"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Salah Target
"Sayang." Gilang segera menggendong Devina yang saat ini sedang tidak sadarkan diri.
Setelah hampir tiga puluh menit, teknisi baru bisa mengeluarkan Devina dari dalam lift. Saat ditemukan gadis itu masih terlihat membuka mata sebelum akhirnya jatuh tidak sadarkan diri. Membuat Gilang langsung memanggil Devina dengan panggilan sayang.
"Bawa ke klinik perusahaan saja dulu, biar segera mendapatkan pertolongan," ucap tuan Aksa.
Gilang segera membawa Devina menuruni tangga darurat menuju klinik perusahaan yang berada di lantai satu. Di saat yang bersamaan, ayah Dewa tiba di Cakrawala Company. Dia ditahan oleh pihak keamanan, karena tidak mengenakan kartu pengenal karyawan. Untung saja ada Salma yang melihatnya dan memberi tahu pihak keamanan, jika ayah Dewa adalah orang tua Devina.
"Siapa yang memberitahu Ayah?" tanya Salma.
"Tuan Aksa," jawab ayah Dewa. Awalnya ayah Dewa mengira tuan Aksa menghubunginya untuk membicarakan pertemuan malam ini. Tapi dia dibuat terkejut saat tuan Aksa mengatakan Devina saat ini terjebak di lift seorang diri.
"Tuan Aksa?" beo Salma tidak percaya.
Wajar jika dia tidak percaya. Tidak semua orang bisa memiliki kontak tuan Aksa. Dan tidak semua kontak orang juga berada di ponsel mahal milik pendiri Cakrawala Company tersebut.
"Ayah hebat, bisa dihubungi langsung oleh tuan Aksa," ujar Salma.
Ayah Dewa hanya tersenyum menanggapi pujian dari Salma. Pria paruh baya itu pun bertanya, "Dimana Devina sekarang? Apa masih terjebak dalam lift?" tanyanya.
"Salma belum tahu, Salma ... itu Devina digendong pak Gilang," ucap Salma begitu melihat Gilang keluar dari pintu tangga darurat.
Segera saja ayah Dewa mengikuti Gilang yang melangkah dengan cepat menuju klinik perusahaan. Sedikit kesusahan, karena banyak karyawan yang berkumpul. Hingga ayah Dewa mendengar ucapan yang menyakiti hatinya sebagai seorang ayah, karena putrinya difitnah.
"Cari perhatian tuh, pura-pura pingsan biar digendong sama bos."
"Jangan-jangan benar dia itu pelakor."
"Sepertinya pelukan Elang kurang hangat, makanya cari kehangatan dari pak Gilang," timpal seorang karyawan yang lain, dan disambut gelak tawa.
"Tidak usah didengarkan Yah. Mulut mereka tidak pernah sekolah. Isinya sampah semua," ucap Salma yang ikut kesal mendengar sahabatnya difitnah seperti itu.
Gelak tawa karyawan yang membicarakan Devina seketika hening saat tuan Aksa menyapa ayah Dewa. "Pak Dewa, maaf hal ini harus terjadi pada Devina," ucapnya.
"Jangan meminta maaf seperti itu tuan Aksa, yang terjadi pada putri Saya adalah musibah. Semua sudah ketetapan Yang Maha Kuasa, Devina harus mengalami hal seperti ini," balas ayah Dewa.
"Pak Dewa benar, kita harus percaya ini adalah takdir. Tapi Saya tetap akan menyelidiki masalah ini. Saya yakin ada yang berusaha mencelakai calon menantu saya."
Ayah Dewa tidak membalas. Dia juga tidak melarang tuan Aksa melakukan penyelidikan. Dia punya hak dan wewenang. Lebih baik dia segera melihat kondisi Devina. Masih tidak sadarkan diri atau sudah siuman.
"Salma!" Salma menoleh.
"Bisa kamu jelaskan apa yang tuan Aksa maksudkan?" Salah satu karyawan yang tadi ikut membicarakan Devina, bertanya.
"Seperti yang kalian dengar," jawab Salma. Lalu dia segera menyusul ayah Dewa yang sudah berjalan menuju klinik.
"Bu Devina tidak apa-apa. Hanya kekurangan oksigen selama di dalam sana," ucap dokter klinik yang menangani Devina.
"Anda yakin Dok?" Dokter wanita itu mengangguk.
"Tapi mengapa dia belum juga siuman?"
"Kita tunggu sebentar lagi ya Pak. Ini sedang Saya usahakan agar Bu Devina segera sadar," jawab dokter.
"Kamu diam dan tenang Gilang. Biarkan dokter menangani Devina." Tuan Aksa yang baru masuk ke dalam klinik menimpali.
"Devina memang seperti ini setiap kali dia tidak sadarkan diri. Tidak bisa segera siuman. Apa lagi jika sedang banyak mendapatkan tekanan," ucap ayah Dewa.
"Maafkan Saya, Yah," ucap Gilang. Devina akhir-akhir ini tertekan karena dirinya.
"Gilang, segera perintahkan Eki untuk menurunkan orang-orang kita. Selidiki segera, pasti ada yang menyabotase," ucap tuan Aksa.
"Eki sudah menemukannya," jawab Gilang.
