak enak digoda seperti ini.
"Kamu sempat tinggal di sini beberapa tahun. Tidak ingin berkunjung ke rumahmu?" tanya Madden.
"Boleh saja kalau kita punya waktu. Tapi, kurasa tidak bisa untuk sekarang. Kita harus menghadiri 3 negara lagi untuk konser." Cal menyayangkan itu, paling tidak ia bisa bertegur sapa dengan sepupu yang ada di Jakarta sini. "Ya, lagi pula Kakek dan Nenekku dari pihak ibu sudah tiada. Hanya ada Bibi dan Paman saja."
"Jadwal kita padat. Itu sebabnya, Cal mencuri waktu untuk bersama gadis itu." James tertawa.
"Berengsek! Tutup mulutmu, James." Cal memperingatkan
James mengangkat kedua tangan sebagai tanda maaf. Namun, masih dalam keadaan bercanda. "Dia cantik juga."
Cal tidak ambil hati karena James memang anak seperti itu. Padahal umur mereka sudah memasuki kepala tiga, tetapi sering bercanda seperti anak remaja.
"No, bukan dia yang ingin kutemui."
"Jadi, siapa?" tanya Ryan, yang sedari tadi hanya menyimak obrolan ini. Pria berkacamata ini memang pendiam.
"Akhirnya, kau merespon juga, Ryan." Sam terkikik geli.
"Kukira dia akan terus jadi batu hidup." Madden ikut menambahkan.
Tentu saja mereka semua memakai bahasa Inggris ketika mengobrol dengan sesama, padahal kelima personil ini memiliki latar belakang yang berbeda.
Madden lahir di Afrika Selatan. Ryan dan Sam sama-sama berasal dari Swedia. Sementara Cal serta James, dari California.
Ryan tidak memedulikan itu, ia ingin tahu jawaban Cal. Tidak disangka jika rekannya punya kenalan seorang wanita di negara ini.
"Satu temanku tidak datang, padahal dia yang kutunggu. Sudah lama tidak terjalin kontak di antara kami ... aku sedikit merindukannya."
Jawaban Cal terkesan menyembunyikan sesuatu. Namun, keempat personil lain tidak ingin membahas masalah pribadi. Obrolan ini beralih pada topik konser.
Hari ini, mereka akan mengadakan gladi bersih sebelum konser tiba besok malam. Ada jadwal makan siang bersama pihak penyelenggara, temu fans, memeriksa semua alat karena ini wajib bagi para personil yang memainkan alat musik. Jangan sampai peralatan yang mereka pegang nanti selama konser mengalami kendala.
Jadwal yang begitu padat. Cal tidak yakin ia bisa menemui wanita itu. Setelah dari sini, ia akan pergi ke Australia dan konser lagi di sana. Kemudian ke Malaysia, lalu terakhir Singapura.
"Semuanya, bersiap untuk makan siang bersama pihak penyelenggara," kata June, manager band Walker High.
"Kudengar pemilik dari GMP Entertaiment yang sebenarnya belum muncul," kata Ryan.
"Kamu benar, Ibu Silvia itu ternyata wakilnya." Madden menyahut.
"Dia akan datang," sahut June.
Cal tersenyum mendengar itu. "Megin, siapkan pakaian terbaikku."
"Hei! Kita belum mau konser," sahut Sam.
"Ini penting."
"Sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan," gumam James seraya mengangggukkan kepala.
Sementara Cal tengah bersiap, jantung Gempita berdegup kencang lantaran ia yang tidak mungkin terus menghindar.
Memangnya kenapa? Hubungan itu hanya masa lalu, dan keduanya telah menemukan tambatan hati masing-masing. Sebulan lalu, Gempi membaca gosip seputar asmara Cal bersama seorang model cantik asal Rumania.
Bintang terkenal itu tampak serasi dan Gempi sendiri sudah memiliki suami yang saat ini tengah bersenang-senang bersama kekasih gelapnya.
Ya, pagi tadi Melvin memang menelepon, bertanya tentang kabar. Namun, saat itu juga Gempi menahan dari amarah. Ah, ia punya rasa itu terhadap Melvin.
Bukannya ini wajar? Setiap orang bakal marah bila miliknya diambil. Mau itu cinta atau tidak. Tapi, bicara soal kepemilikan, sudah lain soal.
Siang ini, Gempi memakai setelan jas dengan dalaman tank top longgar. Pakaian yang cocok untuk tubuh kurus dan tinggi. Ia memamerkan tulang selangka yang menonjol dan rambut yang ditata lurus.
Demi menyembunyikan mata panda, Gempi sengaja menyewa penata rias untuk membantunya merias diri.
Tadinya ia memang cuek. Tapi, Gempi tidak ingin Cal berpikiran kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Siang ini, Gempi berjanji pada dirinya sendiri untuk bersikap profesional.
Mobil terparkir di hotel bintang ternama yang dipesan khusus. Gempi datang bersama Lusi, sang asisten serta dua orang pria. Ia sengaja menyewa pengawal karena ada beberapa fans yang rela menunggu di depan hotel demi melihat idola mereka.
Padahal sudah ada keamanan yang mengusir beberapa fans ini. Tapi, tetap saja informasi mengenai keberadaan mega bintang bocor.
"Lewat sini, Nona," kata Lusi, menunjukkan ruang makan khusus.
"Jam berapa Walker High mengunjungi stadion?"
"Sehabis makan siang."
Ya, karena mega bintang yang datang, konser ini diselenggrakan di stadion sepak bola yang sudah dicap sebagai stadion Internasional. Acara besar diadakan di sini dan sewanya jelas sangat mahal.
Sekelas Walker High, promotor mengeluarkan uang sewa senilai 10 Milyar. Itu terbayar dengan penjualan tiket yang laris manis.
Pintu ruang dibuka oleh pelayan, saat inilah jantung Gempita ingin lepas dari tempatnya. Ia ingin menghilang detik ini juga.
"Halo, Miss Gempita Melviano Moiz. Saya June, manager dari Walker High." June mengulurkan tangan lebih dulu.
"Gempita. Senang bertemu dengan Anda." Jabatan tangan diterima. Gempi membuka kacamatan hitam yang ia kenakan.
"Saya juga. Kenalkan, Walker High."
Kelima personil Walker High berdiri, dimulai dari James, Sam, Madden, Ryan, dan terakhir Cal.
"Senang bertemu dengan Anda, Nona Gempita Iswari." Cal tersenyum seraya mengulurkan tangan.
"Gempita Melviano Moiz." Gempi menatap tajam, ada rasa tidak suka di sana.