Istri Pilihan Mama

Setelah pertemuan tak sengaja di pasar, Mayang pun bertekad menjadikan Laras menjadi menantunya.

Hingga pada beberapa Minggu kemudian, Mayang datang kembali ke pasar menemui gadis cantik itu.

Sekarang mereka telah duduk di sebuah resto, Mayang sengaja membawa Laras ke tempat yang tenang agar bisa bicara dari hati ke hati.

"Laras, kau mau menjadi menantu Ibu?", tanya Mayang tanpa basa basi.

Laras terperangah seperti disambar petir di siang bolong. Mulutnya ternganga, matanya membulat mengamati wajah keibuan di hadapannya.

"Apa yang ibu katakan?, Saya tidak mengerti", tanya Laras tetap meneliti wajah Mayang penuh tanda tanya.

"Ibu punya seorang anak laki-laki. Usianya 30 tahun tidak beda jauh denganmu. Dia punya kekasih seorang model bekerja di Amerika. Tapi ibu tidak merestui hubungan mereka karena Ibu mau punya menantu sepertimu yang baik, tulus, bisa merawat anak Ibu dengan baik. Kalau wanita model Amerika itu, Ibu yakin dia bisanya hanya hura-hura tidak akan bisa merawat apalagi mengurus anak Ibu dengan baik. Dan sejak pertama bertemu denganmu ibu sudah menaruh kepercayaan besar padamu. Kau pasti bisa menjadi istri yang baik untuk Arga dan bisa menuntunnya menjadi orang yang lebih baik. Itu yang ibu harapkan," terang Mayang panjang, memandangi gadis santun di depannya.

"Tapi bu.., Saaa.., Saya janda bu.., Tidak mungkin anak Ibu sudi menikah dengan saya..," spontan Laras berkata sangat jujur, suaranya lirih saat mengucapkan kata-katanya, lalu menunduk sedih.

Mayang tersentak sesaat, tatkala gadis itu menjelaskan statusnya. Jelas raut keterkejutan tergambar di muka yang sudah menua itu.

Dia sungguh tidak menyangka gadis secantik ini bisa menjadi janda, sungguh disayangkan.

Namun jika memang Allah sudah berkehendak untuk menjadikannya janda, maka siapapun takkan bisa menghindari Takdir Allah yang sudah digariskan untuknya.

Satu menit kemudian Mayang berusaha menetralkan keadaan. Sikapnya yang tadi tampak terkejut langsung menghibur dan menenangkan gadis yang sekarang berubah muram.

Mayang menyentuh dan memegang tangan gadis itu dengan penuh kasih sayang.

"Coba sekarang ceritakan kepada Ibu, bagaimana kisahmu sampai kau bercerai?," tanya Mayang penuh kasih sayang sambil mengelus tangan lembut gadis bermata indah itu.

Mayang yakin jika Laras gadis yang baik. Dan perceraian yang terjadi dalam rumah tangganya pasti bukan atas kesalahan gadis ini melainkan kesalahan dari pihak mantan suaminya.

Awalnya Laras enggan untuk bercerita tetapi Mayang terus membujuk.

Akhirnya gadis itu menceritakan seluruh masa lalunya tanpa satu pun cerita yang disembunyikan, termasuk Laras yang tidak pernah disentuh mantan suaminya dan masih perawan.

Mayang mengangguk-anggukkan kepala. Benar tebakannya jika perceraian Laras dengan suaminya pasti bukan kesalahan gadis itu.

Penuturan Laras semakin membuat Mayang yakin ingin menjadikannya menantu. Dia yakin, gadis ini-lah yang tepat mendampingi sang putra.

Apalagi saat dia tahu, jika Laras masih perawan, anaknya Arga sama saja menikahi gadis, hanya statusnya saja yang berbeda. Itu tak jadi masalah.

"Apa salahnya dengan janda? Ibu tidak pernah mempermasalahkan tentang status seseorang. Apalagi kalau janda itu cantik, baik, tulus, pekerja keras sepertimu. Ibu pasti akan menerimanya dengan tangan terbuka, karena ibu yakin anak Ibu juga pasti terawat dengan baik kalau kau yang menjadi istrinya," jelas Mayang sungguh yakin dengan ucapannya lalu memegang pucuk kepala gadis yang masih muram itu.

"Tapi Bu.. Bagaimana kalau..," perkataan Laras langsung dipotong Mayang.

"Sudahlah tidak ada tapi tapi..," pangkas Mayang cepat, memotong ucapan Laras.

"Dengar nak, kau ini terlalu cantik berkeliaran di pasar. Kulitmu juga terlalu putih disengat matahari saat bekerja di pasar. Tubuhmu ini terlalu halus untuk menjadi kuli panggul. Kau harus penuhi permintaan Ibu, ini demi kebaikanmu, kebahagiaanmu dan juga kebahagiaan putra Ibu," ujar Mayang meyakinkan Laras.

Laras terdiam, dia masih bingung dengan permintaan Mayang.

Dia takut pernikahan keduanya ini akan mengalami hal serupa dengan pernikahan pertama.

"Kau tidak perlu takut dan khawatir. Serahkan semuanya pada Ibu, Ibu yang akan mengurus Arga. Dia pasti akan menuruti permintaan Ibu. Yang penting mulai sekarang kau rawat tubuhmu baik-baik. Ibu akan memberikan uang untuk keperluanmu sehari-hari. Kau setuju kan menikah dengan putra Ibu?," Mayang tersenyum membelai pipi gadis itu lembut.

Mendapat perlakuan itu Laras merasa Ibunya lah yang sekarang tengah membelai pipinya.Tanpa sadar Laras mencium punggung Mayang dan mulai menangis.

"Ibu baik sekali, seperti almarhumah ibuku dulu," Laras berkata terisak.

"Mulai sekarang kau panggil saya, mama ya..., Sekarang mama sudah menjadikanmu anak, apapun masalahmu, kau bisa cerita semua pada mama," ucap Mayang berkata dengan penuh kasih sayang.

Mayang berdiri mendekat ke kursi Laras dan memeluk gadis itu dengan penuh kasih.

Laras semakin terharu dan menangis sambil memeluk erat wanita yang berhati malaikat itu.

Laras begitu bahagia bisa merasakan kembali kasih sayang seorang Ibu yang sejak kelas 5 Sekolah Dasar tak didapatkannya lagi.

Laras melepaskan pelukan dan memohon sesuatu.

"Tapi ma, izinkan Laras tetap mencari uang sendiri dan memenuhi kebutuhan Laras sendiri sampai waktu pernikahan tiba,"

"Mama tahu kau tidak mau memakai uang mama sampai kau sah menjadi menantu mama. Dasar anak baik! Ya sudah tidak apa-apa. Terserah kau. Mama setuju setuju saja," Mayang menganggukkan kepala tanda setuju.

Sekali lagi, Mayang memeluk calon menantunya.

Perasaannya yakin, jika gadis pilihannya ini akan menjadi wanita terbaik untuk anaknya.

Satu bulan kemudian, setelah pertemuan Mayang dan calon menantunya, pernikahan pun berlangsung.

Tetapi Laras begitu sedih karena sahabatnya Tina, yang selalu membantu kesusahannya tidak dapat hadir karena sedang pulang kampung, mengurus ibunya yang sedang sakit.

...*******...