Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
"M-mas...'' lirih Kiran.
Berat sebenarnya tapi amarah yang ada dalam diri pria 35 tahun itu menguasai semuanya, langkahnya terhenti sejenak sesaat setelah mendengar Kiran memanggilnya dengan suara yang lirih.
''Kiran bisa jelasin semuanya, mas...'' ucapnya lagi.
''Inikah alasan kamu menolak ajakan mas, tempo hari?''
''Hah? ti-tidak, bukan begitu, mas.''
''Aku kira kamu menghargai pernikahan kita, ternyata dia yang kamu pilih.''
Kiran mengangkat kepalanya setelah mendengar apa yang dikatakan Agra tidak sesuai dengan kenyataannya.
''Dia? dia siapa mas, aku memang tidak memiliki hubungan apapun dengan orang lain.''
''Lalu Roby? apa tidak memiliki hubungan bisa berpelukan mesra seperti itu?''
''Mas Agra menuduh ku?''
''Mas tidak menuduh, tapi jika memang kamu merasa demikian, ya sudah.''
Agra membuang nafasnya dengan kasar. Melihat Kiran yang melangkah menuju ke arahnya. Matanya saling memandang beberapa detik lamanya kemudian Kiran pun memulai kembali pembicaraan mereka.
''Jadi benar kamu menilai ku perempuan murahan, kan? makannya dulu tanpa berpikir panjang, kamu mau menikahi ku. Dan sekarang kamu juga menuduh ku mempunyai hubungan dengan pria lain di saat pernikahan kita masih terikat. ''
Agra terhenyak mendengar penuturan Kiran, kenapa sekarang suasana nya berubah, posisinya yang saat ini merasa bersalah. Dia menyesal mengatakan itu padahal dia sangat tahu bagaimana Kiran menjalani kehidupan nya setelah orang yang disayanginya sudah tidak menginginkannya lagi.
''Tidak Kiran! Aku tidak pernah punya pikiran seperti itu ke kamu.''
Agra membuka suaranya setelah kediaman melanda beberapa detik lamanya.
''Lalu, Mas Agra-''
''Sebenarnya kamu ingin membawa kemana hubungan kita ini?''
Agra memotong kalimatnya dengan cepat, merekapun saling pandang.
''Kamu Mas yang membingungkan ku.''
''Aku membuat kamu bingung?''
''Ya!''
''Kenapa?''
''Karena kamu tidak memberikan kepastian yang pasti untuk ku, kamu ingin hubungan kita terjalin seperti suami istri kebanyakan, tapi...''
Kiran tidak melanjutkan kalimatnya, ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya Agra rasakan dan bagaimana perasaannya padanya.
''Lanjutkan, tapi apa?'' Kiran hanya diam, manik matanya menatap nanar ke iris mata Agra yang berwarna abu-abu.
Agra yang di tatap seperti itu segera mengalihkan pandangannya, hatinya melemah lagi, dan dadanya berdebar kencang.
''Sudahlah, lebih baik kita jalani kehidupan kita masing-masing. Biar Anas yang mengirimkan surat perceraian kita kesini. Aku pamit.''
Agra berlalu pergi, dan Krian melihat kepergian Agra dengan perasaan yang membuat dia bingung. Sedih? entahlah. Yang pasti Kiran merasakan sakit di hatinya.
Terlebih lagi kalimat Agra yang menyebut surat perceraian, jantungnya seakan tertusuk belati tajam sampai membuat remuk sendi-sendi nya.
Kakinya lunglai, tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya sampai iapun luruh ke bawah lantai dengan pundaknya yang longsor terasa seperti menyentuh lantai marmer itu.
Ingatan nya bergulir pada saat Agra datang dan mengatakan siap untuk menikahinya agar nasib kesialan yang sudah terpatri pada dirinya hilang, dan kalimat Agra juga membuat dirinya tersentuh.
'Izinkan aku menikahi mu walaupun tanpa ada rasa cinta untuk ku'
Kiran mengangkat kepalanya lagi, menatap pintu yang tertutup rapat itu, berharap akan terbuka lagi dan Agra kembali datang. Tapi tidak, pintu itu tetap tertutup dan tidak tersentuh.
Ya Kiran ternyata mencintai Agra. Sangat! Ia mencintai Agra sejak kalimat pertama Agra untuk nya dan membuat dia tersentuh. Menjaga rasa untuknya dan membiarkannya terpuruk rindu.
Tapi ia tahu diri, ia tahu kalau Agra memang menikahinya hanya sekedar mencari wanita yang siap ia nikahi untuk sebuah tujuan yang dia tahu sendiri alasannya.
Dadanya terasa sebah karena menahan rasa yang tak terungkap. Rasa yang sama juga memenuhi rongga dada Agra yang semakin terasa sesak.
Ia menyetir mobil keluar dari komplek apartemen untuk pulang kerumahnya. Namun saat itu ia menyadari satu hal, yaitu.
Sesal, dan Rindu. Ya! dia menyesal karena berkata kalimat perpisahan dan pastinya sudah jatuh talak satu pada wajah cantiknya.
''Apa aku harus mengatakan kalau aku menyukainya, apa itu yang dia inginkan?'' Agra bergumam di sela-sela mengemudinya.
Berulang kali ia memukul kemudi, meluapkan penyesalan pada benda mati tersebut. Matanya kembali melihat wajah sedih Kiran, wajah dimana Kiran yang kala itu menangis saat ayahnya mencap nya sebagai anak pembawa nasib sial yang bahkan kematian calon suaminya kala itu bukanlah kesalahannya.
...
Kiran mengucek matanya saat kelas terakhir dari dosennya yang bernama Roby. Matanya bengkak, karena menangis semalam sebab baru menyadari satu hal, yaitu ia terlambat menghentikan Agra untuk tidak pergi meninggalkannya.
''Apa aku harus mengatakan lebih dulu, kalau aku sudah mencintainya?''
Hal sama yang terus saja ia pertanyakan sampai kelas Roby selesai.
''Ran!''
Lisa menyentuh pundaknya dari belakang. Kiran menoleh pada temannya yang kebetulan hari ini satu kelas dengannya.
''Hm?''
''Kenapa? apa ada masalah?'' Lisa bertanya sebab melihat Kiran yang sedari tadi melamun dan tidak biasanya memakai kaca mata yang Lisa tahu hanya untuk menyembunyikan mata bengkaknya.
''Tidak, oh ya kamu lapar, nggak?'' tanya balik Kiran yang Lisa tahu sendiri alasannya untuk mengalihkan pertanyaannya lagi.
''Ran, enggak perlu mengalihkan pertanyaan, aku tau kamu ada masalah. Coba cerita ke aku.'' Lisa menyeret kursi untuk duduk dekat Kiran.
''Mas Agra, dia salah paham dengan ku.''
''Suami mu?'' tanya Lisa berbisik, ya Lisa tahu tentang Kiran yang sudah menikah dan tahu semua alasan temannya itu menikah dengan Agra, semua dia tahu.
Kiran mengangguk dan menceritakan pada Lisa semuanya. Dari mulai Edo yang membawanya ke ruang musik dan memaksa untuk memeluknya sampai Roby, dosen mereka datang. Hingga Agra yang melihatnya sedang berpelukan, bukan! bukan berpelukan. Tapi tanpa sengaja tubuhnya terpelanting sampai Roby yang berhasil menangkapnya.