"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jahil kena batunya
"Jisya, kamu sudah datang? Kenapa berdiri di luar saja?" Tanya Oma pada wanita itu yang masih setia berdiri di luar.
Jisya tersenyum menanggapi ucapan Oma. "Iya Nyonya." Jawab wanita itu terlihat canggung karena merasa jika Nyonya Pramusita sangat baik padanya sehingga membuat dia menjadi merasa tidak enak diperlakukan sebegitu baiknya.
Wanita itu tak tahu jika sebenarnya kebaikan dari wanita Oma karena dia itu adalah cucu menantu. Tapi memang karakter Nyonya Pramusita itu dikenal dengan sikap rendah hati dan berwibawa.
Berbeda dengan cucunya yang terkenal akan kekejamannya, dan hanya ada segelintir saja orang-orang yang pernah melihat wajah di balik maskernya.
"Lalu? Apa yang kau lakukan di luar sini? Ayo masuk ke dalam." Ajak Nyonya Pramusita kepada Jisya.
Dasar cucu menyebalkan! Bisa-bisanya dia membiarkan istrinya di luar dan dia sudah masuk ke dalam. Batin Oma.
Jisya tampak sedikit khawatir Karena sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dia sangat khawatir jika sampai suaminya akan mencari keberadaannya.
Ya benar-benar tak tahu jika sebenarnya saat ini dia sedang bersama dengan pria itu, dan berada di kediaman suaminya.
Nyonya Pramusita mempersilahkan cucu menantunya untuk duduk di atas sofa.
"Maaf, kalau bisa tahu. Anda ingin memberikan saya pekerjaan seperti apa?" Wanita itu bertanya dengan sangat sopan.
Rega ini benar-benar otaknya nggak jelas, masa istri cantik, solehah, sopan santun, dan lembut seperti ini dibilang mata duitan. Ada-ada saja itu anak. Batin Nyonya Pramusita.
"Saya hanya sedang membutuhkan seorang Asisten untuk menemani saya kemanapun Saya ingin pergi, cucu ku itu sering kali telat pulang dari kantor. Di rumah sebesar ini juga tidak ada yang menemani saya, jadi saya berinisiatif untuk mencari seorang Asisten yang mau menemani saya kemana pun, dan kapan pun saya butuhkan," jawab Pramusita tersenyum kepada Jisya.
"Kalau harga gaji. Saya akan memberikan kamu gaji bulanan sebesar 20 juta," jawab Nyonya Pramusita terdengar tidak masuk akal di telinga Jisya.
Yang benar saja 20 juta, memang jadi asisten Nyonya Pramusita, mau bekerja seperti apa? Aduh terdengar tidak masuk akal. Pikir Jisya.
"Sepertinya 20 juta itu, terlalu banyak Nyonya, bagaimana kalau ikut standard saja, tiga atau empat juta. Biar sesuai seharusnya," jawab Jisya karena merasa pekerjaannya itu ringan, masa cuma jadi Asisten sampai gaji fantastis seperti itu.
"Kamu jangan salah, jadi gaji segitu, karena kamu tidak bisa untuk pulang sesuka hati kamu. Kalau misal saya menyuruh kamu untuk menginap di sini, ya kamu harus mau," jelas Oma.
Terlihat Jisya seperti sedang menimbang-nimbang.
"Tapi Nyonya, saya sudah menikah, kalau misal ingin menginap di sini, mungkin itu akan sedikit sulit, karena saya perlu izin dulu sama suami saya, Nyonya." Kata Jisya.
"Oh, tentu saja. Kamu bisa izin dulu sama suami kamu, pasti suami kamu juga akan mengizinkan kamu." Yakin Nyonya Pramusita melirik ke arah cucunya yang yang melangkah turun dari kamarnya memakai baju singlet, dan juga celana pendek yang hanya setengah pahanya memperlihatkan tubuh tegak dan atletis pria itu.
Tampak Rega yang baru saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah, dia tidak memakai masker di wajahnya, tapi dia membawa sebuah handuk sederhana yang dia letak di lehernya dan menutupi sebahagian wajahnya.
Jisya yang mendengar suara langkah kaki seseorang refleks mengangkat pandangan dan kedua netranya bertemu pandang dengan netra Rega.
Tentu saja Jisya akan buru-buru menundukkan pandangannya dari tatapan pria itu sehingga membuat dia tidak bisa mengenali netra Arga karena dia hanya melihat pria itu sekilas.
"Rega, kamu bisa kan antar Jisya pulang nanti," Kata Oma Pramusita.
"Ah, tidak usah Nyonya, saya bisa pulang sendiri." Tolak Jisya cepat saat mendengar Nyonya Pramusita yang memerintahkan cucunya untuk mengantarnya.
Tiba-tiba sofa yang wanita itu duduki bergerak, ternyata Arga yang mengambil posisi duduk di dekat Jisya.
Jisya langsung menggeser pelan tubuhnya karena merasa cucu dari Nyonya Pramusita itu begitu dekat sehingga merasa tubuh keduanya hampir menempel.
Ada banyak sofa dalam ruang tengah ini, tapi kenapa laki-laki stres ini memilih duduk di dekatku. Batin Jisya kesal mengumpati suaminya sendiri.
