Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua Nyata
Setibanya di rumah flow tertegun saat membuka pintu kamarnya, karena belanjaan yang ia beli saat di dalam dunia cermin tiba-tiba saja sudah ada di dalam kamar nya.
'Bagaimana mungkin? semuanya nyata?'
Masih dengan keterkejutannya flow pun melangkah masuk ke kamar, ia pun melihat satu persatu, semuanya masih segar dan fresh serta tak kurang satu apapun.
"Ini,,, ini,,, auuuuu," karena takut ini semua mimpi, flow pun mencubit tangannya.
"Aku tidak bermimpi, ini nyata, ini nyata," teriak flow kesenangan.
"Hai bocah nakal, suaramu itu sampai ke rumah tetangga di seberang sana, kenapa kau begitu berisik sekali? bisa-bisa ayam tetangga mati mendengar suara mu itu," cerca Nilam.
"Ha?" flow ternganga mendengarkan perkataan sang guru.
"Guru, kau di sini? kapan kau datang?"
"Kalau aku tidak ke sini, bagaimana mungkin semua belanjaan mu akan datang dengan sendiri nya. Huh, kau telah menambah pekerjaanku saja. Kenapa kau meninggalkan semua barang-barang mu itu? hanya memenuhi istana ku saja."
"Tidak guru, aku tak meninggalkan nya begitu saja, saat aku sampai di 'IS-TA-NA' mu, kau tidak ada di manapun, aku mencari-cari mu sana sini tapi tak kunjung nampak batang hidungnya, karena lelah akhirnya aku memutuskan untuk menunggumu di 'IS-TA-NA' indah itu, sampai-sampai aku ketiduran karena menunggu kedatangan mu, tapi guru tak kunjung datang," jawab flow, sengaja dengan menekankan kata istana untuk menyindir gurunya.
"Eits, tunggu dulu guru, aku tahu kau akan mencari alasan, supaya di sini, aku lah yang salah, lihatlah itu, bibirmu saja berkedut-kedut hendak berbicara, aku sangat tahu itu! kenapa kau tahan guru? hahaha," flow tertawa sangat lantangnya, ia sangat puas melihat sang guru tak bisa membalas perkataannya.
"Sudah lah guru, lebih baik sekarang kita makan yuk! udah laper ini. Cacing-cacing di perutku sudah bersorak-sorai minta di isi.. hahaha."
"Dasar murid durjana, sudahlah aku tak akan memberi tahu kan, bagaimana caranya kau bisa membawa barang dari dunia cermin ke sini dan begitu pun untuk sebaliknya. Aku tak mau makan, yang ada nanti akun keracunan memakan masakan mu, sudah lah, lebih baik aku kembali saja, percuma juga disini tidak ada yang mengharapkan ku," drama Nilam, ya, Nilam telah belajar dengan cepat caranya membalas omongan flow, 'emang enak ngerjain aku, huh! ya sudah rasain itu,' batin Nilam.
Nilam langsung menghilang dari pandangan flow, hingga flow yang tertegun karena mendengar perkataan Nilam barusan, ia akhirnya tersadar.
Hah
"Sudahlah, nanti saja menyusul guru, lebih baik aku membereskan ini semua, tapi apa muat ya ruang penyimpanan nya, coba dulu, nanti aku akan membujuk guru untuk membantu ku."
" Ah, guru nggak asik, masak iya bercandaan malah di masukin ke hati, kan nggak seru jadinya," gerutu Flow yang mengingat kejadian tadi.
Padahal sang guru pun juga lagi drama itu, membalas flow dengan bercandaan yang membuat jantung flow berdendang.
Sementara itu di tempat yang sangat gelap dan lembab, terlihat seseorang yang tengah di siksa dengan sadisnya, Bima yang merupakan tangan kanan Rangga sedang meng interogasi penyusup yang di lumpuh kan flow, penyusup yang ternyata merupakan asisten manager di pabrik tidak mau membuka mulut akan siapa yang dalang dari perbuatannya. Ia sangat setia pada pimpinan nya walau saat ini nyawanya telah di ujung tanduk.