"Siapa dalangnya?" tanya tuan Aksa.
"Sedang diselidiki," jawab Gilang sambil memperhatikan ayah Dewa yang sedang berusaha membuat Devina siuman.
Sementara itu, di gedung yang berada di seberang Cakrawala Company, seorang pria sedang berjalan mondar mandir tidak jelas. "Mengapa kalian bisa salah target?" Tanyanya kesal.
"Maaf Bos, kami kira nona Devina sudah masuk ke dalam lift bersama pimpinan Cakrawala Company. Dan lift yang selanjutnya akan diisi oleh karyawan,"
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada nona Devina, siap-siap kalian menerima hukuman dari tuan B."
"Kami siap bertanggung jawab," ucap dua pria yang diminta membuat keributan di Cakrawala Company.
"Cepat cari informasi, bagaimana kabar nona Devina," ucap pria itu lagi.
***
Rencana pertemuan makan malam antara tuan Aksa dan ayah Dewa terpaksa dipindahkan ke lain hari, akibat peristiwa yang menimpa Devina sore ini. Suasana kantor sudah kembali kondusif. Mereka kembali ke ruang mereka masing-masing. Lift juga sudah bisa berfungsi dengan baik.
"Maafkan Devi, Yah. Karena Devi, masalah Langit dan Bumi jadi tertunda," ucap Devina.
Devina sudah berada dirumah. Ayah Dewa meminta izin membawa putrinya untuk pulang. Mereka berdua diantar pak Bambang. Gilang tidak bisa ikut, karena ada rapat yang harus dihadirinya bersama Eki.
"Kenapa harus minta maaf? Pasti ada rencana yang lebih baik yang disiapkan untuk kita, dari rencana yang sudah kita siapkan," balas ayah Dewa.
Sebenarnya ayah Dewa masih sedih mendengar hujatan yang diberikan pada putrinya. Tapi ayah Dewa berusaha menyembunyikan kesedihannya itu. Sebagai ayah dia belum bisa membahagiakan Devina. Putrinya harus mencari uang sendiri untuk kuliah. Bahkan masih harus membantunya hingga saat ini, untuk membiayai sekolah Elang dan Bumi.
Apa daya, pemasukan dari hasil jualan di pasar hanya cukup untuk biaya makan mereka sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Seperti listrik dan biaya lainnya. Banyak tawaran pembiayaan untuk tokonya agar lebih lengkap isinya. Tapi ayah Dewa tidak tergiur dengan praktek riba tersebut. Lebih baik dia memutar isi tokonya dengan modal yang sudah ada saja.
"Semoga saja," balas Devina.
"Sekarang kamu istirahat saja," ucap bunda Helen. Devina mengangguk.
Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Devina untuk tidur kembali. Karena pengaruh obat yang diberikan dokter, Devina sudah terbang ke alam mimpi.
***
Hari ini Sandra pulang ke kediaman dia dan Gilang. Namun dia tidak menemukan keberadaan pria yang berstatus suaminya itu. Kepulangan Sandra ke rumah itu, karena dia mendengar kabar Gilang yang akan menikah dengan Devina.
"Mau apa?" tanya Gilang begitu melihat keberadaan Sandra di kamarnya.
Sandra yang terkejut mendengar suara Gilang, segera berbalik. "Akun ingin memperbaiki hubungan kita? " jawabnya.
Kening Gilang berkerut mendengar jawaban Sandra. "Apa yang harus diperbaiki?" tanya Gilang.
"Pernikahan kita," jawab Sandra.
"Pernikahan yang mana? Pernikahan karena kamu menjebak Saya? Itu tidak Sah. Wali yang kamu gunakan memang ayah kandung kamu. Tapi dia tidak bisa menjadi wali nikah, karena kamu terlahir diluar pernikahan. Saya juga tidak pernah mendaftarkan pernikahan itu di KUA maupun catatan sipil."
Sandra terdiam. Dia kira Gilang tidak tahu apa-apa tentang ayahnya. Ternyata Gilang menyelidiki semuanya. Sandra sedikit gemetar karena gugup. Dia takut Gilang juga tahu alasan dia menjebak pria itu agar menjadi suami pura-pura nya.
Sandra tahu, Gilang pasti tidak akan menyentuh nya, karena sebelumnya dia mengira Gilang sama sepertinya. Kebetulan sekali ibunya mengenal tante Meri, dan pernah mendengar ingin mencarikan jodoh untuk anak sambungnya itu. Sehingga mereka akhirnya bekerjasama menjebak Gilang hari itu.
"Kenapa kamu diam saja selama ini?" tanya Sandra menyelidik.
"Karena belum menemukan seseorang yang bisa aku nikahi."
"Jadi kamu benar akan menikah dengan Devina?"
Gilang tidak menjawab. Bukan dia ragu bisa menikah dengan Devina. Gilang tidak ingin Sandra melakukan sesuatu yang bisa mencelakai Devina. Untungnya kejadian yang menimpa Devina sore tadi, Sandra tidak terlibat. Ada pihak lain lagi yang ingin menganggu Cakrawala Company. Gilang dan Eki sedang menyelidikinya. Karena itu malam ini Gilang bekerja sampai larut. Dia dan Eki sedang mempersiapkan pertahanan.