Suami Di Alam Mimpi

Arum masih menunggu jawaban Kailash yang bergeming sedari tadi. Arum masih denial mengahadapi kenyataan yang ada.

"Ka-kamu Kailash! Apa benar kamu yang menikahi putriku?"

"Ya, aku yang menikahi Widuri. Kami saling mencintai, sekarang kau adalah mertuaku, Arum. Ini takdir."

Arum tertawa mendengar penuturan Kailash. Bagaimana bisa Kailash bicara demikian, batin Arum. Sedangkan dirinya hanya jin yang tidak akan bisa menjalani kehidupan manusia.

"Kau menghancurkan kehidupan putriku Kailash. Bukankah kau jin penjaga dari kakek buyutku? kenapa kau malah menikahi keturunannya? kenapa kau menikahi putriku?!" Arum berteriak hinga suara di dengar Satia di dapur.

Arum sesak, dia berusaha waras di tengah kemarahannya.

"Maafkan aku, Ibu mertua. Tapi ini atas izin Widuri, kami saling mencintai, kami bahagia dengan pernikahan ini. Ada empat anak yang harus kami bahagiakan. Tolong berikan kesempatan aku membahagiakan Widuri, Arum .."

Arum memegang kepalanya yang serasa ingin meledak. Emosinya ingin ia luapkan tapi Kailash bukanlah manusia yang bisa ia penjarakan.

"Kau tahu? masa depan Widuri hancur karena pernikahan kalian. Dia akan terikat denganmu sampai mati. Kamu tega jika putriku di hina orang-orang disekelilingnya karena gila? kau tahu resikonya menikahi jin? apa Widuri sanggup menanggung beban itu? kau tidak memikirkan nasib keluarganya jika Widuri sampai gila? kau akan bahagia di alam jin bersama jiwa Widuri, tapi disini dia akan di cemooh."

Kailash dapat memahami itu. Namun, tetap saja nasi sudah jadi bubur. Kailash harus bertanggung jawab atas keputusannya menikahi Widuri.

"Aku tidak akan pernah menarik jiwa Widuri untuk menetap selamanya di alam ku. Dia tetap akan menjadi manusia. Aku dan anak-anakku yang akan mengunjunginya."

Arum menggeleng. Ia merasa menjadi Ibu paling jahat jika membiarkan putrinya menjalani kehidupan tidak normal. Namun, di sisi lain, Arum juga merasa menjadi nenek yamg paling jahat jika memisahkan Widuri dengan cucu-cucunya.

"Tidak bisa Kailash. Aku tidak ingin putriku hidup tidak normal. Widuri pasti akan sibuk dengan duniamu dibanding dengan masa depannya. Sejak lahir, aku menutup mata batin putriku agar dia tidak bis melihatmu dan bangsa gaib lainnya, tapi aku malah teledor, kau tetap saja menyambanginya lewat mimpi."

Kailash mengakui dirinya nekat. Tapi takdir menumbuhkan cinta yang amat besar. Takdirnya menikahi Widuri lalu memiliki empat bayi dari wanita ini.

"Maafkan saya, Arum. Berikan saya kesempatan berbahagia dengan Widuri. Anak-naka saya masih bayi, mereka butuh Ibunya," pinta Kailash.

Entah kenapa jika mendengar kata cucu, Arum terenyuh. Walaupun ke empat cucunya mahluk gaib, tetap saja anak Widuri adalah cucunya kandungnya.

"Aku belum bisa memutuskan. Ini terlalu jahat untuk keluargaku, Kailash. Pergilah!"

Arum keluar dari kamar Widuri dengan berderai air mata. Sementara Kailash masih berdiri tegap di kamar istrinya. Sisa kepulan asap di dupa masih menguar di penciuman.

"Maafkan aku Ambo' Pati, aku menikahi cucu mu karena aku sangat mencintainya." Ucap Kailash pada mendiang kakek Widuri.

Arum masuk ke kamarnya. Satia yang bingung menyusul putri bungsunya ke kamar. Arum berbaring sambil menangisi nasib putri dan cucu-cucunya. Sulit baginya membiarkan Widuri tetap melanjutkan pernikahan dengan Kailash. Tetapi, ia tidak ingin menjadi nenek yang kejam.

"Kenapa?kenapa Widuri?" gumam Arum sambil terisak tangis.

Satia yang bingung dengan sikap putrinya langsung mendekat. Dia mengusap kepala Arum dengan lembut.

"Kamu kenapa, Arum? ada apa dengan Widuri? bukan putrimu sedang berjuang untuk sembuh?"

