Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah ku duga
Earnest hanya bisa nyengir saja, melihat tingkah putri kesayangannya itu. Cukup merasa tidak enak pada Dietrich karena tingkah Veroya bisa dianggap tidak sopan. Tapi jika benar ucapan Veroya tentang kepribadian dari pangeran Delmian, mana sebagai daddy Veroya, Earnest patut untuk kembali pikirkan tentang tawaran pernikahan dari Kerajaan Belgia ini.
Kesibukan di kantor dan sebagai kepala keluarga Vogt, membuat Earnest jarang sekali mengikuti perkembangan gosip-gosip diluar sana. Jadi ketika putri nya berucap seperti itu, patut untuk Earnest selidiki. Jangan sampai dirinya salah memulihkan jodoh untuk putri kesayangannya dan berakibat masa depan putrinya menjadi hancur.
" Tuan Dietrich, saya mohon maaf atas nama putri saya. " Earnest tersenyum canggung.
" Tidak menjadi soal, tuan Vogt. Mungkin karena minimnya interaksi antara yang mulia pangeran dengan nona Vogt, hingga akhirnya timbul kesalahpahaman seperti ini. " Dietrich tersenyum kecut.
" Begini saja, bagaimana jika antara keluarga Vogt dan juga yang mulia pangeran Delmian bertemu dan melakukan makan malam bersama. Mungkin dengan begitu, nona Vogt dan yang mulia pangeran bisa saling bertemu dan berbincang-bincang. Siapa tahu saja nona Vogt bisa merubah stigma yang terlanjur dia tanamkan di kepala mengenai pribadi yang mulia. " Dietrich mencoba memberi penawaran. Pulang dengan tangan kosong juga bukan pilihan yang baik untuknya.
" Kalau memang harus seperti itu, anda atur saja kapan bisa direalisasikan maksud anda tersebut. Tapi disini perlu saya tekankan, jika semua keputusan berada di tangan putri saya. Apapun keputusan putri saya nanti, saya harap pihak anda bisa menerimanya dengan lapang dada. " Tutur Earnest yang secara tidak tersirat tidak begitu setuju dengan penawaran dari pihak keluarga kerajaan Belgia ini.
" Tentu saja, tuan Vogt.. Anda tidak perlu khawatir. "
Earnest dan Hanabi mengantarkan tamu mereka hingga pintu utama mansion, sebagai bentuk kesopanan. Bagaimana pun juga, tamu mereka ini adalah perwakilan dari keluarga kerajaan. Sebisa mungkin Earnest ingin nama baik keluarga mereka terjaga.
" Pokonya daddy tidak boleh memaksakan masalah ini pada Ve.. Apapun keputusan putri kita, harus daddy dukung. " Hanabi sudah langsung mengultimatum sang suami.
" Iya, mom.. daddy juga tidak ingin putri kesayangan daddy hidup menderita. " Earnest memahami maksud dari sang istri.
" Fu.. Coba kau selidiki tentang pangeran Delmian itu. " pinta Earnest pada sang putra.
" Kenapa? Daddy tidak percaya ucapan Ve? " tanya Furuya.
" Bukan tidak percaya. Daddy hanya ingin berjaga-jaga andai kata pihak mereka memaksakan kehendak pada Ve. Daddy harus memiliki senjata untuk melawan mereka, bukan. " Furuya mengangguk paham.
*
*
*
Semua kegiatan Veroya sebagai seorang aktivis telah usai setelah jam makan malam. Memang melelahkan, tapi Veroya senang melakoni perannya ini. Baginya, bisa melihat anak-anak dan perempuan bisa memperoleh hak mereka, merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa untuk seorang Veroya.
Karena moodnya masih belum kunjung membaik pasca datangnya tawaran pernikahan dari kerajaan Belgia tadi, Veroya memilih membelokkan mobilnya menuju ke sebuah club malam yang paling bergengsi di Berlin. Veroya butuh hiburan untuk mengembalikan moodnya. Satu-satunya cara yang paling ampuh untuk mengembalikan moodnya adalah menikmati dunia malam.
Suara bising di club malam dan juga sebotol champagne, adalah perpaduan yang sempurna sebagai mood boosterVeroya agar kembali membaik. Butuh mood yang sempurna untuk menyelesaikan pekerjaannya karena Veroya cukup kurang pandai menutupi isi hatinya. Hari ini saja sudah beberapa kali terlihat dirinya menampilkan wajah kesal dan cemberut. Untung masih bisa diantisipasi oleh Adea, selaku managernya.
" Berikan pada ku champagne yang kadar alkoholnya rendah, ya. " pinta Veroya pada seorang bartender yang sudah cukup dia kenal saking seringnya dirinya berada di club ini.
" Sedang badmood, ya? " bartender bernama Nick itu meletakan sebotol champagne pesanan Veroya dan juga gelas kecil tepat di depan pelanggan VVIP nya itu.
" Begitulah.. " Veroya langsung menuang Champagne ke dalam gelasnya dan meminum langsung dalam sekali teguk.
