Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 13
Seperti biasa, pagi ini Safira bersiap untuk pergi ke kebun teh dengan para tetangga yang sebentar lagi akan lewat ke rumahnya untuk menuju kebun teh dengan melewati sawah-sawah.
"Mama, Qiran ikut ya" ucap Qirani
"Rai juga ikut" timpal Raiyan
"Day ngga ikut ma, mau ke rumah Nin sama nini, hari ini uncle Abizar dan aunty Caca pulang kata Nin" ucap Dayyan.
"Oh iya ya hari ini aunty Caca pulang, gimana kalau kalian ikut nini aja, ya?" saran Safira pada Qirani dan Raiyan yang dari tadi terus membuntutinya karena ingin ikut ke kebun teh.
"Ngga mau, mau sama mama" jawab Raiyan yang langsung di angguki Qirani.
Ni Eti yang melihat itu pun langsung angkat bicara.
"Kalian ikut nini aja ke rumah Nin, nanti kita mancing di tambaknya aki dan main layang-layang, gimana? Biar mamanya kerja dulu" bujuk ni Eti.
Meskipun dengan setengah hati tapi mereka tetap mengangguk untuk ikut dengan ni Eti. Kini Safira bisa berangkat kerja dengan tenang.
"Terima kasih nini" ucap Safira, dan ni Eti pun tersenyum lembut.
***
Siang ini Abizar dan Caca sudah sampai di kampung halamannya, mereka di sambut ria oleh ke tiga anak kembar itu.
"Assalamu'alaikum" sapa Abizar dan Caca bersamaan.
"Wa'alaikum salam" ucap semua orang yang ada di rumah itu, dengan si kembar yang langsung menghampiri mereka dan memeluk kaki Abizar dan Caca.
"Uncle, kami rindu" ucap Qirani memeluk kaki Abizar.
"Uncle juga rindu kalian" ucap Abizar yang sudah berjongkok untuk menyetarakan tinggi badannya.
"Gak ada yang kangen sama aunty?" tanya Caca pura-pura merajuk.
"Kami juga kangen ko" ucap Dayyan yang segera memeluk Caca yang sudah berjongkok.
"Aunty juga kangen kalian, ya sudah kita masuk rumah dulu yu" ajak Caca menggandeng tangan Dayyan, Raiyan di gandeng oleh Abizar dengan Qirani di pangkuannya.
Mereka pun beriringan masuk ke rumah itu, Abizar dan Caca segera menyalami orang tua dan nenek mereka.
"Gimana kabar kalian?" tanya pa Bambang.
"Alhamdulillah kami sehat pa" jawab Abizar.
"Kuliah kamu lancar, Ca?" tanya bu Resti.
"Alhamdulillah lancar bu, kampus di sana juga bagus, Caca suka kuliah di kampus itu" ucap Caca antusias.
"Kalau usaha kamu gimana Bi?" tanya pa Bambang.
"Alhamdulillah pa, lancar. Malah aku ada niat buat buka cabang di daerah yang dekat perkantoran. Hanya saja masih bingung" terang Abizar. Mereka sedang duduk bersantai sambil melepas rindu, sedangkan si kembar tengah tidur siang setelah di bacakan buku cerita oleh Caca.
"Alhamdulillah kalau semuanya bisa berjalan lancar bi. Tapi kamu bingung kenapa?" tanya ni Eti ikut bertanya.
"Kalau aku buka cabang di sana, siapa yang akan mengawasi di tempat sekarang, sedangkan Caca gax akan bisa stay di sana terus. Kalau pun Caca yang pegang kendali di restoran cabang, aku rasa gak akan bisa. Soalnya jaraknya cukup jauh dari kampus Caca" terang Abizar.
Caca yang mendengarkan ucapan kakaknya pun ikut mengangguk'an kepalanya, karena sebelumnya mereka pernah membahas ini berdua.
"Apa kamu gak punya orang yang bisa kamu percayai buat megang kendali di restoran cabang mu itu?" tanya pa Bambang.
"Aku cuma takut kejadian dulu terulang lagi pa" jawab Abizar pelan. Karena ia pernah di kecewakan oleh orang kepercayaannya yang membawa kabur uang restorannya dulu, meskipun kini orang itu tengah mendapatkan hukuman atas tindakannya. Tapi dia masih merasa was-was.
