Kapan lagi baca novel bisa dapat hadiah?
Mampir yuk gaes, baca novelnya dan menangkan hadiah menarik dari Author 🥰
-------------------
"Aku akan mendapatkan peringkat satu pada ujian besok, Bu. Tapi syaratnya, Bu Anja harus berkencan denganku."
Anja adalah seorang guru SMA cantik yang masih jomblo meski usianya sudah hampir 30 tahun. Hidupnya yang biasa-biasa saja berubah saat ia bertemu kembali dengan Nathan, mantan muridnya dulu. Tak disangka, Nathan malah mengungkapkan cinta pada Anja!
Bagaimana kelanjutan kisah antara mantan murid dan guru itu? Akankah perbedaan usia di antara keduanya menghalangi cinta mereka? Ikuti kisah mereka di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Beli Furnitur
Hari Rabu.
Anja merasa sangat senang karena hari ini dia bebas. Bebas dari Bu Eni, bebas pula dari Nathan. Kemarin, dia berhasil mengelabui pria itu karena pulang lebih awal dari biasanya. Jadi saat Nathan sampai di sekolah untuk menjemputnya, sudah tidak ada Anja di sana.
Untuk menghilangkan stres, Anja memutuskan untuk tidur sepanjang hari. Nanti sore baru dia akan pergi ke bengkel untuk mengambil motor matic-nya. Meskipun nanti bengkelnya bilang belum selesai memperbaiki, ia akan ambil secara paksa. Anja yakin sekali kalau mesin motornya tak bermasalah, bengkel itu pasti hanya mengada-ada.
Tuk!
Baru saja memejamkan mata, Anja mendengar jendela kamarnya dilempar batu. Anja membuka mata dan menajamkan pendengarannya. Setelah ditunggu beberapa saat, tidak ada suara lagi, Anja memutuskan untuk memejamkan matanya kembali.
"Ah, mungkin serangga," Gumam Anja.
Tapi, baru beberapa detik berlalu, lemparan batu itu malah terdengar semakin banyak.
Tuk! Tuk! Tuk! Tuk!
"Hei! Nanti pecah!" seru Anja sembari bangkit dari kasur. Ia membuka tirai jendela kamarnya dan terlihat Nathan sedang tersenyum jahil di seberang sana. Anja mendengus sebal, lantas ia buru-buru menarik tirai untuk menutupnya lagi.
"Eh, tunggu!" Nathan berteriak sambil melambaikan tangannya. "Jangan ditutup dulu!"
Anja menghentikan gerakan tangannya. "Apa?" tanyanya sewot.
"Angkat teleponku please..." Nathan menunjuk ponsel yang ada di tangannya.
"Nggak ada kuota," tukas Anja asal, kali ini sembari benar-benar menutup tirai jendela.
Anja merebahkan badannya ke atas kasur sambil menarik napas dalam-dalam. Ternyata tidak semudah itu untuk menghindari Nathan. Bagaimana bisa, kalau rumah Nathan tepat di sebelah rumahnya? Bahkan kamar mereka saling berhadapan pula!
Suara dering telepon yang meraung-raung di atas meja rias tak membuatnya bergeming. Anja yakin sekali kalau itu adalah Nathan. Setelah beberapa kali panggilan, suara itu berhenti. Anja menghela napas lega. Namun, beberapa detik kemudian, terdengar suara notifikasi SMS berulang kali.
Ting! Ting! Ting! Ting! Ting!
"Akkhh!" Anja berseru frustasi, pada akhirnya merasa tak tahan juga. Ia meraih ponselnya dengan malas, lalu melihat isi sms yang masuk.
Selamat, Paket 100 GB Nasional/365 hari dengan harga Rp 470.000 telah aktif, berlaku s/d tgl xx/xx/202x
"Hah?" Anja terbelalak membaca isi SMS itu. "Siapa yang kirim kuota sebanyak ini?"
Bukan hanya itu, SMS yang sama muncul berkali-kali, dengan nominal yang sama. Sekarang, kuota datanya hampir 1000 GB.
"Nathan!" Anja langsung tahu siapa pelakunya. Ia segera menekan tombol panggilan pada nomor mantan muridnya itu.
"Heh, apa yang kamu lakukan? Hape ku bisa meledak!" semburnya saat panggilan tersambung.
Nathan malah terkekeh di seberang sana. "Habisnya, Bu Anja nggak mau angkat teleponku sih,"
"Oke, oke," Anja kembali membuka tirai jendelanya, dan langsung terlihat wajah bahagia Nathan di sana. "Apa mau kamu, hah?"
"Ayo temani aku belanja furnitur,"
"Tidak mau," Jawab Anja cepat. "Ibu sibuk,"
"Sibuk apanya? Sekarang sudah hampir jam sembilan, tapi Bu Anja belum mandi tuh."
"Ya ini mau mandi!" sergah Anja kesal. Ingin rasanya ia menimpuk wajah tengil Nathan dengan batu. "Sudah ya, Ibu sibuk! Nanti Ibu ganti kuotamu,"
"Padahal, Bu Anja sendiri yang berjanji mau menemani aku,"
"Apa? Kapan aku bilang begitu?"