" Aaahhhh... Rasanya nikmat sekali. "
" Kau hanya akan kemari jika sedang badmood saja. " ucap Nick sembari terkekeh kecil melihat Veroya.
" Hm.. " Veroya hanya berdehem menanggapi obrolan dari Nick.
" Baiklah.. Selamat menikmati. Aku masih harus melayani yang lain. " Veroya mengangguk.
Niatnya memang tidak ingin mabuk, karena itu dia memesan champagne dengan kadar alkohol yang rendah. Veroya hanya ingin mengembalikan moodnya saja. Sebotol champagne dan hingar bingar suara musik di club ini, membuat dirinya lupa sejenak akan apa yang membuat moodnya berantakan seharian ini.
Settt..
" Hei.. Apa yang kau laku....? " protes yang hendak Veroya lancarkan, langsung terhenti begitu matanya melihat sosok yang telah merampas gelas minumnya.
" Kau sudah mabuk, jadi hentikan. " Veroya memutar bola matanya malas.
" Aku masih sangat sadar ya. Baru juga setengah botol yang aku habiskan." protesnya.
" Kenapa malam-malam begini kau masih berkeliaran disini? "
" Dih, bahasanya.. Berkeliaran.. Memangnya aku kucing liar. "
" Lalu? Apa namanya jika bukan berkeliaran? Sudah hampir tengah malam, kau yang seorang perempuan malah menyambangi club malam seperti ini."
Bibir Veroya komat kamit menirukan ucapan dari sosok yang telah mengganggu dirinya itu. Sosok yang sangat menyebalkan, sekaligus sosok yang selama belasan tahun ini menjadi pemilik hatinya. Sayang seribu sayang, perasaannya untuk sosok ini tidak pernah berbalas.
" Ck.. Jangan mengganggu ku, King. Pergilah sana, selesaikan urusan mu. Aku sedang dalam mood yang buruk saat ini. " Veroya terlihat kesal. Hal yang sangat jarang terjadi pada saat dirinya bertemu dengan King.
Alis Griffin terangkat sebelah, menurutnya Veroya saat ini terlihat lain dari biasanya, " Apa yang membuat mood mu jelek? " tanya Griffin penasaran.
" Pagi ini aku mendapatkan lamaran dari seorang pangeran dari kerajaan Belgia. " Veroya mulai bercerita.
" Lalu? Bukankah bagus. Mimpi mu untuk menjadi seorang princess akan segera terwujud kan. " Veroya menggeleng tak setuju.
" Aku tidak ingin menjadi seorang princess, King. Aku ingin menjadi mermaid. " ralat Veroya.
" Yang kemudian menjadi buih demi berkorban untuk pangeran yang tidak mengingatnya? Kau bodoh ya. " ejek Griffin kesal sendiri.
Veroye memberengut, selalu dan selalu dirinya dikatakan bodoh oleh pria satu ini. Padahal berulang kali Veroya mengatakan bahwa dirinya itu sebenarnya pintar, hanya saja memang berpikirnya yang lama karena kecepatan otaknya dalam mengolah informasi tak lebih cepat dari cara jalannya siput.
" Jika kau hanya ingin mengatai ku dan mengejek ku, lebih baik pergi saja sana. Aku malas meladeni mu. "
Tumben...
Begitulah kiranya yang terlintas dalam benak Griffin. Sepertinya permasalahan yang dihadapi Veroya saat ini tidak sesederhana kelihatannya.
" Jika kau tidak mau kan bisa ditolak saja. Apa susahnya coba? " Veroya melirik malas. Hendak kembali menenggak Champagne miliknya, tapi sudah keburu diminum Griffin bahkan langsung dari botolnya.
" Hei.. Kau itu... " Veroya kehabisan kata-kata.
" Tidak semudah yang kau pikir. Mereka keluarga kerajaan. Andai saja aku menolak, aku harus memiliki alasan yang kuat dimana mereka bisa menerima alasan ku tanpa mendebat. " Benar juga. Tidak Griffin sangka jika Veroya cukup pintar membaca situasi.
" Katakan saja kau sudah punya calon sendiri. " Celetuk Griffin.
" Tapi aku tidak punya, King.. Bagaimana kalau mereka menanyakan siapa calon ku? "
" Eh.. Tunggu dulu.. "
" Apa? " Perasaan Griffin tidak enak saat ini. Haruskah dirinya kabur saja, meninggalkan Veroya. Kenapa juga dia tadi menghampiri wanita aneh teman baik saudari kembarnya ini.
" Hehe.. " Dari gelagatnya, bisa dibaca jika saat ini Veroya nampak merencanakan sesuatu yang buruk untuk Griffin.
" Apa? Jangan aneh-aneh, Ve. " Griffin memperingatkan.
" Tidak aneh-aneh kok.. Hanya... Ehmmm, bagaimana jika aku mengatakan kau adalah calon ku. Dengan begitu, pangeran penuh skandal itu akan mundur teratur.. Bagaimana? " Veroya menaik turunkan alisnya.
' Sudah kuduga.. ' batin Griffin.