Arum mengusap air matanya. Dia membangunkan diri, ia berusaha agar pernikahan Widuri tak diketahui oleh siapapun, termasuk mamaknya, Satia.

"Saya hanya sedih melihat kondisi Widuri, Mak."

"Kalau sedih doakan, jangan seperti marah-marah begitu," tukas Satia.

Arum mengangguk. Dia memeluk mamaknya. Sejak lama ka menyimpan beban pikiran. Sejak menerima ajian putih dari Ambo' nya, Arum merasa takut jika anak keturunannya hidup tidak normal layaknya anak manusia lainnya.

"Sabar, Arum. Widuri itu anak baik. Dia itu tidak pernah bergaul, dia rajin membantu pekerjaan rumah, tekun kerja, dan tidak suka pergi-pergi kayak sepupunya yang lain. Kamu beruntung punya anak seperti Widuri," tutur Satia apa adanya.

Arum merasakan aroma jin hadir di dalam kamarnya. Bayangan jin nampak di dekat lemari, ternyata itu wujud Kailash. Jin nasab keluarganya itu datang menemuinya dengan raut wajah sedih.

"Maafkan saya Ibu mertua. Saya telah membuat Anda sedih. Saya pamit, Widuri dan anak-anakku menungguku disana. Sekali lagi maaf. Widuri akan kembali jika sudah sepenuhnya sembuh," ucap Kailash lalu pria itu lenyap bersama kepulan kabut.

Arum memejamkan mata. Ia sedang mengatur emosinya, entah dengan cara apa ia harus melampiaskannya. Arum tidka ingin putrinya hidup lama-lama di alam jin. Hal itu akan sangat berbahaya bagi kesehatan jasmani Widuri. Kejiwaan Widuri akan sedikit demi sedikit terganggu karena gesekan energi yang terkuras.

***

Kailash tiba di alam jin. Tapi tidak langsung ke rumah ibunya. Dia menyinggahi Aji Ratuna, Bibi yang seringkali menampung rahasia dan masalahnya.

"Kailash, kau terlalu menyedihkan berdiri melamun di teras." Seru Aji Ratuna dari dalam rumah.

Kailash menghela nafas berat. Dia masuk dengan badan yang lesu. Energi Kailash atau jin terkuras bila sedang sedih.

"Aji, Arum, Ibu mertuaku sudah tahu, dia .."

"Dia meminta kamu mengembalikan Widuri? dang mengakhiri pernikahan mu?" Aji Ratuna menebak.

"Dari mana Aji tahu?"

Aji Ratuna tertawa renyah. Dia menuangkan air ramuan ke gelas perak.

"Minumlah, wajahmu pucat seperti kuntilanak. Sampai sekarang kau meremehkan ilmu ku, Kailash," ketus Aji Ratuna.

Kailash meminum ramuan itu sampai tandas. Setelah lebih tenang, Kailash meminta solusi kepada Bibinya itu.

"Apakah aku harus mengikuti permintaan Arum?" tanya Kailash.

Aji Ratuna tertawa lagi. Bukan menertawakan Kailash, hanya saja sedang memikirkan percintaan manusia dengan jin berakhir runyam.

"Sebelum kamu memutuskan itu, aku sudah jauh-jauh hari menjelaskan resiko-resikonya. Dan jawaban kamu siap untuk itu. Inilah resiko itu Kailash," jelas Aji Ratuna. Wajahnya tenang menjelaskan sebab Kailash sangat sedang kebingungan.

Kailash mengusap wajah dengan kasar. Wajah tampannya tetap tampan, tapi tidak bisa seceria dulu. Puluhan tahun mengawasi Widuri. Sejak bayi Widuri selalu ia jaga. Kailash seringkali membisikkan hati-hati atau sekedar memberi pertanda jika hal buruk akan terjadi.

"Aku hanya ingin menjalani pernikahan bahagia dengan Widuri, aku ingin dia menjalani kebahagiannya di dunianya, aku juga tetap memantaunya, anak-anakku pasti juga akan senang, Aji .."

Aji Ratuna menghela nafas. Dia mengusap bahu Kailash.

"Semua mahkluk ingin hidup bersama orang yang dicintainya. Bukan hana jin, tapi manusia juga, bahkan hewan juga. Itu keinginan Kailash, tapi terkadang nasib berbeda dari yang kita mau. Banyak orang di dunia ini saling mencintai, tapi tidak bisa bersama, contohnya saja dengan Kakek Widuri," jelas Aji Ratuna.

Kailash terkejut langsung menoleh menatap Aji Ratuna.