"Gimana kalau kamu minta tolong sama Safira aja, bi? Dia pasti gak akan keberatan. Lagi pula kami juga sudah mengenalnya lama, jadi menurut ibu kita bisa mempercayakan cabang restoran itu padanya" saran bu Resti yang mendapat anggukan dari semua anggota keluarganya.
"Iya Bi, bpa setuju sama saran ibu" ucap pa Bambang.
"Iya, nanti biar nini bantu ngomong dan bujuk Safira" ucap ni Eti.
"Baiklah, kalau kalian sudah setuju. Mudah-mudahan Safira nya juga mau" ucap Abizar berharap.
"Ngomong-ngomong dari tadi aku tak melihatnya si kembar juga dari pagi di sini, apa Safira sehat?" tanya Abizar.
"Dia sehat, sekarang kayanya lagi jalan pulang. Tadi pagi dia ikut metik daun teh di kebun milik juragan Tarno" jawab ni Eti.
"Oh gitu" sahut Abizar.
"Abang kangen ya sama teh Fira?" tanya Caca iseng yang membuat salah satu telinga Abizar memerah.
"Kamu ngomong apa sich Ca, emangnya kamu sendiri gak kangen gitu sama Safira?" tanya balik Abizar untuk menutupi ke gugupan nya.
Bukan hal aneh, karena semua anggota keluarganya mengetahui kalau selama ini Abizar mempunyai perasaan lebih pada Safira tapi di antara mereka tak ada yang mau ikut campur tentang masalah itu, mereka percaya jika memang jodoh gak akan kemana.
Jika memang Safira adalah jodoh baiknya Abizar tentu mereka akan menerimanya karena mereka pun sudah menyayangi anak-anak Safira seperti cucu dan keponakannya sendiri. Dan kalau pun Abizar dan Safira tidak berjodoh, mereka tak akan keberatan karena perasaan memang gak akan pernah bisa di paksakan.
"Caca juga kangen ko" ucapnya pelan.
Tak lama kemudian ketiga anak kembar itu pun bangun dan meminta untuk pulang sekarang, apa lagi Qirani sampai nangis tersedu-sedu.
"Qiran mau ke mama" ucapnya di sela-sela tangisannya, ia di gendong oleh Abizar.
"Iya iya, kita pulang sekarang ya. Tapi Qiran harus berhenti dulu nangisnya, kan malu di lihat orang di jalan" ucap Abizar sambil mengelus punggung Qirani yang sedang ia gendong.
Setelah Qirani tenang, barulah mereka berangkat ke menuju rumah ni Eti. beruntung saat mereka sampai Safira tengah menjemur pakaian yang tadi ia pakai ke kebun teh, ia juga sudah selesai mandi.
Safira melihat ni Eti dan Caca yang menggandeng si kembar Dayyan dan Raiyan sedangkan Qirani di gendong oleh Abizar, segera menghampiri mereka.
"Kamu baru pulang Fir?" tanya ni Eti.
"Iya ni, udah satu jam yang lalu ko, tadinya habis ini mau nyusul ke sana" jawab Safira.
"Qiran kenapa sayang?" tanya Safira lembut yang sudah mengambil alih Qirani dari gendongan Abizar.
"Qiran kangen mama, mama lama pulangnya" ucap Qirani sambil memeluk leher Safira.
"Iya maafkan mama ya, kalau mama kelamaan ninggalin kalian" terang Safira.
"Fir, gimana kabar kamu?" tanya Abizar setelah melihat Qirani yang sudah tenang di pangkuan mamanya.
"Alhamdulillah, aku sehat bang" jawab Safira "Abang sendiri gimana kabarnya?" tanya balik Safira.
"Alhamdulillah kabar ku juga baik" jawab Abizar.
Kini mereka tengah duduk di bangku panjang depan rumah, sedangkan ni Eti dan Caca sudah membawa Dayyan dan Raiyan masuk ke rumah.
Hening melingkupi ke duanya, Abizar merasa canggung sedangkan Safira bingung karena tak punya bahan pembicaraan. Hingga...
"Fir, kamu mau gak ikut Abang ke kota untuk membantuku menjalankan restoran cabang yang akan segera aku buka".