Oh My Boss

Shaka mengajak semua teman-temannya makan di sebuah restoran yang dekat dengan taman. Tak lupa Shaka menelepon Fahri untuk bergabung karena ia tahu, Fahri sedang pdkt dengan Nayla. Tentu saja suasana semakin ramai. Mereka saling meledek satu sama lain. Dan siapa sangka jika Chika bisa cepat akrab dengan David. Bahkan lebih dekat di banding Shaka. "Kamu udah cocok jadi bapak, kenapa nggak segera nikah aja?" kata Shaka.

"Aku putus sama Irene." jawab David sedikit sedih.

Irene adalah pacar David di luar negeri. Dia juga orang Indonesia yang tinggal di luar negeri sama seperti David dan Shaka.

"Makanya kamu balik?" David menganggukan kepalanya.

Chika berbalik, ia menatap David yang nampak sedih. Mungkin teringat akan mantan pacarnya. "Om jangan sedih ya! Nanti aku ajak beli es krim." kata gadis kecil itu.

David tersenyum mendengarnya. Ia kemudian menatap Chika juga. "Emang es krim bisa buat obat sedih?" tanyanya.

"Em.." Chika menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Kalau aku nangis, mama selalu beliin aku es krim, terus aku jadi nggak nangis lagi." jawab Chika yang membuat semua orang tertawa kecil.

"Pinter banget sih kamu..." David mencubit pipi Chika dengan gemas.

"Chika sini, om-nya mau makan!" Lala meminta anaknya untuk tidak mengganggu David yang hendak makan.

"Nggak apa-apa kok." David menjawab, juga karena Chika menolak mendekat ke mamanya.

"Pak, ini nanti pak Shaka yang bayar kan? Itung-itung sebagai PJ." tanya Nayla.

"Apa tuh PJ?"

"Pajak Jadian."

"Oh, makan! Kalau kurang pesan lagi!" kata Shaka. Dia benar-benar senang karena ia dan Aiko bisa bersama. Jadi dia tidak masalah dengan uang.

"Nggak usah gitu, kita kan nggak?"

"Aiko... Kamu lupa ciuman kita kemarin di kantor?" ucap Shaka dengan suara cukup lantang dan membuat teman-temannya menoleh.

Sedangkan Aiko merasa sangat malu. Kejadian kemarin tidaklah seperti yang orang lain bayangkan. Dia tidak sengaja tersandung sampai menabrak Shaka dan tak sengaja bibirnya menempel di bibir Shaka. "Pak Shaka..." lirih Aiko dengan kesal.

"Wow.. Wow.. Wow.." seru Nayla dan Lala bersamaan.

"Heh itu nggak seperti yang kalian pikir ya!" Aiko ingin membela diri, namun Shaka terus memprovokasi teman-temannya.

"Kamu menikmati banget.." kata Shaka.

"Wow.. Wow.. Wow.." Nayla dan Lala semakin heboh.

"Udahlah jangan sok jual mahal, kamu juga suka kan sama pak Shaka?" seru Nayla.

"Nggak..."

"Oh nggak, ya udah pak, kalau gitu aku kenalin sama temen aku mau nggak? Namanya Mita." ucap Nayla yang membuat Aiko terbelalak.

Aiko tahu siapa itu Mita. Dia teman kuliah Nayla dulu. Orangnya cantik, pinter, tubuhnya ideal, juga jago menyanyi. Setiap lelaki yang kenal dia pasti suka karena dia nyenengin banget orangnya.

"Boleh lihat fotonya?" tanya Shaka. Dia tak bermaksud apapun. Ia hanya ingin menggoda Aiko saja.

Seketika Aiko terbelalak, ia menarik tangannya dari genggaman Shaka. Wajahnya mulai masam. Bahkan dia memunggungi Shaka membuat Shaka dan teman-temannya yang lain tersenyum.

"Nggak usah ngomong sama aku lagi!" ucap Aiko pelan.

Tentu saja Shaka terbahak mendengar perkataan Aiko. Ia tahu Aiko sedang cemburu sekarang. Shaka menyentuh lengan Aiko dengan lembut. Namun Aiko menghindar.

"Idih cemburu, katanya tadi nggak suka sama pak Shaka?" ucap Nayla yang senang melihat ekspresi Aiko saat ini.

