Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kehilangan Tuannya.
Sesuai waktu yang telah mereka tentukan dalam surat yang di kirim oleh Raeba satu hari sebelumnya,kini Raeba sudah berada di markas Zagra Narous. Tidak hanya mereka berdua, yang berada di dalam ruangan tersebut,ada Rain, Leader, Zagra Narous,Siver,dan Raeba yang datang seorang diri tanpa di temani oleh,Aya.
Meskipun ia hanya datang seorang diri,bukan berarti gadis itu merasa was-was ataupun takut.
"Terima kasih atas bantuan Anda Nona Raeba. Mungkin kalau Anda tidak mengetahui tempat tinggal anak-anak itu lebih dulu, kami tidak akan semudah itu untuk menemukannya." Zagra Narous, membuka obrolan dengan kembali mengucapkan terima kasih kepada Raeba karena telah membantu mengamankan anak-anak yang tinggal di gang kumuh itu.
"Hem. Sudah tanggung jawab saya tuan muda." Jawabnya dengan mengangguk beberapa kali.
"Saya rasa dengan adanya anak-anak itu, kita bisa memancing kemarahan pemimpin yang menjadi pengendali dari usaha terlarang ini." Zagra Narous menatap secara bergantian kepada Raeba dan Rain yang kini diam dengan tenang.
Rain, mengangguk dengan ekspresi yang sulit di artikan. Pemuda tampan bertopeng itu belum sempat melihat keberadaan dan kondisi anak-anak yang di jadikan mangsa selama ini. Pemuda itu baru saja sampai di markas Zagra Narous bersama pengawal pribadinya, Leader.
"Kita lakukan pengintaian secara berkala di waktu yang berbeda. Aku rasa mereka pasti akan bersembunyi selama beberapa hari kedepan." Ujar Raeba mengeluarkan pendapatnya.
"Hem. Mereka sudah menjadikan anak-anak itu sebagai ladang uang dalam waktu yang cukup lama. Aku juga berpikir demikian, pemimpin dari pelakunya pasti akan meminta para bawahannya untuk segera berhenti melakukan aktivitas seperti biasa,bisa jadi dalam waktu beberapa bulanan." Rain, mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.
Karena tidak mungkin pemimpinnya akan keluar begitu saja, secara garis besar ada anak buahnya yang tertangkap saat melakukan aktivitas terakhirnya.
Raeba dan Zagra Narous mengguk setuju. Gadis itu berpikir ia akan melakukan pengintaian di suatu tempat yang mungkin saja itu adalah bangunan tempat sandera anak-anak yang berhasil mereka bawa.
•••
Rain,menyelinap masuk ke dalam kamar Raeba. Pemuda itu tersenyum tipis saat mendapati pemilik kamar itu tengah duduk di atas ranjang sambil memegang secawan air putih.
Raeba, yang lelah seharian melakukan perjalanan ia di minta oleh Zagra untuk menginap semalam ini. Agar gadis itu bisa istirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanannya ke Kota Yute. Tadi saat ia akan kembali ke kediaman tiba-tiba saja burung pengantar surat milik Ayahnya datang untuk mengantarkan surat itu. Jadi ia akan kembali ke kota Yute besok pagi sebelum matahari terbit.
"Pangeran?" panggil Raeba dengan suara datar. Wajahnya yang tenang seperti riak danau tidak menampilkan rasa keterkejutan sama sekali.
"Kau tau, aku?" Ucapnya dengan penuh keterkejutan.
"Tentu saja." jawabnya masih dengan suara datar. Gadis itu tidak mengalihkan pandangannya pada Rain,ia terus melanjutkan minumnya hingga air yang berada di dalam cawan itu habis.
"Kau akan kembali ke kediaman?" Tanya Rain duduk bersisian dengan Raeba.
Gadis dengan tanda lahir di pipinya itu, mengangguk dalam. "Tentu saja,dua hari lagi adalah acara peresmian pertunangan kakak Ruyika dan Putra Mahkota. Aku harus datang ke acara mereka." Jawabnya santai,kali ini ia menatap ke arah Rain yang membuka topengnya di hadapan,Raeba.
"Aku akan ikut bersamamu." Mutlak Rain dengan wajah datarnya.
Rain,adalah tunangan Raeba dari satu tahun yang lalu.
*Flash back*
Setelah pemuda yang di selamatkan oleh Raeba pada malam hujan deras di tengah hutan lebat yang dingin dan mencekam, terbangun dari pingsannya.Dia, mencari keberadaan Raeba yang sudah pergi sebelum pemuda itu benar-benar kehilangan kesadarannya.
