Celia Carlisha Rory, seorang model sukses yang lelah dengan gemerlap dunia mode, memutuskan untuk mencari ketenangan di Bali. Di sana, ia bertemu dengan Adhitama Elvan Syahreza, seorang DJ dengan sikap dingin dan misterius yang baru saja pindah ke Bali. Pertemuan mereka di bandara menjadi awal dari serangkaian kebetulan yang terus mempertemukan mereka.
Celia yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berusaha mendekati Elvan yang cenderung pendiam dan tertutup. Di sisi lain, Elvan, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pesona Celia, justru merasa tertarik pada kesederhanaan dan kehangatan gadis itu.
Dengan latar keindahan alam Bali, cerita ini menggambarkan perjalanan dua hati yang berbeda menemukan titik temu di tengah ketenangan pulau dewata. Di balik perbedaan mereka, tumbuh benih-benih perasaan yang perlahan mengubah hidup keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan yang Tak Terduga
Hari ini, udara pagi di Bali terasa segar, dengan angin yang bertiup lembut membawa aroma laut yang khas. Langit biru cerah dan matahari yang baru saja terbit menggantung rendah di ufuk timur, menciptakan cahaya keemasan di atas permukaan laut. Celia berjalan menyusuri pasir pantai, merasakan butiran pasir yang halus di bawah kaki telanjangnya. Suara deburan ombak yang menghantam pantai membuat hatinya tenang, seolah dunia ini hanya miliknya.
Elvan, yang tadi sempat berbicara dengan Lily sebelum meninggalkan vila, berjalan menghampiri Celia. Ia memeluk Celia dari belakang, dengan kedua tangannya melingkar lembut di pinggangnya. "Selamat pagi, sayang," bisiknya, dengan suara dalam yang mengalun lembut di telinga Celia.
Celia tersenyum, merasakan ketenangan yang sulit didapatkan selama beberapa waktu ini. "Selamat pagi," jawabnya sambil membalikkan badan dan mendongak, menatap wajah Elvan dengan penuh rasa sayang. Mereka berdua berdiri dalam keheningan, menyaksikan matahari terbit bersama-sama. Sebuah kebebasan yang begitu langka dirasakan oleh Celia setelah segala drama yang datang dari keluarganya.
Tak lama kemudian, Lily tiba dengan secangkir kopi di tangan dan sebuah koran di sisi lainnya. "Celia, kamu harus lihat ini," ucap Lily sambil menyerahkan koran yang ada di tangannya.
Celia menatap surat kabar yang diberikan Lily, dan di halaman utama terdapat judul yang begitu mengejutkan: "Pewaris Keluarga Mo, Celia Mo Tinggalkan Keluarga Demi Seorang Pria."
Celia merasakan jantungnya berdegup kencang. Perasaan cemas langsung menyelimuti tubuhnya. "Ini pasti ulah Daddy," gumamnya pelan.
Lily mengangguk dan menatapnya khawatir. "Keluargamu pasti tidak akan diam begitu saja."
Elvan langsung menarik Celia ke dalam pelukannya. "Kita akan menghadapi ini bersama. Jangan khawatir, aku ada di sini."
Celia mengangguk, merasakan sedikit ketenangan dari kata-kata Elvan. Meskipun ia tahu ini tidak akan mudah.
Elvan melepaskan pelukannya dan mengulurkan secangkir kopi yang ada di tangan Lily, berusaha mengalihkan pikiran Celia. Tiba-tiba sebuah kecelakaan kecil terjadi. Seorang pria tampak terburu-buru berjalan mendekat dan tak sengaja menabrak tubuh Celia. Secangkir kopi yang ada di tangan Elvan tumpah, menyiram gaun Celia yang berwarna putih cerah.
"Aduh, maafkan saya!" seru pria itu dengan cemas, seketika ia mengambil tisu dari tasnya dan berusaha membersihkan gaun Celia yang terciprat kopi.
Celia terkejut dan menatap pria tersebut. "Tidak apa-apa," jawabnya, meskipun sedikit terganggu. Namun, pria itu tetap menyeka gaun Celia.
Pria itu, dengan wajah yang tampak sangat malu, berkata, "Saya benar-benar tidak sengaja. Sekali lagi saya minta maaf."
