NovelToon NovelToon
KAISAR ARAS

KAISAR ARAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Perperangan / Harem / Fantasi Isekai
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ark Vest

Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.

Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.

Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 : DIBALIK KERETA

Pasukan tentara bayaran mulai saling bertabrakan, tapi karena semangat mereka jatuh ke titik paling rendah sejak awal, para bandit berada di posisi menguntungkan selama bertarung. 

Melihat pasukan tentara bayaran runtuh begitu cepat, Torpan berkata kesal sambil meletakkan tombaknya di pundak, terlihat tak tertarik ikut bertarung kembali "Membosankan, aku pikir mereka akan cukup kuat mengingat mereka tentara bayaran yang cukup terlatih. Sepertinya aku salah, pertarungannya akan segera selesai".

Pasukan tentara bayaran yang kehilangan pemimpin runtuh dalam sekejap mata, beberapa orang yang penakut melarikan diri meninggalkan karavan. 

Bandit yang merasa kemenangan berada di depan mata mulai tertawa senang, mereka berlomba-lomba siapa menuju ke kereta karavan duluan. Bagaimanapun, siapa yang tiba ke kereta duluan bisa merampas hartanya lebih dulu. 

Berbeda dari bandit yang lain, sekitar seribu bandit yang menjadi bawahan langsung Torpan berbaris tertib di belakangnya yang jauh berbeda dari bandit lain, mereka terlihat lebih sepeeti pasukan militer yang sebenarnya daripada kelompok bandit.

"Kalian tidak ikut merampas harta?", kata Torpan melirik salah satu bawahan yang dia latih. 

Bawahan tersebut menjawab tegas "Pemimpin, sesuai latihan yang kau berikan kepada kami, selama di medan perang, prajurit bergerak sesuai perintah militer dari pemimpin mereka. Tanpa adanya perintah, saat perang berakhir, kami harus membentuk kembali formasi sambil menunggu perintah selanjutnya supaya tetap bisa melakukan serangan balik jika musuh ternyata membuat jebakan lain".

"Jawaban yang bagus, tak sia-sia aku melatih kalian setahun belakangan", kata Torpan puas lalu menujuk ke arah bandit lain yang terus terburu-buru supaya mencapai harta paling duluan "Setahun yang lalu kalian seperti mereka, kelompok bandit yang terus serakah akan kekayaan. Namun sekarang kalian berbeda, kalian layak disebut sebagai prajurit meski masih jauh dari pasukan elit uang aku harapkan, setidaknya cukup berhasil".

"Terima kasih atas pujianmu, pemimpin", kata bawahan Torpan hormat. 

Torpan melambaikan tangannya "Jangan khawatir, kalian pasti bertanya-tanya kenapa kalian perlu bertindak seperti prajurit? Apa untungnya padahal kalian adalah bandit? Apabila kalian berencana terus ikut bersamaku, kalian tidak akan selamanya menjadi bandit. Suatu hari nanti, kalian akan menjadi prajurit mulia yang mengibarkan bendera bendera serta menaklukan banyak wilayah bersama tuan kita! Ketika kita bertemu tuan kita, saat itu waktu kalian sebagai bandit berakhir, kalian akan melangkah menuju jalan kemulian seorang prajurit sejati".

Saat Torpan sibuk menasihati para bawahannya, bandit di kelompok lain telah mencapai kereta milik karavan Kamar Dagang Karasu. 

Pemimpin Bandit Darah Enas menjadi salah satu orang yang pertama kali mencapai kereta, dia mendorong orang-orang di sekitarnya "Minggir, ini hartaku! Aku pemimpin kalian, tentunya aku mengambil harta duluan supaya dapat membaginya adil kepada kalian".

Meskipun dirinya berbicara penuh keadilan, tapi mata merah serakah miliknya membuat semua orang tahu bahwa dia sedang berbohong. 

Mengabaikan kebencian orang lain, pemimpin Bandit Darah Emas menarik kain yang menutupi gerobak kereta karavan "Ayo koin-koin emasku, datanglah ke ayah!".

"Stab!".

Pemimpin Darah Emas, tidak, seluruh bandit kaget melihat sebuah tombak muncul dari balik gerobak yang tertutup kain dan menusuk tepat di leher pemimpin mereka. 

Sang pemimpin memuntahkan seteguk darah, ia menatap tombak di lehernya gemetar "Apa yang sebenarnya terjadi?".

Bukan cuma sang pemimpin, tiba-tiba banyak tombak bermunculan dari semua gerobak karavan dan menusuk semua bandit di sekitar mereka. 

Sebagian besar bandit yang di serang sama sekali tidak siap sehingga serangan tersebut langsung menusuk mereka tepat di bagian fatal yaitu leher, kepala atau jantung. 

Tombak dari leher pemimpin bandit ditarik keluar yang menyebabkan tubuh sang pemimpin jatuh ke tanah, kehilangan kehidupan miliknya. 

Perlahan-lahan, kain yang menutupi semua gerobak terbuka, lalu terlihat lebih dari seribu pasukan elit yang bahkan jauh lebih menakutkan daripada tentara bayaran yang mereka bunuh tadi muncul dari balik gerobak. 

