Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam keluarga besar.
"Jadi soal ini itu pakai rumus yang ini... coba deh dikerjakan, pasti nanti ketemu hasilnya," ucap Devi berusaha menjelaskan sebuah soal matematika pada Devan.
Devan memperhatikan buku sambil menganggukkan kepalanya mengerti.
"Oke aku coba dulu..."
Devi tersenyum sambil memperhatikan Devan yang tampak serius mengerjakan soal yang dia buat. Kemajuan Devan lumayan pesat, dia sebenarnya cepat paham, hanya kadang malas membaca soal. Bisa di bilang dia malas membaca soal sehingga selalu salah menjawab. Tugas Devi adalah membuat Devan mau membaca dengan teliti setiap soal yang akan dia kerjakan.
Devi mengambil sepotong apel yang tadi sudah di kupas dan di potong kecil-kecil oleh Devan. Uuh.. rasanya manis, semanis sikap Devan padanya.
Di sela-sela kegiatannya mengerjakan tugas, Devan meliriki Devi yang sedang melahap buah dengan riang.
"Enak?" tanya Devan.
Devi mengangguk, "maniis banget, mau?"
Devan membuka mulutnya, meminta di suapi.
Ya Tuhan, ni bocah kenapa selalu bikin salting sih! rutuk Devi dalam hati.
Devi mengambil sepotong apel dan dengan perlahan mendekatkan apel tadi ke mulut Devan, Devan mengigitnya dan tersenyum.
"Iya manis, apalagi di suapin kamu..." ucapnya sambil melanjutkan mengerjakan soal.
Devi mencibir, pipinya merona malu dengan ucapan manis Devan.
"Sudah... coba di cek," Devan menyerahkan buku tugasnya pada Devi. Dengan cepat Devi mengambil pulpen dan mulai memperhatikan soal-soal tersebut beserta jawaban Devan.
Devi mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum puas.
"Gimana?" tanya Devan sambil merebahkan kepalanya di meja dan menatap ke arah Devi.
"Bener semua! yeee!!" Devi kegirangan.
"Sebenernya kamu itu pinter loh Dev, sekali di kasih tau langsung paham, cuma kayaknya kamu itu males baca aja," ucap Devi sambil menatap Devan.
"Memang, kalau capek bikin males baca... males mikir..." desah Devan.
Devi memandang Devan, nggak bisa di pungkiri jika Devan pasti merasa lelah. Jadwal syutingnya banyak padahal dia masih sekolah dan baru berumur 15 tahun.
"Maaf ya Dev, kalau aku ngomong begini. Apa nggak lebih baik kamu kurangin dulu syuting sinetron stripping, jadi nggak terlalu mengambil banyak waktu kamu. Terima syuting iklan aja yang selesainya cepat. Jadi masih punya waktu buat belajar, buat main... toh, orang tuamu nggak pernah paksa kamu cari uang, kan?" Devi menepuk pundak Devan lembut.
Devan menarik napas, lalu meraih tangan Devi. Menggenggamnya kemudian menjadikannya bantal untuk menahan pipinya.
"Iya... nanti aku kurangin syuting, biar bisa main sama kamu juga..." ucapnya.
Devi merona malu. Ih gemes banget sama bocah ganteng ini!
"Besok minggu kita pergi lagi, yuk? nonton bioskop?" ajak Devan.
Devi tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Mau nonton film apa?" tanyanya sambil merebahkan kepala di meja, sekarang wajah mereka saling berhadapan.
"Terserah kamu," ucap Devan. Tangannya menjulur dan mengusap pipi Devi.
Jantung Devi kembali melonjak lonjak tak karuan. Duh, bisa nggak sih ni bocah biasa ae! jangan bikin salting terus!
Devi yang tak bisa menahan debaran kuat di jantungnya, akhirnya menyerah. Dia bangun dan mengangkat kepalanya sehingga tangan Devan pun otomatis lepas dari pipinya.
"Hmm, ngomong-ngomong.. kak Vin-vin itu sama Kak Ivan kayaknya umurnya terpaut jauh ya?" entah apa yang bisa Devi katakan, dia tak punya topik pembicaraan sama sekali, otaknya blank. Akhirnya malah membicarakan kakak Devan.
"Mereka terpaut usia 8 tahun... Kak Ivan dulunya guru Kak Vin-vin waktu SMA, terus mereka jatuh cinta," ucap Devan ikut bangun.
"Wahh.. luar biasa! tapi ya emang sih, siapa yang nggak jatuh cinta sama Kak Vin-vin, cantik banget gitu!"
"Dulu hubungan mereka juga nggak mulus, kok. Mereka pernah berpisah selama 3 tahun..." lanjut Devan.
"Serius? kenapa?"