"Heh, nggak. Aku cuma bercanda." ucap Shaka. Ia memeluk Aiko dari belakang. Namun Aiko yang marah terus meronta.

"Kalau aku bisa jatuh cinta sama orang lain, mana mungkin aku ada disini saat ini. Cintaku sudah habis buat kamu." kata Shaka pelan, ia berbisik di telinga Aiko.

Perilaku Aiko itu membuat teman-temannya tersenyum. Meskipun Aiko bilang tidak. Tapi semua orang juga bisa melihat jika sebenarnya Aiko suka sama Shaka.

.....

Selesai makan, mereka jalan-jalan di taman yang tak jauh dari restoran tempat mereka makan tadi. Nayla dan Fahri mojok di sebuah bangku di dekat pohon. Sementara Lala mengikuti anaknya yang sedang bermain dengan David. Lala terlihat senang melihat Chika bisa tertawa lepas saat bersama David. Bahkan bersama papanya, Chika tak pernah sebahagia itu. Bagaimana mau bahagia, papanya saja selalu pulang malam. Tak punya waktu untuk bermain dengannya.

Bertemu dengan Shaka dan David membuat Chika merasakan cinta dan kasih sayang seorang papa. Kasih sayang yang sudah lama tidak ia rasakan. Dan bahkan, Chika sama sekali tidak mencari papanya selama mereka tinggal bersama Aiko dan Nayla.

David berlari mendekati Lala yang duduk di bangku seorang diri. Lala kemudian membukakan botol air mineral untuk David. "Makasih ya?" ucap David sembari tersenyum.

"Makasih juga ya pak karena udah mau main sama anak aku. Oh ya kenalin, aku Lala, teman Aiko sama Nayla." mereka bahkan belum sempat kenalan.

"Aku David, teman Shaka."

David dan Lala kemudian duduk bersama sembari melihat Chika yang asyik lari-larian sendiri. Mereka bahkan hanya diam tanpa berkata apapun. Hanya sesekali tersenyum melihat tingkah Chika yang menggemaskan.

Di tempat lain.

Aiko dan Shaka berjalan-jalan mengelilingi taman. Namun, Aiko seperti tidak bahagia sama sekali. Wajahnya terus masam. Entah apa yang membuatnya kesal. "Kenapa cemberut terus?" tanya Shaka.

"Kita duduk situ!" Shaka mengajak Aiko untuk duduk.

Shaka menyentuh wajah Aiko dengan lembut. "Kenapa?" tanya Shaka lagi.

"Kamu beneran mau kenalan sama temannya Nayla?" Shaka tersenyum kecil mendengar pertanyaan Aiko. Ia kemudian menangkup wajah Aiko dengan kedua tangannya.

"Enggak. Aku udah cukup sama kamu." ia juga menempelkan dahinya ke dahi Aiko sehingga membuat hidung mereka bersentuhan.

"Kamu belum tahu gimana Mita, aku yakin kamu langsung suka sama dia kalau kamu ketemu dia."

"Tapi aku nggak peduli sama wanita lain. Aku cuma mau kamu." ucap Shaka pelan.

"Nanti kalau kamu lihat juga berubah pikiran." ucap Aiko dengan nada cemburu.

Tentu saja perkataan Aiko tersebut kembali membuat Shaka tersenyum. "Di luar negeri banyak wanita cantik dari berbagai negara, tapi aku sama sekali tidak tertarik. Kamu bisa tanya David! Karena dihatiku, cuma ada kamu." kata Shaka meyakinkan Aiko bahwa dia tidak pernah main-main dengan perasaannya.

Shaka meraih tangan Aiko, kemudian menciumnya. Shaka meletakan tangan Aiko ke dadanya. "Rasain dengan hati kamu, jantungku hanya berdetak untuk kamu." imbuh Shaka.

Aiko menatap Shaka dengan lekat. Hatinya berdebar tak karuan. Harus diakui, bahwa dia memang sedang jatuh cinta. Aiko tersenyum kecil kemudian memeluk Shaka. "Jangan pernah ragukan cintaku!" Aiko menganggukan kepalanya dalam dekapan Shaka.

Shaka dengan lembut mengecup kening Aiko membuat Aiko memejamkan matanya. Ia merasa sangat bahagia dengan perilaku Shaka.