"haha, sampai mati pun aku takkan pernah memberikan informasi tentang dia," jawab Norman.
"Kau tahu, saat ini anak beserta istri mu sedang pergi bersama anak buah ku," yang membuat jantung Norman seakan berhenti.
Deg
"Apa kau yakin ingin mempertaruhkan nyawa mereka juga, hanya demi bos mu yang tidak menolong mu, saat kau seperti ini?"
"Sungguh malang anak dan istrimu, mereka yang tidak tahu apa-apa harus meregang nyawa demi seseorang yang tidak pernah menganggap kau bawahannya, kau hanya alat bagi nya."
"Bima, sudah bunuh mereka semua, jangan berbelit-belit lagi!" perintah Rangga dengan aura yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Baik bos."
"Tunggu tunggu, baiklah baiklah, akan aku katakan. Tapi tolong jangan sakiti anak dan istri ku. Tolong lepaskan mereka, mereka tidak tahu apa-apa, aku mohon," ucap Norman memohon karena panik akan keselamatan orang tercinta nya.
"Aku melakukan semua ini juga terpaksa karena di ancam sama Pak Antonio, ia yang menyuruhku mengambil barang bukti kejahatannya yang tersimpan di sana, beserta dokumen penting untuk memfitnah Pak Rangga dan mengambil alih pabrik."
Brakkk
"Cih, Antonio brengsek."
"Bima, urus dia aku akan membuat perhitungan dengan bajingan itu," saat ini ia sangat emosi dengan bajingan itu. "Jika bukan karena permintaan Kakek, dari dulu sudah ku buat perhitungan sama si brengsek itu, sepertinya aku terlalu lunak padamu Paman, lihat dan tunggu lah pembalasan ku, kau juga yang telah membunuh Ayahku, bahkan Kakek yang membela mu juga kau bunuh, dasar tidak tahu diri. Kalau bukan karena Kakek, kau pasti sudah mati saat itu di tanganku," Rangga begitu marah mendengar semua itu, selama ini dia diam bukan berarti dia lemah. Seperti nya sudah saatnya ia memberi perhitungan pada Paman Angkat nya itu.
Ya, Antonio hanya anak angkat dalam keluarga Darwanto, ia dulu di temukan terlunta-lunta di jalanan, jika bukan karena ia menolong Kakek Aji Darwanto, tak mungkin ia bisa masuk dalam keluarga Darwanto, semula semua keluarga menentang keinginannya, namun setelah ia memberi tahu kalau Antonio yang telah menyelamatkan nya saat pingsan waktu itu, akhirnya semua hanya menurut saja. Walau sang istri enggan dengan hal tersebut tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.
Flow yang saat ini sedang makan karena kelaparan setelah selesai membereskan kekacauan di kamarnya, ia buru-buru menghabiskan makanannya karena ia hendak menyusul sang guru.
Flow telah berada di dunia cermin, ia hendak menyusul gurunya, tapi sesampainya disana sang guru tidak ada di gubuk kecil itu.
Flow tidak ambil pusing ia ingin melihat dan menemukan peluang untuknya mengumpulkan pundi-pundi emas, ia berharap emas itu bisa ia jual di bumi, hingga di sana ia tak akan kesusahan lagi.
"Aku telah melihat desa itu kemarin, sepertinya aku harus pergi ke ibu kota untuk melihat situasinya," flow bergegas pergi ia ke desa kemarin untuk bertanya arah, setelah itu ia langsung pergi ke tempat tujuannya, yang mana harus menempuh perjalanan selama satu hari satu malam, itu pun jika pergi dengan berjalan kaki, tapi karena flow sudah lelah karena selalu berjalan ia kali ini menyewa gerobak biar cepat sampai di kota.
Namun di tengah perjalanan,
Bersambung,
Besok lagi ya guys, seperti biasa jangan lupa ikutin terus kisahnya flow ya!
Dengan masukin ke favorit, lalu Like dan komentar sebanyak-banyaknya..
Happy Reading sayang sayangnya aku😘😘
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya