Kaya Karena Selembar Sampah

Bab 13

Peter mendapatkan laporan kalau orang yang disuruh untuk mengantarkan paket ke kediaman keluarga Li sudah ketahuan. Namun, bagi dia itu tidak masalah karena orang itu hanyalah warga bisa yang tergiur oleh uang.

"Sekarang Leon sudah tahu kalau kita adalah kelompok yang berada di belakang atas semua kejadian yang menimpa mereka," ucap asisten Peter.

"Hebat juga mereka bisa dengan cepat bisa tahu sampai sejauh ini," kata Peter yang duduk bersandar di kursi kebesaran miliknya.

Saat ini Peter sedang berada di kediamannya yang begitu besar dan megah. Laki-laki paruh baya berusia sekitar 65 tahun itu mengambil segelas minuman anggur buatan 1920 yang tertera di botolnya. Laki-laki itu menyerap minumannya dengan begitu santai.

"Siapa yang bekerja untuknya?" tanya Peter karena merasa tertarik dengan orang yang bisa memberikan informasi secara cepat kepada keluarga Li.

"Dia adalah pemuda yang belakangan ini sering menemani Tuan Jimmy Li," jawab sang asisten sambil memberikan selembar foto yang tercetak wajah Daniel.

Peter menatap tajam foto itu. Terlihat sekali kalau dia sedang berpikir keras.

"Aku ingin data informasi selengkapnya tentang orang ini!" perintah Peter dan sang asisten pun segera beranjak dari sana.

***

Sandra menatap tajam kepada Daniel karena sudah lama sekali meninggalkan dirinya. Dia pun memutuskan untuk menghukum laki-laki itu.

"Bagaimana, hukuman mana yang kamu pilih?" tanya Sandra sambil melipat kedua tangannya di dada.

Daniel terdiam karena mau pilihan mana pun akan membuat dia dalam posisi yang tidak disukai olehnya. Namun, dia mau tidak mau harus memilih.

"Aku akan ikut kamu pergi melakukan perawatan di spa," ucap Daniel.

"Bukan hanya ikut mendampingi saja, tetapi kamu juga harus ikut melakukan perawatan," tutur Sandra dengan seringai jahatnya. Dia ingin melihat tubuh laki-laki itu sebenarnya, dan pergi spa hanya akal-akalan saja.

"Kalau begitu aku pilih ke sauna saja," balas Daniel dan itu membuat Sandra tersenyum lebar karena inilah yang dia inginkan.

"Oke, hari minggu nanti kita pergi berdua!" seru gadis itu dengan senang.

"Hah, berdua? Bukannya tadi bilang akan pergi ramai-ramai dengan teman kamu?" Daniel terkejut karena dia tidak menyangka kalau aturannya berubah.

"Bukannya tadi aku bilang pergi kencan. Ya, jadi berdua saja tanpa orang lain," ujar Sandra licik padahal tidak ada ucapan ajakan kencan.

"Kalau mau kencan jangan ke tempat seperti itu. Kenapa tidak makan malam bersama saja ke suatu tempat," tukas Daniel dengan senyum mengejek karena dia berpikir Sandra masih polos tidak tahu apa itu kencan bagi orang dewasa.

"Kata Mery kalau kencan ala orang dewasa ke tempat seperti itu," kata Sandra akhirnya tanpa sadar dia mengaku sudah merencanakan hal ini.

"Kencan ala orang dewasa itu adalah di kamar hotel. Nona tahu 'kan apa yang akan dilakukan oleh dua orang dewasa jika berada di kamar hotel?" Daniel menatap dengan serius kepada Sandra dan itu membuatnya gugup dan malu.

***

Peter mendapatkan sedikit informasi tentang Daniel. Tidak ada yang tahu tentang laki-laki itu. Namun, dia tahu siapa orang yang memiliki mirip pemuda itu. Dia ingat kepada wanita milik saingannya dulu, bagi dia wajah mereka mirip.

"Osama, apa dia adalah anakmu?" gumam Peter dengan mata berbinar.

"Dania, putramu sangat mirip sekali dengan dirimu," lanjut laki-laki paruh baya itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Tangkap laki-laki ini dan jangan sampai mati! Dengan mendapatkan dirinya kita akan mendapatkan banyak sekali keuntungan," perintah Peter kepada semua anak buahnya yang ada di ruang utama itu.

Mendengar perintah dari sang pimpinan, mereka semua hanya patuh tanpa bertanya lebih jelas kenapa harus menangkap orang itu. Meski sebenarnya di dalam hati mereka banyak yang penasaran kenapa seorang sopir keluarga Li bisa memberikan banyak keuntungan untuk kelompok mereka.

***

Leon menerima laporan dari Daniel tentang keterlibatan kelompok Black Eyes dalam pengeboman pabrik Li. Dulu tuannya itu meminta bukti dan rincian data dan informasi yang valid.

Setelah membaca hasil penyelidikan dan banyak bukti dari kejadian itu, membuat Leon senang. Dia sudah bekerja sama dengan pimpinan polisi pusat yang dikenal baik olehnya. Dia tidak begitu percaya kepada semua polisi karena banyak dari mereka yang menutupi penemuan bukti-bukti.

"Aku suka cara kerjamu. Siapa yang sudah membantu kamu untuk mendapatkan ini semua? Sopir bodoh seperti kamu tidak mungkin bisa mendapatkan informasi seperti ini dengan mudah," tanya Leon dengan mengejek dan menghina Daniel.

Tidak mau banyak beradu mulut dengan tuannya, Daniel bilang kalau informasi itu didaptkan dengan tidak sengaja saat pergi ke bar dan bertemu dengan seorang polisi dan menceritakan itu semua. Laki-laki itu tahu kalau ayah mertuanya tidak akan percaya dengan mudah begitu saja atas semua hasil kerjanya. Padahal dia juga yang ikut mengatur dan mengawasi perusahaan sesuai titah Tuan Jimmy Li.

"Bagus. Aku setidaknya bisa berguna juga meski hanya sedikit," ucap Leon.

"Kenapa mereka menargetkan pabrik Li sebagai sasaran pengeboman?" tanya kepala pelayan kepada Daniel.

Mendengar itu Leon pun menjadi penasaran karena kantor perusahaan Li dan pabrik untuk memproduksi barang mereka tidak menjadi sasaran pengeboman mereka. Padahal menurutnya jika ingin menghancurkan perusahaan Li ledakan saja pabrik pusat yang menjadi penghasil produk yang paling banyak.

"Karena di sana pasti ada sesuatu yang sangat penting atau berharga bagi mereka. Makanya mereka menginginkan tempat itu," jawab Daniel dan membuat Leon maupun kepala pelayan itu tercengang.

"Apa yang mereka inginkan dari pabrik itu sampai di ledakan segala?" tanya Leon semakin penasaran.

Ruang kerja milik Leon di kediaman keluarga Li pagi ini terasa sempit dan udara di sana seakan menghilang secara perlahan dan membuat orang yang ada di sana terasa sesak. Begitu juga dengan Daniel yang belum tahu kenapa kelompok itu melakukan pengeboman di sana.

"Yang jelas yang mereka inginkan itu bukan bangunan pabriknya, tetapi lahan di mana pabrik itu dibangun," jawab Daniel.

"Apa? Memangnya ada apa dengan lahan bekas gubuk ladang itu?" Leon semakin penasaran.

***