Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Malam hari di saksikan bulan bersinar, Lintang duduk bersisian pada sebuah gazebo. Dua cangkir teh hangat beraroma melati, tersaji di depan mereka. Ditemani sepiring bakwan sayur, dan saos tomat sebagai cocolannya. Dewa dan Haruna sudah memasuki peraduan, setelah selesai makan malam. Adik madunya itu merasa lelah dan letih, akibat kehamilannya. Lintang bersama Frans menghabiskan malam di samping rumah, sambil melepaskan kerinduan setelah sekian purnama tidak berjumpa. Mereka pernah bermain bersama sebagai saudara, ketika masih kecil hingga beranjak remaja. Kemudian setelah Dewasa, Frans kehilangan kedua orangtuanya karena sebuah musibah.
Frans merasa Lintang lebih mengerti dirinya, dibanding Dewa yang notabene adalah sepupunya. Mungkin karena mereka mengalami nasib yang sama, ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itulah, Frans selalu menyayangi Lintang di banding terhadap Dewa.
"Selalu rindu masakan Indonesia, di manapun berada" ucap Frans memecah kebisuan, mencomot kudapan buatan Bik Inah serta menikmatinya dalam diam.
"Makanan negara kita emang beda, memiliki ciri khasnya sendiri. Banyak menggunakan rempah-rempah,hingga berbeda dengan negara lain" Lintang mengikuti Frans, mengambil bakwan bersama dengan saos sambal kesukaannya. Menggigit dan mengunyahnya penuh nikmat. "Tapi jangan kebanyakan makan gorengan, bisa-bisa kolesterol."
"Aku setuju pendapat mu, tapi sayangnya camilan buatan bibik sulit kita abaikan." Frans kembali tergoda, untuk menikmati kudapan seribu umat itu.
"By the way, kak Frans cuma singgah atau akan terus tinggal di sini?" tanya Lintang, melirik cowok tampan berjambang tipis itu. Ia mengambil tisu untuk melap bibir dan jarinya, yang terkena minyak.
"Aku akan menetap, rasanya capek berkelana. Sudah saatnya mengelola perusahaan, dan kembali berjibaku dengan kesibukan mencari uang."
"Baguslah! Aku ikut senang dengan keputusan kak Frans, yang kali ini patut di acungi jempol" ucap Lintang santai.
"Kamu mau kan bantu, aku?"tanya Frans.
"Bantuan, seperti apa?" Lintang membalikkan pertanyaan.
"Jadilah sekretaris ku..."
"Enggak ah, aku malas berurusan dengan cewek-cewek penggemar kakak" potong Lintang cepat.
"Lho katanya, kamu pengen jadi sekretaris CEO yang tampan juga arogan" ungkap Frans, menatap wajah Lintang yang terlihat semakin cantik.
"Itu sih mimpi aku dulu, sewaktu remaja. Sekarang gak tertarik lagi, apalagi CEO-nya seperti kak Frans."
" lMemangnya aku seperti apa? menurut pendapat mu "
"Cowok mesum juga genit, yang harus di hindari gadis-gadis lugu seperti aku" tutur Lintang memberi alasan.
"Tapi kamu sekarang gak lugu lagi, kan. Masa cewek lugu, mau aja di nikahi oleh kakak angkatnya sendiri" sindiran Frans, telak mengenai hati Lintang. Yang hanya bisa terdiam, dengan wajah merunduk malu.
"Aku masih seperti dulu, gadis pendiam yang banyak ulahnya. Pernikahan kami hanya formalitas, untuk mendapatkan hak waris bagi kak Dewa."
"Dan kamu setuju aja, di perlakukan seperti itu. Harus ada kompensasi dari pengorbanan mu, Lintang" suara Frans sedikit meninggi, di malam yang semakin sunyi.
"Aku hanya ingin berbakti kepada ibu, yang sudah membesarkan dengan kasih sayang" kilah Lintang mengemukakan alasannya.
"Tapi itu gak adil buat mu, apalagi Dewa menikah lagi dan membawa selingkuhannya dalam satu atap yang sama." suara Frans semakin keras, karena amarah sudah merasuki jiwanya. "Dimana otak mu, kau taruh? Pikirkan sekali lagi, jangan jadi perempuan cengeng yang hanya bisa diam di perlakukan seenak jidatnya oleh suami mu..."
"Siapa yang gak adil, dan memperlakukan Lintang seenaknya?" suara yang sinis, muncul dari pintu samping rumah. Dewa datang dan langsung melemparkan pertanyaan, yang membuat kedua insan itu terperangah kaget melihatnya. Tadinya Dewa hanya ingin bersantai sejenak, setelah Haruna tertidur. Tetapi rungunya mendengar perkataan yang menyentil dirinya, membuat ia terbakar cemburu. Melihat dan menyaksikan pemandangan, dimana Lintang istrinya sedang berduaan dengan Frans. Dewa cukup paham, bila ada ketertarikan dari Frans untuk Lintang.
"Bangsat! Lepaskan Lintang!" teriak Frans murka. Secepat kilat ia menarik kerah kaos Dewa, dan menghadiahinya dengan bogem mentah.
"Kak Frans hentikan!" Lintang memegangi tangan Frans, yang hendak kembali menyerang Dewa.
