Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wedding Invitation - part 2
Galan yang masih membisu belum membuka mulutnya. Dia seperti tidak menyangka kalau Kanaya sempat menghampiri dia di kantor. Apalagi bukan tipikal Kanaya selama ini kalau dia keluar tapi dia tidak memberi kabar dulu.
"Kemana kamu?! Kenapa malah kamu yang diam sekarang?! Asal kamu tau, Galan kalo aku kesana karena aku mau bawain kamu makanan. Tapi jusru aku malah ketemunya Dafandra dan dia jadi ngerebut makanan yang aku bawa buat kamu!" Kanaya menambahkan penjelasannya. Dia tahu kalau Galan tidak akan menyangka Kanaya yang akan menghampiri ke kantor.
Kanaya masih memasang muka menantang terhadap Galan yang seperti tidak bisa menjelaskannya. Tapi entah kenapa raut Galan malah jadi kesal walau dia masih memperlihatkan sisi kekecewaan terhadap dirinya.
"Jadi bukan aku yang main gila seperti yang kamu tuduhin sama aku, Galan! Tapi justru mungkin kamu yang main gila di belakang aku!" tatap Kanaya dengan mata dia yang kembali berkaca-kaca.
Mungkin apa yang akan Galan ungkapkan kali ini tidak bisa Kanaya terima sepenuhnya. Galan yang mengkhianati dia seperti apa yang Dafandra bilang. Entah sudah berapa lama Galan berhubungan dengan perempuan itu di belakang Kanaya.
Galan setengah menunduk dan menarik nafasnya dalam. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu. Mungkin ini adalah waktu yang paling pas untuk membuka semuanya. Galan kekan mbali menatap Kanaya yang sudah menunggu penjelasan dirinya. Dia menggelengkan kepalanya seperti tidak percaya dengan situasi yang dia hadapkan sekarang.
Tangan Galan membuka tiga kancing kemejanya dengan setengan kasar. Kaos putih polos Galan terlihat. Dia merogoh ke dalam kemaja mengambil sesuatu yang dia sembunyikan.
Prakkkk! Galan melemparkannya ke meja makan.
Kanaya menoleh ke meja makan. Melihat barang yang dilempar Galan.
Please join us for the wedding off
Galan Farrabi Altezza & Kanaya Shanifah Galianna Lubov
Design undangan pernikahan warna dusty blue dengan tambahan sedikit bunga dan daun-daun disudut template undangan. Design itu adalah pilihan Kanaya yang sangat dia inginkan. Kanaya menahan air matanya yang sudah tidak bisa dia tahan lagi. Dia masih mengamati contoh undang pernikahan yang dibawa oleh Galan.
"Aku lagi nyiapin ini semaksimal mungkin. Aku sengaja bilang ke kantor karena aku udah ijin dari kemaren karena aku mau lihat design undangan sesuai yang kamu mau. Hp yang kamu hubungin ada dashboard mobil karena memang aku tinggal! Ini, Kanaya yang aku lakuin sesuai pikiran kamu yang mikir kalo aku main gila di belakang kamu!" tatap Galan tajam.
Kanaya menoleh ke arah Galan dengan air matanya. Tapi Kanaya langsung menghapusnya. Dia melihat Galan yang benar-benar tidak percaya dengan sikap Kanaya yang selalu menuduhnya.
"Galan..."
"Ini yang kamu selalu tuduhin aku minta gila padahal kamu sendiri ngebuka celah buat Dafandra!"
"Aku nggak buka celah, Galan tapi..."
"Tapi karena kamu cuma lihat mobil aku aja yang di kantor dan kamu bisa-bisanya ngebiarin dia nguasain diri kamu dan juga pikiran kamu. Ngebiarin dia makan makanan yang kamu mau kasih buat aku! Padahal aku selama ini udah berusaha jaga hati aku buat kamu, Kanaya! Aku selalu percaya apa yang kamu lakuin tapi lihat kamu sekarang!" nada Galan kembali geram. Dia masih menatap Kanaya dengan sorot tajamnya. Meminta Kanaya agar berkaca pada dirinya untuk tidak selalu menyalahkan atau menaruh curiga.
"Aku juga nggak pernah ngapain-ngapain, Galan..." Kanaya menghapus air matanya yang semakin menetes di wajahnya.
"Apa kamu ngobrol sama dia tadi pas ketemu? Apa kamu ngabisin waktu sama dia pas nggak ada? Apa dia juga ngomongin aku makanya kamu jadi mikir aku yang aneh-aneh?" tebak Galan yakin. Sudah sangat yakin sekali dia kalau Dafandra pasti akan berusaha mempengaruhi pikiran Kanaya.
Tipikal Dafandra yang sangat anak-anak bagi Galan dan Galan sudah tahu apa siasat Dafandra untuk mengacaukan pikiran Kanaya. Apalagi dia beberapa kali melihat Dafandra yang sering mengirimkan chat untuk Kanaya dan meminta dia kembali lagi meski Dafandra tahu kalau Kanaya sudah memiliki pasangan selama ini.
