Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 35
Mungkin Alya menyangka jika Aldan datang untuk mengikuti nya, nyatanya tidak. Aldan melewati Alya begitu saja bahkan tanpa ada kata sapaan yang bisa membuat orang lain menganggap kalau mereka dekat. Tentu saja Alya terheran, mata Alyaterus mengekori kemana Aldan pergi.
Dan ya, Aldan menuju Restoran dengan ketiga temannya yang menuju tempat lain. Tidak berapa lama dari Aldan masuk ke dalam Restoran, Thena juga masuk kedalam tempat yang sama.
“Mau apa lakik lo, Al?” Tanya Hadzel, tentu saja ia heran karna Hadzel kira jika Aldan akan menjemput Alya tadi.
“Nggak tau, mau gali lubang kali..” Tebak Alya asal-asalan, Alya menghela napas panjang. Rasanya ia tidak percaya jika akan seperti ini cara Aldan memperlakukan dirinya. Bisa-bisanya makan bersama dengan Thena di tempat yang sama dimana Alya berada.
“Al, keterlaluan.. Tuh lihat, Aldan duduk berduaan sama tu cewek.. Malah jaraknya dekatan lagi.”
“Biar aja deh, terserah dia mau apa..” Balas Alya, ia bangkit meninggalkan Hadzel yang masih mengheran melihat Aldan yang terlihat mesra bersama dengan Thena.
Hadzel tersadar bahwa Alya sudah pergi meninggalkan nya, cepat-cepat Hadzel mengejar langkah cepat Alya. Terlihat sekali wajah tidak menyenangkan dari Alya, sungguh Hadzel menjadi merasa kasihan dengan sahabatnya itu.
•
Sementara itu, Aldan memesan menu makan sesuai permintaan dari Thena. Pandangan mata Aldan terus tertuju pada luar pintu Restoran, ia sedikit berharap jika Alya menyusul dirinya sekarang. Tapi, yang ada Aldan tidak kunjung melihat bayangan Alya sedikitpun.
“Aldan, kau terlihat gerah..” Ucap Thena pertama kali karna sedari tadi terus diam melihat keadaan Aldan yang seperti gelisah.
Aldan mengangguk saja, ia melepas jaket sambil sedikit tersenyum kepada Thena. “Dulu kau sangat nyaman dan betah kala kita berdua, Aldan.. Bahkan tidak mau aku pergi dan tidak mau jauh dari ku sedikitpun.” Ujar Thena yang hanya mendapatkan senyuman tipis saja dari Aldan.
“Semua waktu berlalu sangat cepat, Ana. Bahkan hal terindah itu sudah menjadi masalalu sekarang, Hem.. Kita sudah punya hidup masing-masing.” Respon Aldan tanpa menatap kearah Thena. Malah sibuk terus menatap luar Restoran, membuat Thena tidak nyaman tentunya.
“Kenapa tidak aku yang kau nikahin kala mendapatkan perintah dari Paman Aslan agar kau segera menikah?” Pertanyaan Thena membuat Aldan langsung menatap kearah wanita yang selalu saja menatapnya dengan tatapan sendu dan lembut.
“Aku bahkan saat itu tidak teringat denganmu, Ana. Aku dipaksa untuk menikahi Alya, dan itu semua murni perintah Ayah dan aku tentunya tidak bisa membantah.” Perjelas Aldan yang kini sedang membantu pelayan Restoran menaruh menu makanan dimeja mereka.
“Kau ingat, perlakuan mu yang membuat kita putus.. Membuat ku tidak ingin mengingat mu sedikitpun, sekalipun hanya sedetik.” Ucap Aldan yang membuat kedua mata Thena menatapnya seakan tidak percaya.
“Bohong, pertama kali kau menjemput ku di Bandara.. Tatapan mu masih penuh cinta padaku.” Bantah Thena. “Kau masih cinta kepadaku, kau masih ada rasa kepadaku hingga saat ini, Aldan!” Sambungnya.
Aldan menghela napas panjang, jujur Aldan tidak mengerti dengan apa yang ada dihatinya. Memang Aldan sempat merasa seperti itu, dimana ia merasa jika masih cinta dan ingin kembali bersama dengan Thena. Nyatanya saat ini bahkan saat duduk bersama dengan Thena, Aldan tetap memikirkan Alya.
“Sudah masa lalu, Ana..”
“Aldan_”
“Makanlah, kau terlihat lapar sekali siang ini.” Aldan malah memotong pembicaraan Thena, dan mengalihkan dengan memulai makan.