Cukup lama berada di tempat tersebut Dia menemukan sebuah sapu tangan berwarna putih dengan gambar teratai putih di sapu tangan tersebut.
Rain, membawanya ke istana. Meminta bantuan kepada Raja Esterick untuk menemukan perempuan yang menggunakan sapu tangan tersebut melalui para prajurit bayangan.
Suatu waktu Raja Esterick berkunjung ke kediaman keluarga besar Riyu, sebagai teman yang baik dia mengunjungi tempat kediaman temannya. Dan di saat itulah mereka mengetahui siapa pemilik sapu tangan tersebut. Setelah Raja Esterick kembali ke istana dan menceritakan tentang siapa penolong Rain si pangeran kedua, Raja Esterick mengabulkan permintaan putranya untuk mengikat Raeba dalam sebuah ikatan yang kuat. Mereka bertunangan secara resmi,namun tidak ada yang mengetahui kecuali kedua belah pihak. Atas permintaan Raeba, yang di benarkan oleh Rain.
*Back*
Rain, mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Raeba yang kini menatapnya dengan tatapan datar penuh selidik.
"Untuk, apa?" Merasa tidak nyaman karena Rain akan menghambat langkahnya.
"Untuk memastikan bahwa calon istriku baik-baik saja." candanya dengan datar.
Kedua insan itu saling lempar tatapan datar. Namun matanya yang tenang seakan ada sedikit kelembutan di dalamnya.
Raeba, menghela napas berat. Ini, yang di takutkan sedari dulu, terlalu cepat memiliki pasangan, hanya akan membuat pergerakannya terhambat dan tidak bebas. untunglah ia menyelamatkan seorang pangeran yang bertugas di luar istana ,jika saat itu ia menyelamatkan seorang putra mahkota,mungkin jauh lebih rumit dari pada saat ini.
"Hem. Kau boleh ikut,"jedanya. "Asal jangan menghambat pergerakanku nantinya!" Sambungnya dengan datar.
Rain, tersenyum culas,"Baiklah." sangat sulit mendekatkan diri pada seorang gadis anti peraturan seperti Raeba.
"Janji?" Tiba-tiba saja Raeba mengulurkan jari kelingkingnya di depan dada,Rain.
"Hem." Angguk Rain. Menautkan jari kelingkingnya dengan Raeba.
Setelah itu, Raeba mengambil posisi tidur,ia, merasa lelah dan butuh istirahat sejenak. Malam ini ia akan keluar dan mengunjungi suatu tempat.
Rain, hanya membiarkan saja apa yang di lakukan oleh Raeba. Pemuda tampan itu lebih memilih duduk di sofa sambil menyesap sisa dari teh yang di siapkan untuk,Raeba.
"Aku butuh, standar." lirih Rain pelan dan menjangkau bantal yang berada di bawah kaki Raeba.
Raeba, yang memang sangat kelelahan langsung tertidur pulas, terdengar suara halus yang teratur dari mulutnya, menandakan bahwa gadis tompel kita sudah berada di alam bawah sadar.
Sambil menikmati setengah cawan teh sisa dari tunangannya,Rain,mengambil sebuah buku bergenre romansa. Buku khusus untuk para tamu yang menginap di markas Zagra Narous.
Menghabiskan sisa siang dengan posisi duduk sambil bersandar pada sandaran sofa. Sesekali matanya menoleh ke arah belakang di mana Raeba yang tertidur dengan tenang. Seakan tidak takut akan ada gangguan apapun dalam tidurnya, karena ada yang menjaga.
Sedangkan di luar ruangan kamar,Raeba. Leader, kebingungan mencari keberadaan tuannya. Dia sudah berkeliling di dalam ruangan bawah tanah,dan kembali ke atas di kediaman Zagra Narous.
Siver,berjalan mendekati, Leader, yang berdiri sambil celingukan. "Ehem." Dehemnya untuk mengalihkan atensi Leader.
"Ah,apa kau melihat Tuan Rain?" Ucapnya bertanya kepada Siver yang datang dari ruangan bawah tanah.
"Tidak. Bukankah tuan Rain sudah pergi ke kamarnya. Aku rasa tuan Rain sedang tertidur sekarang." Balasnya santai, karena kebetulan Siver melihat Rain berjalan menuju kamarnya, disaat Leader mengurus beberapa pekerjaan yang harus segera di kirimkan ke tuannya.