Kanaya belum menjawab pertanyaan Galan yang bikin dia semakin merasa bersalah. Dia sadar kalau sikap dia tadi sama Dafandra memang akan mengundang amarah Galan. Tapi yang dia lakukan tadi semata-mata karena dia juga bingung mendapatkan Galan yang ternyata tidak ada di kantor. Apalagi omongan Dafandra yang terus memancing kalau dia seakan-akan mengetahui keberadaan Galan yang sedang berada dimana.
"Dimana sih hati kamu, Kanaya?! Kenapa kamu nggak bisa menaruh kepercayaan kamu buat aku layaknya aku yang udah percaya sama kamu sepenuhnya meski kamu kecewain aku sekarang!"
"Aku nggak ada niat kecewain kamu, Galan."
"Kamu nggak ada niat karena kamu emang belom ada kesempatan aja. Tapi setelah tadi kamu kasih kesempatan buat dia yang bisa nemuin kamu itu sama aja kamu udah kecewain aku!"
"Galan jangan salah paham..."
"Salah paham?! Bukannya kamu yang lagi salah paham sama aku?!" potong Galan dengan nada ketusnya. "Kamu kan yang udah mikir aku macem-macem di belakang kamu?! Coba lihat disini, Kanaya siapa yang lagi ketemu sama mantan pacarnya?! Siapa yang lagi asik-asikkan ngobrol dan sambil ngasih makanan?! SIAPAAAAA???" teriak Galan semakin emosi.
Kanaya sedikit tersentak kaget mendengar suara teriakan Galan yang berada di hadapannya. Dia tahu kalau Galan benar-benar marah melihat Dafandra yang bersama dirinya. Untung aja ada Lasya. Mungkin kalau berdua aja Galan akan lebih marah daripada ini.
"Aku nggak pernah ketemu sama perempuan mana pun di belakang kamu! Aku nggak pernah kayak kamu, Kanaya. Aku selalu hargain keberadaan kamu. Mungkin aku nggak tau kalo seandainya aku nggak datang kesini bisa aja Dafandra udah masuk ke dalam apartemen kamu!" Galan tertawa kecil dengan segala kekecewaannya. Dia sudah menebak kalau Dafandra pasti akan datang lagi mengingat dia yang sudah mengetahui tempat tinggal Kanaya seorang diri.
"Galannnn!" Kanaya sedikit memperingatkan Galan kalau dia tentu saja tidak akan bertindak seperti itu. Tidak akan mungkin membiarkan Dafandra untuk masuk ke dalam apartemennya
"Kenapa? Aku aja masih nggak nyangka kamu mau ladenin dia. Jadi bisa aja ngelakuin sesuatu yang lain di belakang aku!" tatap Galan dengan ketajamannya.
"Aku nggak akan mungkin ngelakuin apapun yang kamu pikirin, Galan."
"Sama kayak aku, Kanaya. Aku nggak akan pernah ngelakuin sesuatu hal apapun yang bisa ngecewain kamu. Tapi sekarang rasanya semua kekecewaan yang aku rasain itu datang dari kamu!" Galan tersenyum kecil seperti meratapi dirinya. Merasakan perasaan dia yang menjadi bertepuk sebelah tangan dan hanya di pandang sebelah mata saja.
"Galan aku minta maaf tapi aku nggak ada mak..."
"Aku mau istirahat dulu ya. Aku boleh numpang istirahat sebentar kan disini? Soalnya aku capek banget ngurusin persiapan pernikahan kita yang mungkin nggak ada artinya buat kamu." Galan memijit-mijit kening dia. Nada dia yang terkesan menyindir kecurigaan Kanaya membuat Kanaya terdiam dengan meneteskan air matanya lagi.
Bahkan Galan sudah tidak mau mendengar penjelasan Kanaya lagi. Galan melangkahkan kakinya ke sofa dan langsung merebahkan dirinya. Dia menutup mata dia dan meletakkan punggung bahu tangannya di atas kening. Kelihatan sekali kalau dia kelelahan hari ini apalagi ditambah perdebatan dengan Kanaya.
Kanaya masih berdiri dan terdiam dengan air matanya. Dia mengambil design contoh undangan yang tadi dilempar oleh Galan ke meja makan. Undangan dengan template warna sesuai kesukaan Kanaya benar-benar menjadi sangat cantik sekali. Waktu itu Galan memang pernah bertanya sama Kanaya kalau dia ingin undangan seperti apa. Kanaya langsung menyebutkan mulai dari warna, jenis font, kata-kata dan hiasan apa yang cocok di dalam undangan. Ternyata Galan sangat mengingat semua itu.
Kanaya semakin meneteskan air matanya melihat design undangan yang masih berada di dalam genggaman tangan dia.
***