Astrid Githa Ardana Siswa kelas 3 SMA terpaksa harus menikah muda dengan cucu dari sahabat kakeknya. Sebelumnya, Astrid memang tak mengetahui bahwa ia akan di jodohkan dengan cucu dari sahabat kakeknya itu.
Perjanjian yang telah lama di rencanakan harus segera di percepat, ketika sahabat kakeknya di agnosa memiliki penyakit parah dan umurnya kemungkinan tidak akan lama lagi.
Astrid pun terpaksa harus menerima perjodohan tersebut. Astrid memang sempat menolak, karena pria yang akan menikah dengannya ialah guru baru di sekolahnya yang bernama Janus Geo sayuda.
Janus merupakan guru yang tegas dan galak, oleh sebab itu Astrid sangat tidak menyukainya. Walaupun Janus galak, akan tetapi banyak murid perempuan yang tergila-gila padanya, karena rupanya yang tampan. Janus juga di kenal sangat pintar karena di usianya yang ke 20 tahun ia sudah lulus sarjana pendidikan matematika. Setelah kelulusnya ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru di SMA.
IG~~ @hesti_novia10
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Noviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Shooting Star
Setibanya di tempat parkir, Astrid terburu-buru turun dari motor.
"Maaf aku ga bisa bayar kamu sekarang, kamu bisa beritahu kelas dan nama kamu. Nanti pada saat jam istirahat aku akan datang ke kelasmu," ucap Astrid
"Namaku Bintang dari kelas 12 IPA 3," ucap si pengendara motor sembari membuka helm yang di kenakannya.
Deg!!!
Astrid tampak terkejut setelah melihat jelas, wajah dari si pendara motor tersebut. Hingga membuatnya terus menatap pria yang di depannya tanpa berkedip. Dengan refleks Astrid pun menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Bintang melambaikan tangannya ke arah wajah Astrid. "Hello, apa kamu baik-baik saja."
"Oh, i...ya aku baik-baik saja," ucap Astrid merasa gugup.
"Ok deh, kalau gitu kita masuk ke sekolah sekarang yu," ucap Bintang tersenyum, lalu melangkahkan kakinya ke arah gerbang sekolah.
Namun, ketika ia akan memasuki gerbang. Gerbang sekolah sudah di tutup rapat oleh satpam. Itu artinya Bintang dan Astrid sudah telat untuk masuk ke sekolah.
"Yah telat, terpaksa deh hari ini harus bolos," ucap Bintang membuang nafasnya.
"Hari ini kita ga bakal bolos. Karena aku tau caranya supaya kita bisa masuk sekolah tanpa di ketahui oleh satpam maupun pengawas," ucap Astrid menarik lengan Bintang ke tempat dimana ia memanjat tembok sewaktu ia telat sekolah dulu.
Astrid membawa Bintang ke belakang sekolah dan menunjukan tembok yang akan di panjatnya.
"Kita panjat tembok ini. Setelah berhasil masuk, kita bisa mengendap-ngendap memasuki kelas," ucap Astrid.
"Kamu memang cerdas," ucap Bintang mengacak-ngacak rambut Astrid.
Kedua pipi Astrid memerah setelah rambutnya di acak-acak oleh pria yang selama ini ia kagumi itu. Tak hanya pipinya saja yang memerah. Namun, jantungnya pun juga berguncang hebat.
"Aku naik duluan atau kamu yang naik duluan," ucap Bintang.
"Hm, kamu saja yang duluan naik," ucap Astrid yang tengah gugup oleh pria di sampingnya tersebut.
"Mending kamu saja deh yang duluan naik. Kamu kan perempuan," ucap Bintang tersenyum.
"Oh, kalau gitu aku naik sekarang ya," ucap Astrid yang langsung saja memanjat tembok di depannya, dan kemudian di lanjutkan oleh Bintang.
Setelah Astrid dan Bintang berhasil memanjat tembok. Mereka mulai berjalan secara mengendap-ngendap menuju kelas. Namun, di tengah perjalanan mereka akan memasuki kelas. Dari kejauhan tampak seorang guru pengawas yang sedang berjalan mengarah ke arah mereka berjalan. Seketika Bintang pun menarik tubuh Astrid, lalu bersembunyi di balik pohon yang berada di dekatnya. Pohon tersebut tak terlalu besar dan hanya bisa menyembuyikan satu orang saja. Dengan terpaksa Bintang pun memeluk Astrid agar tubuh keduanya bisa muat di balik pohon tersebut.
"Maaf ya, jangan salah paham. Aku terpaksa meluk kamu biar ga ketahuan," bisik Bintang.
Astrid menganggukan kepalanya. Jantung Astrid semakin berguncang hebat saja, tubuhnya mulai di banjiri keringat. Entah apa yang di rasanya, apa ia senang atau pun merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini. Hanya saja ini seperti mimpi bisa di peluk oleh pria yang menjadi pujaan hatinya.
"Nah dia sudah pergi, ayo kita pergi sekarang," ucap Bintang melangkahkan kakinya sembari memegang lengan Astrid.