Celia mencoba tersenyum, meski ia sedikit tidak nyaman. "Iya, tidak apa-apa, nanti bisa dicuci," jawabnya. Celia berusaha mengingat dimana ia pernah bertemu pria tersebut.
Pria itu berhenti sebentar, menatap Celia dengan penuh perhatian, seolah ia sedang berusaha mengenalinya lebih dalam. "Kamu... Celia? Mo Yuhua, kan?" ucapnya pelan, seolah ragu.
Celia terkejut mendengar nama Tionghoa-nya dipanggil begitu saja. Ia mengernyitkan dahi, mencoba mengingat di mana ia pernah melihat pria ini. Seiring pria itu tersenyum, wajahnya mulai terlihat familiar. "Tan Jiansheng? Lucas?" tanya Celia, akhirnya ingat.
Pria itu tersenyum lebar. "Ya, Lucas Tan. Kamu masih mengingatku?"
Celia tertawa kecil. "Tentu aku masih ingat. Bukankah kamu dan Caleb adalah bodyguard setia?"
"Aku pikir semua orang pasti akan lupa tentang saya," jawab Lucas dengan canda. "Tapi tampaknya kamu tidak melupakanku, kamu tidak banyak berubah, masih cantik seperti dulu."
Celia terkekeh pelan. "Dan kamu... masih sama, tapi sekarang terlihat lebih tampan."
Lucas tertawa, "Benarkah?" tanyanya sambil terus menatap lekat wajah Celia. Wajah yang selama ini sangat ia rindukan.
Celia mengangguk, dan tersenyum, "Bagaimana kabarmu? Dan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Celia. Celia tampak antusias, hingga dia melupakan Elvan dan Lily yang ada di sampingnya.
"Ya seperti ini, kamu lihat sendiri kan? Aku ada urusan bisnis di sini, kakek memintaku untuk mengelola properti yang ada di sini. Oh iya, aku dengar kamu kabur dari rumah? Benarkah? Jika benar, keluargamu pasti sangat kesal, kan?"
Celia merasa sebuah ketegangan muncul di tenggorokannya. "Ya... mereka tidak terlalu senang dengan keputusanku," jawabnya dengan suara rendah. Ia berusaha menyembunyikan rasa cemasnya.
Lucas mengangguk. "Aku mengerti. Dulu, kamu selalu punya mimpi besar. Aku selalu kagum padamu karena itu."
Celia terdiam sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Aku tahu, kamu selalu mengagumiku," ucap Celia dengan nada bercanda, berusaha menyembunyikan perasaan yang mulai menghantuinya.
Celia memandang Lucas, tercengang. "Lucas Tan, tentu saja. Aku hampir lupa tentang kamu."
Elvan, yang sejak tadi berdiri di samping mereka, mulai merasa tidak nyaman. Ia melirik ke arah Celia dan Lucas, merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Apakah kalian saling mengenal?" tanya Elvan dengan nada hati-hati.
Celia menoleh dan mengangguk. "Ya, kami teman lama dari SMA. Kita dulu sekelas saat di Shanghai. Setelah lulus, dia melanjutkan studi di Kanada, sedangkan aku melanjutkan di Harvard."
Elvan mengangguk, mendengar jawaban Celia. Elvan merasa kecil. Bagaimana tidak? Celia adalah lulusan Harvard, sedangkan dia hanya lulusan STSI Denpasar.
Sementara itu, Lucas menatap Elvan dengan senyum tipis. "Oh, jadi ini pacarmu, ya?" tanya Lucas sambil menoleh ke arah Celia.
"Ya," jawab Celia singkat. "Elvan, ini Lucas."
"Senang bertemu denganmu," ucap Lucas, memberikan jabat tangan kepada Elvan. Namun, ada sesuatu dalam tatapan mereka yang terasa sedikit tegang.
Elvan mengangguk dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Sejenak, suasana menjadi canggung. Lucas tampaknya mencoba menebak-nebak suasana hati Celia, sementara Elvan merasakan sesuatu yang mengganjal.
Tiba-tiba, Lily yang sejak tadi diam, datang dan menyela. "Celia, kita harus segera kembali. Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan."