FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Teman Baru
°°°
Rara sekuat tenaga menahan air matanya yang sudah hampir terjatuh. Lalu menatap wajah suaminya dengan nyalang.
"Apa aku harus mengatakan jika aku adalah istrimu, Kak?" Rara balik bertanya.
Bukannya Revan sendiri yang menginginkan jika hubungan mereka disembunyikan dulu, sebenarnya apa mau laki-laki itu.
"Jika aku tidak menjawab seperti itu, apa yang kau Kakak katakan pada mereka." Tatapan mata Rara tidak kalah tajam.
"Tapi bukan berarti kau bisa menggoda mereka."
"Apa maksudmu Kak, memang apa yang aku lakukan tadi. Bahkan aku sama sekali tidak membalas uluran tangan mereka, aku tau batasanku sebagai seorang wanita yang sudah bersuami. Haram bagiku bersentuhan dengan laki-laki lain."
Perkataan Rara membuat suaminya tidak bisa menjawab.
Revan mengacak rambutnya sendiri dengan kasar. Tidak tau kenapa amarahnya meluap-luap saat melihat istrinya di goda oleh pria lain. Padahal ia juga melihat sendiri tadi jika istrinya sama sekali tidak berbuat apa-apa. Kini sepertinya Revan menyesali perkataannya sendiri yang ingin menutupi hubungan mereka.
"Maaf."
Hanya kata itu yang Revan ucapkan setelah membentak istrinya sendiri. Dia tidak bisa menjelaskan jika hatinya terbakar cemburu.
"Aku tidak tau kenapa Kakak marah, tapi bisakah jangan kembentakku seperti tadi. Jika memang aku berbuat salah, Kak Revan bisa menegurku dengan cara yang baik tanpa berbuat kasar seperti tadi."
Rara pergi setelah mengatakan itu, ia amat kecewa dengan perlakuan suaminya. Tangisnya sudah tidak bisa ia bendung lagi setelah menjauh dan tidak terlihat oleh Revan.
Bugg
Revan memukul tembok di depannya, tindakkannya tadi sungguh sangat gegabah. Bukan salah Rara bila banyak pria yang ingin berkenalan dengannya, istrinya memang cantik dan menarik.
Revan segera mengejar istrinya yang sudah hilang dari pandangannya, ia sampai lupa jika harus mengantarkannya ke ruangan dosen untuk melapor.
Sementara itu, Rara sedang bingung ia harus ke arah yang mana untuk menuju ruangan dosen. Kampus yang begitu besar membuatnya tersesat. Untunglah saat sedang kebingungan, tak sengaja ia menabrak seorang mahasiswi yang sedang membawa setumpuk buku.
"Maafkan saya, saya sungguh tidak sengaja." Rara membungkukkan tubuhnya.
"Tidak apa-apa," ujar gadis itu yang ternyata adalah Lia yang sedang membawa buku untuk di bawa ke ruangan dosen.
"Biar aku bantu." Rara turut mengambili buku-buku yang berserakan di lantai.
Mereka memunguti buku itu satu per satu, hingga kembali tertata seperti tadi.
"Terimakasih sudah membantuku," ujar Lia.
"Seharusnya aku yang minta maaf karena telah membuat buku-buku ini terjatuh," jawab Rara yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa, tadi aku juga kurang hati-hati. Oh iya sepertinya kamu seperti sedang kebingungan, apa kamu mahasiswi baru disini."
"Aa... iya, aku baru saja mulai masuk kuliah hari ini. Aku sedang mencari ruang dosen, tapi sepertinya aku tersesat," jelas Rara.
"Kebetulan sekali, aku juga mau keruangan dosen mengantarkan buku-buku ini. Ayo sekalian aku antar."
"Benarkah." Rara bisa bernafas lega juga akhirnya.
"Iya, ayo." Lia mengangkat buku-buku yang tadi masih tergeletak di lantai.
"Biar aku bantu." Rara membawa sebagian buku yang Lia bawa.
"Oh iya kita belum berkenalan," ujar Lia. Mereka saat ini sedang berjalan menuju ruangan dosen.
"Namaku Lia, aku juga baru beberapa hari disini." Lia mengulurkan tangannya.
"Namaku Mahira, kau bisa memanggilku Rara." Rara tersenyum dan berjabat tangan dengan Lia.
Mereka berkenalan dengan cara yang tidak disangka-sangka, sepanjang perjalanan mereka juga bercerita dan Lia juga menunjukkan nama-nama ruangan yang mereka lewati.
Rara mendengarkan setiap kata yang Lia ucapkan, gadis itu cukup cerewet tapi menyenangkan.
"Ini dia ruangannya, ayo masuk."
Mereka masuk kedalam, Rara melapor pada dosen sedangkan Lia menyerahkan buku yang ia bawa pada dosen yang lain.