Dewa terjengkang, karena tidak siap dengan serangan Frans yang mendadak. Ia menyeka darah, yang keluar dari hidung mancungnya.
"Jangan ikut campur dalam urusan ku, kamu hanya orang luar yang gak tau duduk permasalahannya" ucap Dewa, sambil berusaha bangkit dari tanah. "Lagi pula agama kita, memperbolehkan memiliki istri lebih dari satu."
"Aku tau semua masalah keluarga ini, karena ibu mu selalu memberi kabar tentang anak lelakinya yang bodoh" ungkap Frans kesal. "Kalo kamu gak bisa berlaku adil pada Lintang, lebih baik kamu lepaskan dia. Berlindung di balik agama, hanyalah kedok untuk menuntaskan syahwat belaka."
"Huh!" dengus Dewa keras. "Hidup mu juga berantakan, Jadi jangan sok suci."
"Aku memang manusia bejat, tapi gak munafik seperti kamu."
"Tolong berhentilah bertengkar, kalian seperti bocah yang memperebutkan mainan" ucap Lintang, yang berdiri ditengah-tengah mereka. "Aku gak mau sesama saudara berkelahi, kita masih dalam suasana berkabung."
"Oke Lintang, sorry aku terbawa emosi. Hati ku sakit, melihat mu di perlakukan semena-mena" Frans menyadari kekeliruannya, lalu menghampiri Dewa yang berdiri sambil memegang hidungnya. "I'm so sorry cousin, let me treat your wound."
Dewa menepis tangan Frans, yang berusaha memegang wajahnya. "Go away, Frans!"
Setelah mengusir Frans yang ingin melihat luka di hidungnya, Dewa kembali masuk ke dalam rumah. Sambil merasakan perih, akibat tonjokan Frans. 'Gila si Frans, pukulannya seperti petinju.'
****
Pagi-pagi sekali Haruna tampak uring-uringan, karena semalam Dewa meninggalkannya saat ia tengah tertidur. Begitu bangun, ia langsung mendatangi kamar Lintang di lantai bawah. "Lintang...Lintang, buka pintunya!" teriaknya keras-keras.
Lintang yang baru bangun dan sedang membereskan tempat tidur, terkejut mendapati adik madunya menggedor pintu sambil berteriak-teriak. Dengan santai ia putar anak kunci yang menggantung, lalu memutar handle pintu.
Haruna menggeser tubuh Lintang, yang berdiri di tengah-tengah dengan bahunya. "Minggir!"
Tubuh Lintang membentur pintu, hingga terjajar ke belakang. "Aww...sopan sedikit dong!" seru Lintang kesal .
"Dimana kamu sembunyikan Dewa?" tanyanya dengan marah.
"Kenapa tanya aku? Situ kan istrinya. Kamu tau sendiri, badan suami mu segede gaban."
"Dewa semalaman gak tidur di kamar ku, pasti kamu yang minta supaya ia tidur di kamar mu" cerocos Haruna, sambil berjongkok mencari-cari di bawah tempat tidur.
"Memangnya, Dewa sedang main kucing-kucingan!" sentak Lintang, kemudian mendorong tubuh Haruna keluar dari kamarnya. "Pergi sana, cari di luar. Kali aja diambil kuntilanak."
"Awas loh, kalo bohong!" ancam Haruna sembari mengacungkan tinjunya.
"Siapa takut?!"
Sambil membawa kesal di hati, Haruna berbalik mencari di ruangan tamu. Tetapi yang di jumpainya,cowok genit sepupu Dewa. Ia terlihat segar sehabis mandi, serta wangi aftershave-nya tercium hidung.
"Selamat pagi, cantik" sapa Frans ramah. "Kenapa pagi-pagi, sudah terjadi perang dunia ke tiga?" tanyanya lagi sarkas.
"Urusi urusan mu sendiri, kamu hanya tamu di rumah ini" jawab Haruna sinis.
"Hahaha!" tawanya membahana. "Kamu seperti induk ayam, kehilangan anaknya."
Sepasang mata Haruna berkilat-kilat tajam, usahanya untuk menguasai Dewa banyak menghadapi rintangan. "Huh! Dasar pengganggu" ucap Haruna, menghentakkan kakinya dengan keras.
Dari arah belakang, Dewa datang dengan plester menutupi hidung. Ia melihat istri sirinya, tengah bersitegang dengan sepupunya. "Kalian berdua, kenapa bertengkar?"tanya Dewa,dengan suara menggelegar.
"Sayang, kenapa dengan hidung mu?" tanya Haruna cemas. Ia berlari memeluk tubuh Dewa mesra, lalu meraba hidung yang terluka. "Kita ke rumah sakit,ya. Hidungmu harus di Rontgen, barangkali ada yang patah."
"Lebay banget! Jadi laki harus jantan, jangan letoy. Percuma punya istri dua, kalo ujung-ujungnya loyo. Dimana, letak kejantanan mu?"
"Frans! ngoceh terus. Kamu mau, sandal ini melayang mencium bibir seksi mu itu" teriak Dewa murka.
"Jangan, ini aset aku yang paling berharga. Lebih baik, kamu timpuk yang lain aja..."
"OMG, kalian para pria berebut aset pribadi."
"Hah...!"
****
yg ad hidupx sendirian nnt x