Devan mengangkat bahunya, "tapi Kak Ivan nggak nyerah, dia terus menunggu sampai akhirnya Kak Vin-vin luluh dan kembali padanya."
Devi nyengir sambil menautkan tanganya, "so sweet..."
"Jadi," Devan menarik kursi Devi yang beroda, hingga kaki mereka saling bersentuhan, "umur bukanlah masalah untuk sebuah hubungan, mengerti!" ucap Devan sambil memajukan wajahnya dan menatap lekat ke arah Devi.
Devi mengangguk paham.
"Walaupun berpisah, mereka akhirnya kembali bersama, karena apa? karena mereka memang saling cinta dan menjaga cinta itu. Namanya jodoh, biar pun berpisah dan berada di tempat yang jauh pun, akhirnya pasti akan bersama juga! ingat itu!"
Devi menghela napas, sambil menggerakkan kaki agar kursinya sedikit menjauh dari Devan. "sayangnya nggak semua orang se-setia mereka, jarang loh ada orang seperti kak Ivan dan Kak Vin-vin."
"Aku juga, Aku tipe cowok setia!" ucap Devan.
Devi mencibir, "lah, nggak percaya. Baru umur segini aja rayuanya maut banget. Besar dikit jadi playboy pasti!"
"Enak saja!" Devan menarik lagi kursi Devi, hingga kini kaki mereka saling bersentuhan kembali.
"Nanti kamu bisa buktikan sendiri, betapa setianya Devan Mahendra ini..." bisiknya di telinga Devi. Lalu dia mengecup pipi Devi cepat.
"De-Devan!" Devi membola sambil mengusap pipinya. "Sudah di bilangin nggak boleh!"
Devan mendorong kursi Devi agar menjauh, "Maaf, bahaya emang kalau terlalu deket begini..." ucapnya malu.
"Eh, ada Devi?"
Devi melonjak kaget, dia menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Tante Luci berdiri di ambang pintu sambil tersenyum.
Untung saja, kursinya sudah di dorong Devan.
"Ikut makan malam, yuk," ajak Luci sambil berjalan mendekati Devi dan menarik tangannya.
"Ta-tapi.. Saya nggak enak tante, ganggu acara keluarga... Saya pulang saja, ya?" ucap Devi sungkan.
"Nggak apa-apa, lagian kamu juga sudah kenal sama Vin-vin dan Ivan, kan?" ucap Luci.
"Udah, ikut aja!" ucap Devan sambil beranjak dan berjalan keluar kamar.
"A-tapi.., " Devi benar-benar malu ikut makan di keluarga besar Devan. Dia merasa nggak pantas berada di sana. Malu dan minder rasanya.
Devi berjalan pelan mengikuti Luci menuruni tangga, mereka berjalan terus sampai ke ruang makan yang sudah di penuhi banyak orang. Yang membuat terkejut, ternyata ada Chef Kevin dan Aira. Lalu ada seorang lagi wanita cantik yang seumuran tante Luci, Devi mengira itu pasti Mama Aira.
"Aduh tante, Saya nggak enak banget. Saya pulang aja, ya?" Devi berusaha menolak ajakan makan bersama itu, karena dia memang bukan anggota keluarga, dia hanya orang asing di sini.
"St! nggak apa, santai aja. Kita bukan keluarga vampir yang mau menghisap darahmu, kok," canda Luci sambil terkekeh.
Devi tersenyum masam, mending kalau benar keluarga vampir, gigit aja sekalian biar beneran jadi keluarga.
Devan yang saat itu sudah duduk di kursi makan, menoleh dan menatap Devi sambil menganggukkan kepalanya.
Devi rasanya ingin lari ke ujung dunia, bagaimana bisa dia berkumpul dengan keluarga spek malaikat begini. Cuma Devi si itik buruk rupa-nya.
Aira melirik Devi sinis, lalu dia beranjak dari duduknya dan mendekati Devan kemudian duduk di kursi kosong sebelah Devan.
"Ck! jangan duduk di sini, itu kursi buat Devi!" geram Devan sambil melotot ke arah Aira.
"Nggak! aku mau duduk di sini!" Aira melipat tangannya di dada, enggan beranjak.
"Aira, jangan gitu dong. Sini duduk di sini deket Mami!"
Aira tak bergeming.
"Aira!" sentakan dari chef Kevin lah yang berhasil menggoyahkan Aira. Dengan kesal, gadis cantik itu bangun dan kembali ke kursinya.
Dia menatap tajam pada Devi membuat Devi makin gemetaran. Dia pun berjalan perlahan lalu duduk di sebelah Devan.
"Devi... slay aja, aku juga dulu gitu, grogi. Lama-lama biasa..." bisik Ivan yang duduk di sebrang Devi.
Devi hanya meringis malu, ya kali gue di sini sebagai calon mantu! lha kan statusnya masih bukan siapa-siapa!