Ketulusan Cinta Nabila

Nabila yang mendapatkan tatapan mata tak biasa dari pria di sampingnya buru-buru menundukkan kepalanya, "Anda berlebihan Tuan, yang saya lakukan hanyalah hal kecil yang bisa dilakukan oleh semua wanita," kilah Nabila, "mungkin karena naluri yang dimiliki wanita yaitu naluri sebagai seorang ibu," lanjutnya menjelaskan.

"Mungkin Anda benar Nona, tapi yang saat ini berhasil membuat nyaman Kevin adalah Anda, sekali lagi saya ucapkan terimakasih," ucap Rehan sambil tersenyum kearah Nabila.

Nabila hanya mengangguk dan tidak berniat untuk membahas masalah itu lebih lanjut.

"Oh ya Nona, boleh saya minta satu hal?" tanya Rehan menoleh kearah Nabila.

Nabila mengernyitkan dahinya, "permintaan apa Tuan?" jawabnya penuh tanya.

"Tolong jangan panggil saya Tuan," pinta Rehan sungguh-sungguh, "panggil nama saya saja," ucapnya lebih lanjut.

"Aduh gimana ya,,, rasanya gak enak aja kalau cuma panggil nama," ucapnya ragu, "terus panggil gimana,,, apa panggil Pak Rehan?" tanya Nabila bimbang.

"Jangan dong... kalau panggil abang aja gimana?" usul Rehan, "toh usia kita kayaknya gak beda jauh ya?" lanjut Rehan menerka, "aku belum genap 30 tahun loh,,, belum tua-tua banget kan?" kelakar Rehan mencoba mencairkan suasana.

"Emmm,,, boleh deh, kalau gitu abang jangan panggil Nona juga ya? Nabila berasa kayak di novel novel online dengernya..." timpal Nabila ikutan berkelakar.

"Oke, kalau gitu saya panggil Billa aja ya?" ucap Rehan minta persetujuan.

Dan suasana pun berubah lebih cair dari sebelumnya, sekali terdengar obrolan ringan diantara mereka berdua diselingi canda tawa.

Tak terasa tiga puluh menit telah berlalu, Rehan mengarahkan laju mobilnya ke jalan yang menuju arah apartemennya yang letaknya tak jauh dari pusat perbelanjaan tadi.

"Loh inikan jalan kearah pusat perbelanjaan tadi bang?" tanya Nabila keheranan.

"Benar, kami tinggal di daerah dekat pusat perbelanjaan yang tadi... Kevin sering minta sama bibik untuk bermain di arena bermain anak-anak di tempat itu," jawab Rehan sedikit menjelaskan.

Tak berselang lama terlihat Rehan mengarahkan mobilnya menuju ke sebuah apartemen mewah, dia langsung memarkir mobilnya ditempat khusus di basement.

Rehan membuka pintu mobilnya, diikuti oleh Nabila yang juga langsung ikut turun. Rehan membuka pintu belakang dan terlihat Nabila mendekat dan berbicara kepadanya, "biar Billa aja yang menggendongnya bang, tadi kan Kevin maunya seperti itu," ucap Nabila teringat akan permintaan anak kecil menggemaskan itu.

"Tapi dia berat loh Bill,,, biar saya aja gak apa-apa, yang penting nanti kamu menemaninya di kamar," tolak Rehan dengan halus.

"Tak mengapa abang, sesekali mumpung lagi bareng," ucap Nabila kekeuh pengin gendong Kevin.

"Ya terserah kamu sajalah, tapi nanti kalau tidak kuat bilang ya... jangan dipaksakan," titah Rehan.

"Siap bos,,," kelakar Nabila sambil berpose hormat dan siap siaga.

Rehan hanya menggeleng dan tersenyum senang melihat sikap Nabila yang sudah mulai terbiasa dengannya, "Alhamdulillah, moga Engkau selalu memudahkan jalan bagi hamba," gumamnya dalam hati sambil tersenyum penuh arti.

Nabila segera mengangkat tubuh mungil Kevin dan mendekap nya di dada, Rehan segera menutup pintu mobil, menguncinya dan melangkah mensejajarkan diri dengan langkah pelan Nabila.

Setibanya di depan unit miliknya, tampak pintu sudah terbuka dan terlihat bik Ani berada di sana untuk menyambut tuan dan tamunya, Rehan pun mempersilahkan Nabila yang masih mendekap tubuh Kevin untuk masuk.

Bik Ani yang memang sudah di beritahu oleh Rehan bahwa mereka akan segera tiba di unit apartemen majikannya itu sudah mempersiapkan semuanya termasuk kamar Kevin, diapun segera menuntun Nabila untuk mengikutinya menuju kamar bocah kecil itu di lantai atas.

Nabila segera meletakkan tubuh kecil Kevin ditempat tidur, menyelimuti separuh badannya dan kemudian mengecup kening bocah itu.

Bik Ani yang melihat sikap lembut Nabila kepada momongan nya dibuat trenyuh, dan dalam hati dia memohon kiranya Tuhan menjadikan Nabila sebagai pengganti ibu yang telah tiada untuk Kevin.

"Non mau istirahat di kamar den Kevin atau di kamar tamu, atau barangkali Non mau minum dulu, biar bibik buatin minuman?" tanya bik Ani kepada Nabila.

"Saya menemani Kevin disini aja bik, nanti kalau saya pengin minum, saya akan turun," jawab Nabila smbil tersenyum.

"Baiklah Non, kalau begitu bibik permisi," pamit bik Ani sambil berlalu meninggalkan kamar momongan nya dan menutup kembali pintu kamar itu pelan-pelan.

Sepeninggal bik Ani, Nabila merebahkan diri di samping bocah kecil itu. Suasana sangat hening, hanya terdengar dengkuran halus Kevin yang tengah terlelap.

Nabila membuka tas kecil yang dibawanya, mengambil ponselnya dan membuka layar ponsel itu untuk melihat barangkali ada pesan atau panggilan masuk.

"Huh,,," terdengar Nabila membuang kasar nafasnya, "bahkan sampai detik inipun kamu sama sekali tidak membalas pesanku apalagi menghubungiku, aku butuh penjelasan darimu mas... tidakkah kau mengerti kegelisahan hatiku?" lirih Nabila sambil terisak.

Tok,,, tok,,, tok,,,

Terdengar suara pintu kamar diketuk dengan lembut, Nabila bergegas bangkit dan berjalan kearah pintu untuk membukanya.

"Ada apa bang?" tanya Nabila sesaat setelah membuka pintu dan melihat Rehan sudah berada di depan sana.

"Sudah masuk waktu dhuhur, silahkan kalau mau sholat bisa dikamar depan," titah rehan mengingatkan Nabila sambil menunjuk ke sebuah kamar yang pintunya tengah terbuka tepat di depan kamar Kevin. "Mukenanya juga sudah ada di dalam sana," jelasnya lagi.

"Baik bang, saya sholat dulu sebelum Kevin terbangun," jawab Nabila tersenyum dan bergegas menutup kembali pintu kamar Kevin dengan perlahan.

Nabila masuk kedalam kamar yang tadi telah ditunjukkan oleh Rehan, dia mencari cari letak kamar mandi dan setelah menemukannya segera masuk kedalamnya untuk bersuci.

Keluar dari sana Nabila dibuat terkejut oleh kehadiran Rehan yang sudah berada di dalam kamar dan hanya ada mereka berdua, "bang Rehan, kenapa disini!?" tanya Nabila penuh selidik.