"Hari senin kemarin, pukul 07 lewat 15 menit, di dalam mobil. Saat itu kita baru melewati lampu merah dan ada tukang koran yang memakai kostum badut,"
"Hah?" Anja lagi-lagi bengong mendengar ucapan Nathan. Orang gila mana yang mengingat hal sepele dengan sedetail itu?
"Tidak bisa, hari ini ada rapat penting," Anja masih bersikeras membuat alasan, meskipun harus berbohong. Sebenarnya, bukan sifat Anja mengingkari janji dengan seseorang. Tapi masalahnya, saat ini dirinya sedang berusaha menghindari Nathan, jadi cara apapun akan dia coba.
"Bu Anja, kalau bohong hidungnya bisa panjang loh," goda Nathan yang membuat wajah Anja langsung memerah.
"Pokoknya, aku tetap tidak mau," Anja keukeuh dengan keputusannya.
Nathan langsung memasang wajah sedih. "Bagaimana ini? Padahal Bu Anja tau betul sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa di Indonesia. Ibu, kakek dan nenekku sudah pergi duluan menghadap Tuhan. Hanya Bu Anja satu-satunya harapanku, tapi Bu Anja malah mengingkarinya. Kalau tau begini, seharusnya sejak awal aku tidak usah kembali ke Indonesia,"
Anja menghela napas panjang. Kalau sudah begini, mendadak jiwa gurunya muncul. Anja jadi merasa tak tega pada Nathan. Bagaimanapun juga, Nathan adalah muridnya dulu, dan Anja tau betul betapa menderitanya kehidupan anak itu.
"Ya sudah," ucap Anja akhirnya, yang membuat senyum Nathan langsung merekah. "Tunggu satu jam lagi,"
"Siap, bos!" Senyuman Nathan berubah menjadi seringai lebar. detik itu juga Anja menyadari kalau Nathan sudah menipunya.
Huh, dasar bocah nakal!
Akhirnya, dengan terpaksa, Anja mengakhiri hari santainya dan beranjak mandi untuk pergi bersama Nathan.
...----------------...
Satu jam kemudian, Anja keluar dari kamarnya dengan sudah berpakaian rapi. Ibu yang sedang duduk leha-leha di depan televisi mengernyit heran.
"Loh, mau kemana kamu? Bukannya hari ini kerjamu libur?"
"Iya, ada urusan," jawab Anja singkat. Ia tak mau ibunya heboh kalau tahu akan pergi bersama Nathan.
"Oh ya, urusan apa?" Ternyata Ibu tak gampang menyerah, langsung mendekati Anja dengan penasaran. Tampaknya tayangan sinetron di televisi sudah tak menarik lagi baginya. "Sama siapa?"
"Ih, Ibu kepo deh!" Anja mempercepat langkah, sebisa mungkin menjauhi ibunya. Sebab kalau sudah mode kepo, ibunya itu akan bertanya terus sampai rasa penasarannya tuntas.
Sialnya, saat membuka pintu, Nathan sudah berdiri di sana, tersenyum lebar. Ia tampak semakin tampan dalam pakaian kasualnya.
"Pagi Bu," Sapa Nathan pada Ibu.
"Loh, perginya sama Nathan?" Ibu terlihat bersemangat. "Kenapa nggak ngomong dari tadi sih, Nja? Ibu kan nggak akan kepo kalau kamu jawab begitu,"
"Hah..." Anja mendengus malas, lalu segera berjalan ke luar rumah. "Ayo," ucapnya pada Nathan.
"Oke," Nathan menjawab dengan lembut, tapi Ibu dengan cepat menahan lengannya.
"Hei, kalian mau kencan ya?"
Nathan tersipu malu mendengar pertanyaan ibu. "Nggak kok Bu. Aku cuma minta Bu Anja menemani beli furnitur,"
"Nggak apa-apa, ini kesempatan bagus!" mata Ibu berbinar-binar. "Kamu bisa sekalian menunjukkan perasaanmu!"
"Eng, sebenarnya..." Nathan berucap sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku sudah mengatakannya ke Bu Anja,"
"Oh ya?" Ibu terbelalak. "Terus, bagaimana?"
Nathan menggelengkan pelan, membuat Ibu paham kalau hasilnya tidak sesuai keinginan.
"Nggak apa-apa, anak Ibu yang satu itu emang agak susah dideketin. Tapi kamu jangan menyerah. Ibu akan mendukung kamu dari belakang. Semangat!"
"Semangat!" Nathan mengangkat kedua tangannya yang terkepal, lalu mereka berdua tertawa bersama. Anja yang sudah tak sabar segera berteriak dari dalam mobil.
"Hey, jadi nggak nih? Kalau nggak jadi aku mau tidur lagi!"
"Jadi kok, jadi!" Teriak Nathan panik, lalu ia sempatkan menoleh ke Ibu sebelum berlari menuju mobil. "Do'akan aku Bu!"
"Pasti, Nathan! Ibu akan do'akan sampai kamu jadi menantu Ibu!"
ga semua maksud baik itu kebenaran dan terbaik
dan yang kita terbaik belum tentu dibutuhkan
dan yang kita pikir buruk nyatanya itulah yang terbaik
terkadang ujian cinta memang agak rumit tapi selalu menemukan jalan tik bersatu
#dibalas ma authornya kek gini .. " dih siapa elo?"
😂😂😂😂😂😂