"Dia bahkan memegang lenganku," gumam Astrid di batinnya dengan kedua pipi yang memerah.
Saat berada di koridor, Bintang melepaskan genggamanya. "Sekarang kita berpisah disini," ucapnya melangkahkan kaki menuju kelasnya.
Astrid memegang dada sebelah kirinya yang sedang berdegup kencang. Dengan mata yang terpaku menatap punggung Bintang, yang pergi menjauh dari hadapannya. Tanpa sadar, tiba-tiba saja Janus datang menghampiri sembari menepuk pundaknya. "Ehem, sudah saatnya masuk kelas."
Setelah sadar oleh tepukan Janus. Raut wajah yang tampak berseri-seri itu, tiba-tiba berubah jadi masam. Astrid celingak-celinguk memastikan situasi di sekitarnya.
"Nyari apa sih? cepat masuk kelas!" ucap Janus.
Setelah situasi memungkinkan, Astrid langsung saja menendang kaki Janus dengan sekuat tenaga.
"Arrggghhh, gila ya," teriak Janus kesakitan.
"Rasain tuh!! ini pelajaran buat kamu yang sudah bikin aku kesusahan hari ini," ucap Astrid tersenyum menyeringai.
"Dasar istri durhaka," gerutu Janus mengelus-ngelus kakinya.
Astrid kemudian memasuki kelasnya, sembari berteriak kegirangan. "Woy... mau tau ga hari ini aku bahagia banget."
"Idih ga nanya dan ga mau tau," ucap salah satu teman di kelasnya.
Astrid langsung menghampiri Hilda dan merangkul pundaknya. "Barusan aku habis sama Bintang," ucap Astrid berbisik di telinga Hilda.
"Wah habis ngapain sama Bintang," ucap Hilda yang juga berbisik.
"Hm habis..." ucap Astrid yang seketika terpotong karena kedatangan Janus di kelasnya. "Ayo semuanya duduk di tempat masing-masing."
Janus datang ke kelas sembari berjalan terpincang-pincang. Karena tulang kering yang kesakitan sehabis di tendang oleh Astrid.
"Trid semalem kalian di ranjang terlalu heboh ya, sampai kaki pak Janus pincang gitu," bisik Alula sembari menertawakan.
"Stttt!! gila ya dasar mesum. Aku sama dia ga mungkin tidur satu ranjang. Bahkan saat malam pertama pun, aku batasi ranjang pake bantal," bisik Astrid ke telinga Alula.
"Wah dasar ga ada romantis-romantisnya," bisik kembali Alula.
Seketika Janus menghampiri Astrid dan Alula yang tengah mengobrol sembari berbisik tersebut.
"Tolong hapus tulisan di papan tulis," ucap Janus menyodorkan penghapus kepada Astrid.
"Pak saya baru dateng, saya cape, masa udah di suruh ngapusin papan tulis sih," ucap Astrid kesal.
"Di suruh sama guru masa ngeyel sih. Ga sopan banget," ucap Janus.
Astrid berdiri dari tempat duduknya, lalu mengambil penghapus yang di sodorkan oleh Janus.
"Dasar suami ga pengertian," gerutu Astrid di batinnya.
***
Setelah beberapa jam belajar, suara lonceng pertanda istirahat berbunyi.
"Tring...tring...
Alula dan Hilda tampak kegirangan menghampiri Astrid. Keduanya tak sabar ingin mendengar cerita pernikahan Astrid.
"Trid gimana, ceritain dong," ucap Hilda.
"Oh, tadi aku ke sekolah bareng sama Bintang," ucap Astrid sembari memasukan alat tulisnya ke dalam tas.
"Ih bukan itu, ceritain pernikahan kamu sama pak Janus," ucap Hilda mengecilkan suaranya.
"Idih, pernikahan ku sama dia itu momen tergila. Kita ga berhenti bertengkar, pokonya dia nyebelin banget," ucap Astrid.
Kemudian Astrid mulai bercerita mengenai pernikahannya dengan Janus. Dimulai dari hari pertama pernikahan, hingga surat perjanjian selama menikah.
"Jadi pernikahanmu hanya akan bertahan dua tahun. kamu sama pak Janus cuma pura-pura nikah dong," ucap Hilda yang merasa terkejut setelah mendengar cerita dari sahabatnya itu.
"Ya intinya gitu sih," ucap Astrid.
Sementara Alula hanya menggelengkan kepala setelah mendengar cerita sahabatnya tersebut. "Nikah sama cowok seganteng pak Janus, itu mimpi semua wanita loh. Dan kamu bukannya berusaha bikin pak Janus jatuh cinta, malah sia-sian kesempatan."
"Idih ganteng tapi nyebelin, amit-amit deh. Ah sudahlah mending kita ke kantin yu," ucap Astrid lalu menarik lengan kedua sahabatnya.
dari karya dan novel kita bisa lihat munafik dan tidak bermoral nya wanita, (authornya dan reader nya wanita) mereka membenarkan perselingkuhan mereka tapi suami salah sikit dia sudah merasa paling tersakiti