Thena tentu saja tidak suka dengan segala respon dari Aldan hari ini. Ia tidak terima semua rasa Aldan hilang begitu saja, ia yakin jika Aldan masih sangat mencintai nya. Bahkan tatapan mata Thena terus tertuju pada Aldan yang sedang makan sembari sibuk dengan ponselnya.
“Tidak bisa, tidak bisa! Aldan adalah milikku, tetap milikku!” Kata Alya didalam hati.
~
Saat sedang asyik memiliki pakaian yang akan dibeli oleh Hadzel, Tiba-tiba saja temannya itu pamit pulang karna melupakan janji penting. Hal tersebut membuat Alya sendiri di Toko pakaian dari brand ternama itu. Tangan Alya berkacak pinggang menatap kepergian Hadzel, lagi dan lagi ia selalu ditinggal seorang diri.
Alya berlalu pergi dari Toko itu, ia mencari sesuatu yang lebih menarik. Merasa lelah sudah berjalan seharian, Alya duduk termenung di bangku penjual Balon. Tatapan mata Alya mengarah kearah anak-anak yang sedang dimanjakan oleh kedua orang tuanya.
Dan pada saat itulah air mata Alya mengalir tanpa diminta, jatuh begitu saja. Hati Alya terasa sakit sekali, ia merindukan sosok kedua orang tuanya yang sudah pergi begitu saja tanpa pamit kepadanya. Cepat-cepat Alya menghapus air mata itu, ia mencoba untuk tetap tegar sekarang.
“Cukup aneh, Al.. Kata Ayahku, kalau rumah kalian sudah disita bank karna ayahmu memiliki utang yang cukup banyak. Dan juga segala fasilitas kekayaan yang dimiliki ibumu jatuh ke tangan sepupunya katanya. Jadi, bisa dikatakan kau tidak mewarisi apapun sekarang.”
Ucapan Hadzel beberapa waktu yang lalu membuat kepala Alya menjadi sakit. Ia tidak mempermasalahkan soal harta, hanya saja cukup aneh semua harta itu habis begitu saja tanpa jelas alasannya.
“Aneh, aku merasa ada yang janggal dengan kematian ayah dan Ibu..” Gumam Alya sembari melamun menatap kearah lurus kedepan.
“loh.. Alya, ternyata kamu disini?” Suara itu membuat Alya langsung tersadar dari lamunannya. Alya bergegas bangkit, dan ya ia melihat Aldan dan Thena yang sudah berada di belakang nya.
Alya tersenyum tipis saja. “Tahu gitu tadi aku mengajak mu makan bersama, astaga.. Aldan, kenapa kau tidak bilang kalau Alya ada disini?” Thena sok apalah, Alya tidak bisa mengatakan itu sikap seperti apa.
“Malah kau senang kan jika hanya berdua dengan suamiku?” Tanya Alya dengan nada ketus. “Lagian orang gila mana yang mau makan sama laki-laki yang sudah BERISTRI?” Tanya Alya dengan nada penuh penekanan dikata akhir.
Sontak senyuman manis diwajah Thena memudar seketika, Aldan hanya diam saja menatap Alya yang kini sudah bersiap-siap perginya meninggalkan mereka.
“Alya selalu saja bicara ketus kepadaku, padahal aku ingin berteman secara baik dengan dia, Aldan.” Keluh Thena kepada Aldan yang kini sepertinya sudah emosi dengan semua tingkah Alya.
“Hatiku sungguh sakit dengan segala penolakan Alya, kenapa dia tidak mengerti dengan kemauan ku untuk berteman dengannya?” Tanya Thena penuh drama kepada Aldan yang mulai masuk perangkapnya.
Terus saja, terus saja Thena mengotori telinga Aldan dengan kata-kata yang bisa menyudutkan Alya. Mungkin karna rasa amarah dihati yang sudah ada dihati Aldan sedari tadi, membuat pria itu mudah sekali di komporin Thena.
“Sebaiknya kau tegas kepada Alya, Aldan.. Bagaimana bisa kau menikah dengan wanita tidak tahu sopan santun seperti itu? Dia selalu ketus kepadaku, padahal dia tahu kalau aku adalah sahabat kecilmu.” Tiada henti Thena mengotori telinga Aldan hingga membuat pria itu semakin marah kepada Alya.
Thena tersenyum puas kala melihat ekspresi wajah Aldan, ia yakin sebentar lagi Aldan pasti menceraikan Alya lalu kembali bersama dengannya lagi.
tapi apapun itu makasih loh thor, karna buat cerita itu gak mudah
semangatt👍