Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Resign
Emilia keluar dari ruangan Adam dengan perasaan marah. Ternyata kekhawatiran nya terjadi. Adam berbuat semena-mena terhadapnya.
Saat akan menaiki lift ia berpapasan dengan Ian yang baru saja keluar dari lift. Ian agak terkejut dengan keadaan Emilia saat itu. Rambutnya agak berantakan dan bibirnya terluka. Apa yang telah terjadi padanya.
“Nona Emilia, ada apa dengan anda?” tanya Ian.
“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Jawab Emilia ketus.
“Apa Nona baru dari ruangan bos?” tanya Ian lagi.
“Bos? Sekarang aku tidak punya bos lagi. Dia hanya bos mu saja sekarang. Karena mulai saat ini aku sudah resign. Permisi.” Jawab Emilia.
Ia pun segera masuk ke dalam lift dan meninggalkan Ian yang penuh kebingungan. Melihat ada yang tidak beres, Ian segera masuk ke ruang kerja Adam.
“Tuan.” Panggil Ian yang masuk dengan tergesa-gesa tanpa mengetuk pintu.
Dilihatnya Adam sedang duduk di kursi nya sambil mengusap bibirnya. Ada yang aneh juga pada Adam. Rambutnya terlihat berantakan habis dijambak dan bibir nya memerah.
Banyak pertanyaan muncul di kepala Ian. Tadi Emilia rambutnya berantakan dan bibirnya berdarah, sekarang Tuan Adam rambutnya juga berantakan dan bibirnya....oh tidak! Apa yang sudah mereka lakukan? Apa mereka habis bertengkar? Atau mereka baru saja...hmmm...tapi masa iya habis berciuman sampai segitunya. Huft entahlah, jomblo seperti ku mana bisa tau.
“Mau sampai kapan kau berdiri disitu?” tanya Adam yang membuat Ian kembali tersadar.
“Oh, hmmm...itu Tuan. Tadi saya bertemu Nona Emilia dan katanya dia mau resign, Tuan. Apa...apa sudah terjadi sesuatu Tuan?” tanya Ian penasaran.
“Aku mau lihat sehebat apa dia mencari pekerjaan di luar setelah resign dari sini. Dan tugasmu memastikan kalau dia tidak akan diterima di perusahaan manapun.” Titah Adam.
“Baik, Tuan. Tapi...apa sudah terjadi sesuatu antara Tuan dan Nona Emilia tadi? Soalnya saya lihat Nona Emilia terlihat sangat kesal Tuan.” Tanya Ian lagi, jiwa nya yang kepo masih meronta untuk menggali banyak informasi.
Adam menghela nafas dengan kasar. Sudah lah kesal sama Emilia, tambah lagi harus menjelaskan kepada asisten nya ini.
“Kau tidak perlu tau apa yang terjadi. Yang jelas pastikan dia tidak boleh diterima bekerja di perusahaan manapun.”
“Baik, Tuan.”
“Kalau perlu kau suruh orang untuk mengikutinya. Laporkan padaku setiap gerak-geriknya.”
Eh, memata-matainya maksud Tuan? Dulu dengan Emelda saja perasaan tidak begini amat.
“Baik Tuan. Saya permisi.”
Adam tidak menjawab. Dia hanya mengangguk sekilas. Kepalanya masih pusing memikirkan kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia bertindak gegabah seperti tadi.
Sementara Emilia sendiri segera mengemas barang-barang nya. Sepertinya dia tidak main-main dengan keputusan nya.
“Kau mau kemana? Bukannya ini belum jam makan siang? Ini bahkan masih pagi.” Tegur Dina yang melihat Emilia berkemas.
“Aku mau pulang. Aku resign hari ini juga.” Kata Emilia
“Apa? Kau yang benar saja. Kau pikir gampang diterima bekerja disini? Kau tidak tau kalau kau bermasalah dan keluar dari sini, kau akan susah diterima bekerja dimanapun.” Dina yang sudah 2 tahun bekerja disana tau benar tentang perusahaan itu.
“Ya, aku baru tau dari Tuan Adam. Dia bahkan menyarankan ku untuk menjadi pengemis saja kalau aku tidak diterima bekerja dimanapun.” Balas Emilia cuek.
“Dan kau tetap akan pergi?” tanya Dina lagi yang sudah melihat Emilia berdiri menyandang tas nya.
“Ku rasa begitu.” Jawab Emilia lalu melangkah keluar dari ruangan itu.
Saat ini Emilia sudah berada tepat di luar gerbang gedung perusahaan Adam. Ia berhenti sejenak lalu menoleh lagi ke gedung yang tinggi menjulang itu.
“Aku harus pergi dari sini.” Ucap Emilia setelah menghela nafas dengan berat.
Ia pun berbalik dan meninggalkan perusahaan yang baru saja menerimanya bekerja kemarin.
Di sisi lain Adam yang berada di ruangan kerjanya terlihat mengepalkan tangan. Rupanya ia memantau Emilia dari CCTV yang terekam di laptopnya. Ia tak menyangka Emilia akan senekat itu pergi dari perusahaannya.
“Dia benar-benar pergi dari sini.” Ucap Adam.
***
Akankah mereka bertemu kembali?
Terus ikuti kisah mereka ya 🤗
Jangan lupa like, vote dan jadikan favorit.
Thank you 😊
nana naannananaa