Semua pasukan di gerobak bergerak cepat, mereka melompat dari gerobak mengabaikan baju besi hitam berat di tubuh mereka memulai pembantaian kepada para bandit yang belum siap sepenuhnya terhadap situasi yang sedang terjadi. 

"Slash!".

Perang yang tadinya sempat berhenti kembali berlanjut, darah terus mewarnai tanah menjadi merah. 

Tetapi berbeda dari sebelumnya dimana pasukan bandit mengalami keunggulan, kali ini pasukan bandit terus terbunuh. Bukan hanya itu, dari lima pemimpin bandit, tiga orang terbunuh akibat serangan dadakan di awal. Lagipula sebagai seorang pemimpin, mereka seharuanya menjadi orang yang paling pertama mendapatkan harta, siapa yang berpikir di pertarungan kali ini justru orang yang pertama kali mendekati kereta justru duluan terbunuh. 

"Lari! Ternyata semuanya jebakan! Tidak ada karavan pedagang maupun harta apapun!".

"Pemimpin sudah mati, tak ada gunanya melanjutkan peperangan, selamatkan diri kalian sendiri!".

"Apa-apaan ini, kenapa mereka semua begitu hebat bertarung, tunggu-- Aaaaa!".

"Aku menyerah, aku menyerah! Tolong jangan bunuh aku!".

Melihat semua keadaan yang berubah dalam waktu sekejap mata, Torpan sama sekali tak marah melainkan dia tertawa bahagia "Menarik! Ternyata semuanya adalah jebakan yang disiapkan musuh untuk membersihkan kita para bandit, hebat! Nampaknya, kali ini aku akan bersenang-senang".

Apa yang membuat Torpan lebih senang yaitu pasukan yang mereka lawan semuanya merupakan pasukan elit, bahkan para prajurit yang sudah dia latih selama kurang lebih setahun bukanlah lawan dari pasukan elit ini. 

"Pemimpin, apakah kita akan melawan atau mundur?", tanya salah satu bawahan Torpan menunggu perintah militer. 

Torpan diam sejenak, dia tahu kalau berhadapan langsung, pasukannya pasti ikut terbantai oleh musuh, karena itu dia perlu membuka pertarungan duluan dengan membantai pasukan musuh, akan lebih baik kalau dia berhasil membunuh pemimpin musuh seperti sebelumnya. 

Perlahan-lahan, Torpan mengamati pasukan musuh, mencari sosok pemimpin mereka dimana sebuah suara mengganggu dirinya "Kenapa repot-repot mencari pemimpin musuh, Torpan? Orang yang kau cari ada disini!".

Torpan segera melihat ke arah asal suara yang mana dia menemukan Ares berdiri disana bersimbah darah sambil membawa sebuah pedang perak di tangan kanannya. 

"Hahahaha, mengejutkan, kau menjadi begitu muda sepertiku, Ares!", teriak Torpan penuh semangat "Kenapa kau disini? Apakah kau menjadi bawahan tuan kita atau kau ikut di bawah orang lain akibat bosan menunggu?".

Meskipun perkataan Torpan tadi terdengar sedikit bercanda, ada jejak membunuh yang kuat di setiap perkataannya. Selama Ares memberikan jawaban yang salah, Toran akan menebas tombaknya tanpa ragu. 

Bahkan bawahan Torpan gemetar ketakutan akibat aura dingin yang dikeluarkan pemimpin mereka. 

Berbeda dari semua orang yang ketakutan, Ares tersenyum meremehkan "Sejak kapan kau menjadi begitu lembut, Torpan? Bukankah dari dulu kau bukan orang yang suka banyak bicara melalui mulut melainkan kau selalu berbicara melalui senjatamu bukan? Kalau kau memang mau tahu jawaban dari pertanyaanmu, gunakan senjatamu agar kau tahu jawabannya dariku".

"Kau sengaja menantangku? Jika memang begitu, aku akan sangat senang membuka mulutmu memakai tombakku", kata Torpan melangkah maju bersama satu tombak di tangan kanannya, tombak yang begitu besar dan berat benar-benar dia bawa memakai satu tangannya seperti sedang membawa benda ringan. 

Ares menolak kalah dari Torpan, tekanan berdarah yang sudah ia kumpulkan melalui banyak sekali medan perang ikut meledak dari dirinya yang bertabrakan bersama aura Torpan "Dari dulu, aku memang selalu ingin mencoba kekuatan tombakmu itu! Tunjukkan kepadaku, apakah gelar manusia dengan kekuatan fisik terkuat memang pantas bagimu?".

1
Wahyu Okta Dani
berati ini kehidupan kedua myro ya
Ardianovich
Jangan khawatir, saya akan membaca setiap update datang.
REZI™~™
semangat torr
o
io
o
err
o
lanjut
o
y
Saiken
Rasanya seperti Ren. /Sweat/
o
siapa nih
o
ohhhhhhh
o
yohohohohohoho
o
whaatt???
o
lanjuuuuttt
o
hmm
o
hebatt
o
josss
o
siippp
o
mantap
Ardianovich
great!
o
oo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!