Drrt
Deringan ponsel Nyonya Pramusita membuat wanita tua itu terdiri dari duduknya dan mengangkat panggilannya setelah izin pamit dengan Jisya.
Ruang tengah itu terasa jadi canggung buat Jisya. Karena di sana tinggal hanya dia berdua dengan laki-laki yang dia kenal sebagai Rega. Apa lagi pria itu mengambil tempat duduk yang sangat dekat dengannya.
Jisya terlihat seperti sedang gelisah karena sekarang hari sudah mulai gelap.
"Ada apa dengan mu? Kau terlihat seperti tidak nyaman?" Tiba-tiba Arga bertanya kepadanya karena pria itu bisa melihat ketidak nyamanan wanita itu.
"Tidak ada apa-apa, Tuan." jawab Jisya kembali menggeser tubuhnya untuk lebih jauh lagi dari Arga.
"Kau mau pulang?" Tanya pria itu.
Jisya mengangguk dengan cepat. "Iya, ini sudah hampir gelap, saya khawatir suami saya akan mencari keberadaan saya. Tolong Anda izin pamit dulu kepada Nyonya Pramusita, Tuan. Saya akan pulang ikut angkot saja." jawab Jisya berdiri dari duduknya.
"Angkot? Lalu kau mau berjalan kaki dari sini sampai ke gerbang depan?" Tanya Arga duduk menyilang yang memperlihatkan paha seksinya karena dia hanya memakai celana pendek.
Aish! Kenapa laki-laki ini seksi sekali! Apa dia tidak bisa memakai pakaian yang lebih sopan, jika ada tetamu di rumahnya!. Batin Jisya jengkel sendiri dalam hati melihat tingkah cucu Nyonya Pramusita yang seperti sedang tebar pesona.
"Tidak apa-apa Tuan, saya bisa berjalan kaki dari sini ke gerbang." Jawab Jisya.
Arga mangut-mangut, "Benar juga, dari sini ke gerbang itu tidak terlalu jauh, hanya 750 meter," kata Arga santai membuat Jisya berpikir.
750 meter? Jauh amat. Batin Jisya meremas jemari tangannya karena berpikir 750 meter itu sangat jauh, apa lagi sekarang sudah hampir gelap, ya, meski perjalanan dari Mension ke gerbang di terangi oleh lampu yang berada di segala arah, akan tetapi, bagaimana jika di luar sana ada anjing?. Pikir Jisya.
"Kau sudah mau pergi? Pergilah, nanti saya akan memberitahukan kepada Oma kalau kamu sudah pulang. Oya, saat keluar dari rumah, hati-hati ya, di depan rumah itu, ada anjing," Arga sengaja bertambah menakut-nakuti istrinya saat menangkap kecemasan dari wajah gadis itu.
"A-anjing?" Tanya Jisya melihat mata Arga, dan pria itu buru-buru melihat ke lantai agar Jisya tidak menyadari bola matanya.
"Iya. Kau bisa pulang sekarang kalau kau mau. Oya, hati-hati ya, karena anjingnya itu sedikit galak." Arga juga berdiri dari duduknya dan berpura-pura ingin melangkah pergi setelah ia menakut-nakuti istrinya.
Glek!
Jisya menelan kasar salivanya tapi tetap melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah megah itu.
Saat membuka pintu utama, benar saja. Di luar itu ada anjing peliharaan yang sangat besar melebihi besarnya ukuran anak-anak yang berusia 6 tahun.
Glek
Anjing? Bagaimana kalau anjing itu menggigitku?. Batin Jisya tetap memberanikan diri untuk melangkah keluar dari rumah.
Jisya pun mulai melangkahkan kakinya dengan sedikit bergetar sambil melihat ke arah anjing tersebut.
Saat anjing itu melihat Jisya, terdengar anjing itu mulai mengeluarkan suara dengan bunyi yang seperti ingin menggonggongnya.
"Errrrrrrrrr errrrrr auk, auk, errrr" anjing itu mulai menggonggongnya sehingga membuatnya semakin gemetaran.
Benar saja, anjing itu berdiri dan langsung mengejar Jisya. Wanita itu bergegas berlari masuk ke dalam yang membuat Arga tertawa terpingkal-pingkal karena sudah berhasil menjahili istrinya.
"Buhahahaha hahaha hahaha." Pria itu bahkan sampai memegangi perutnya karena lucu melihat istrinya.
Ternyata pria itu berada di dekat pintu sedang mengawasi istrinya yang berada di luar.
"Arkhhh!!" Teriak Jisya berlari dan siapa yang menduga, karena terlalu takut wanita itu langsung melompati suaminya dan naik di atas gendongan pria itu dengan mengalungkan kakinya di pinggang Arga sehingga membuat handuk yang menutupi wajah Arga terjatuh ke lantai dengan wajah Jisya yang menenggelam di leher pria itu sembari menutup rapat kedua netranya karena ketakutan yang luar biasa.
BUK!
DEG!
Arga kaget bukan kepalang karena wajahnya tak ada lagi yang menutupi. Berniat ingin menjahili istrinya, malah dia sendiri yang terkena batunya.
bukan bintang tujuh,puyer 16,..
yg masuk akal dikit dong yg seperti kehidupan nyata gitu lho jadi malas bacanya