Beberapa saat kemudian, keduanya kini sudah keluar dan selesai dengan urusan masing-masing. Tawa renyah kedua gadis itu pecah begitu jauh dari ruangan dosen, karena ternyata mereka satu jurusan.
"Ternyata kita satu jurusan."
Lia masih tidak menyangka gadis cantik yang baru saja berkenalan dengannya tadi, kini satu kelas juga.
"Iya, aku juga tidak menyangka. Oh iya terimakasih karena kau sudah mau membantuku tadi. Kalau tidak, aku tidak tau akan tersesat sampai kemana di kampus yang sebesar ini."
Dalam hitungan menit Rara dan Lia sudah terlihat akrab.
,,,
Disisi lain, Revan dari tadi cemas karena tidak kunjung menemukan istrinya. Mau menelpon pun tidak bisa karena ia baru sadar, jika selama ini mereka tidak pernah bertukar no telepon.
Revan sangat khawatir istrinya akan di goda pria-pria kampus itu lagi, ia sudah berusaha mencari di seluruh sudut kampus tapi tidak juga menemukan keberadaan Rara.
"Bagaimana ini, dimana dia sebenarnya. Apa dia tersesat." Revan sibuk bermonolog sendiri.
Ternyata tadi saat Revan pergi ke lantai dua, Rara turun ke lantai satu lewat jalan yang lain sehingga mereka tidak bertemu sejak tadi. Ia merutuki kebodohannya karena tidak meminta no telepon istrinya dari awal, saat genting seperti ini jadi tidak bisa menghubunginya. Mau bertanya pada kakek tapi ia malu, kakek pasti memaki-maki nya karena tidak becus menjaga Rara.
"Sayang kau kemana saja."
Dari tadi ternyata ada wanita yang sedang mencarinya.
"Aku tadi mencari mu kemana-mana tapi tidak menemukanmu," ujar Febby yang masih tidak dihiraukan oleh Revan.
"Sayang... Yang!!" Febby menggoyangkan tubuh Revan agar menjawab perkataanya.
"Hah, kenapa?" tanya Revan.
"Ihhh, kau tidak mendengarkan ku dari tadi," kesal Febby.
"Maaf, aku sedang banyak pikiran. Kau bilang apa tadi."
"Kau kenapa sebenarnya, apa kau memikirkan wanita yang tadi bersama mu. Kata anak-anak kau berangkat bersama gadis cantik pagi ini." Febby mulai berkata seolah dirinya sedang sedih.
"Kau sudah mendengarnya, dia..."
belum bercerita jika dia juga kuliah disini."
Febby meremas tangannya dengan geram, mendengar wanita itu ada di kampus yang sama dengan mereka, membuatnya ingin segera menyingkirkan
"Tidak apa-apa, aku mengerti pasti kakek yang menyuruhmu."
Dia harus menahan amarahnya untuk menarik simpati Revan.
"Terimakasih, kau gadis yang baik dan pengertian Feb."
Feb?? Kemana panggilan sayang yang dulu Revan sematkan. Gadis siaalaan itu sudah merubah segalanya.
Umpat Febby dalam hatinya.
Sementara mata Revan tidak sengaja menangkap pemandangan dua gadis yang sedang berjalan lantai bawah, dia melihat istrinya sedang bercengkrama dan sesekali tertawa dengan seorang gadis. Syukurlah akhirnya dia bisa tenang juga sekarang, sepertinya Rara sudah bisa berbaur dengan temannya.
"Apa yang kamu lihat sayang?"
Febby mengikuti arah pandang Revan tapi tidak melihat apapun, hanya para mahasiswa yang berlalu-lalang.
"Tidak ada, aku mau ke kelas dulu. Apa kamu tidak ada kelas?"
"Tidak, aku akan ikut ke kelasmu saja."
Sudah melingkarkan tangannya pada lengan Revan.
"Kau sudah berapa kali kena teguran karena mengikuti ku, sebaiknya kau ke perpus atau kantin saja."
Revan seperti sedang takut jika istrinya melihat Febby bersikap seperti itu, padahal dari awal sudah bilang jika dia masih mempunyai kekasih.
"Aku tidak masalah, selama itu bersamamu."
Aku tidak akan membuang kesempatan untuk selalu bersama mu, sayang. Tidak akan aku biarkan para gadis-gadis mendekatimu termasuk gadis yang berstatus istrimu itu.
Tersenyum licik dengan mengangkat salah satu sudut bibirnya.
to be continue...
°°°
Gak mau pulang, jempolnya digoyang. wkwkwk
Salam goyang jempol guys.
Like, komen, dan bintangnya jangan lupa di pencetin yaa. Mau Vote boleh banget dong.
Kalian itu penyemangat author, jadi jangan lupa tinggalkan jejaknya.
Sehat selalu pembacaku tersayang.