Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Apa Aku Harus Mencarinya? (irfan)
"tuan, ini dia anak kecil yang saya ceritakan tempo hari" ucap Ray mengenalkan Fajri kepada Irfan.
Ayah dan anak itu saling berpandangan merasakan ada sesuatu yang menggelitik di dalam hati mereka. Hingga Irfan menunduk dan mengulurkan tangannya.
"Irfan Dirgantara"
"Fajri Hanindyo om" Fajri membalas jabatan tangan itu.
Kenapa rasanya seperti Aji memegang tangan Bunda. Bathin Fajri ketika merasakan kehangatan dari tangan Irfan.
"om sudah mendengar cerita tentang kehebatan Fajri. Ah iya apa itu papanya?"
"Papa? Aji cuma punya Bunda om. Itu Uwak Aji"
deg...
"ah iya maaf ya, om gak tau. Umur Aji berapa?"
"hmm bulan besok udah tiga tahun om"
"Aji bisa membuat ini belajar dari mana nak? Apa belajar dari Bunda?"
"Aji cuma belajar membaca dan ilmu yang lain dari Bunda, tapi kalau membuat ini Aji membaca, melihat dan berfikir om"
"oh ya? Bundanya mana?"
"Bunda lagi kuliah om"
"iya? hmm apa Boleh om mendapatkan penjelasan tentang mesin cuci milik kamu? mana tau om tertarik untuk bekerja sama"
"boleh om" Fajri tanpa henti menjelaskan bagaimana cara kerja mesin cuci tenaga surya miliknya.
Tanpa di sadari jika ia sedang berhadapan dengan sosok ayah kandung yang tidak menginginkan dirinya. Bagaimana tanggapan Fajri ketika ia tau jika Ayah yang selama ini tidak ia ketahui berada di dekatnya dan sedang menatapnya dengan tatapan kagum.
"apa sudah ada yang meminta untuk bekerja sama dengan Fajri?"
"kalau untuk kerja sama belum ada om, tetapi kemaren salah satu juri sudah berjanji untuk memberi hak paten dan lisensi untuk karya Aji"
"ah begitu ya? berarti belum ada yang meminta untuk kerja sama?"
"belum om, tetapi Aku mau menunggu lanjutan dari bapak juri kemarin bagaimananya"
"hmm, ini kartu nama om. Jika mereka hanya bisa memberi lisensi tanpa memproduksi, kamu hubungi saja om ya, om sangat tertarik dengan terobosan baru milik kamu. Bukan hanya mesin cuci tetapi mesin ginset kamu om juga tertarik. Kalau seandainya ini bisa di produksi om yakin kamu bisa menjadi miliarder setelah ini"
"terima kasih om. Nanti akan Aji bicarakan dulu kepada bunda"
"iya kalau begitu om pamit dulu ya, mau keliling melihat pameran yang lain"
"sekali lagi terima kasih banyak om, karna sudah memberikan Aji kesempatan untuk memproduksi rancangan Aji"
"sama-sama nak, semoga menang ya"
"iya om"
Irfan pergi dari hadapan Fajri dan menyisakan satu rasa yang membuatnya ingin selalu menatap anak itu. Sebelum melangkah tak lupa ia juga bersalaman dengan Uwak sebagai tanda hormatnya kepada yang lebih tua.
Tanpa ayah? Hanya tinggal berdua dengan Ibu. hah Apa perempuan itu hamil setelah malam itu?.
Irfan berperang dengan fikirannya, sambil berjalan mengunjungi stand pameran yang lain. Ia sangat tidak fokus setelah bertemu dengan Fajri tadi.
Kenapa aku selalu ingin melihatnya? perasaan apa ini? Apa aku harus mencari tau siapa ayahnya? wajahnya sangat familiar tapi dimana aku pernah melihatnya? Aah ya sudah lah kita lihat saja kedepannya bagaimana.
"Tuan?" panggil Ray memecah keheningan di antara mereka.
"hmm ya?"
"anda baik-baik saja?" tanya Ray ketika melihat Irfan yang tengah termenung.
"iya saya baik-baik saja"
"apa tuan mau istirahat dulu?"
"sepertinya ia, saya mau kembali ke hotel saja Ray" Ucap Irfan bergerak ke luar gedung itu
"mari tuan"
Ray dan Irfan memilih untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap, padahal mereka baru saja tiba dan langsung menuju ke tempat Fajri. Namun pertemuan Ayah dan Anak itu, membuat Irfan menjadi tidak fokus dan kembali memikirkan perempuan yang menghabiskan malam pertamanya di kamar pribadi ruangan CEO beberapa tahun silam.
"Ray apa kamu mendengar kabar perempuan itu?"
"perempuan pegawai resto itu tuan? tidak tuan saya tidak mengetahui bagaimana kabarnya. Apa tuan ingin saya mencari tau tentang dia?"
"bagaimana menurut kamu?"
"Apa perempuan itu penting bagi anda tuan?" pertanyaan Ray membuat Irfan terdiam.
Apa dia penting?.
"jika dia penting bagi anda saya akan mencari tau bagaimana keadaannya sekarang. Tetapi jika dia tidak penting bagi tuan, saya akan membiarkannya begitu saja tuan"
"tidak itu tidak penting. Biarkan saja"
"baik tuan"
Mobil terus melaju hingga hotel yang tak jauh dari sana. Setibanya di hotel mereka segera bergegas turun dan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
"ingatkan saya nanti malam, kita akan datang ketika pengumuman pemenang lomba kali ini"
"baik tuan"
"istirahatlah"
"selamat beristirahat tuan, permisi"
"iya kamu juga"
Irfan masuk dan segera membuka pakaiannya. Ia memilih untuk berendam di dalam Bathtub agar bisa menjernihkan fikirannya.
Apa yang harus aku lakukan, perempuan itu sudah mulai masuk ke dalam hati ku. Apa aku harus mencarinya? tuhan bantu Aku untuk menentukan mana yang terbaik yang harus aku lakukan.
Setelah cukup lama berandam Irfan memilih untuk membasuh badannya dan segera beristirahat dengan membawa beban fikiran yang sangat berat menurutnya.
💖💖
"cukup sekian perkuliahan kita pada hari ini, sekali lagi selamat ananda semua sudah menjadi seorang mahasiswa. Itu artinya ananda sudah bisa berfikir dewasa dan bisa mengarahkan kemana ananda akan melangkah selanjutnya. Selamat siang"
"siang pak"
Dosen berlalu keluar setelah jam perkuliahan selesai, dan ini adalah mata kuliah terakhir pada hari ini. Fajira bergegas untuk menyusun barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas yang ia bawa.
ketika hendak melangkah keluar, Fajira di panggil oleh seorang teman satu kelas dengannya.
"hai tunggu, Fajira kan?"
"iya, Ada yang bisa aku bantu?"
"hmm, Riska" gadia manis itu mengulurkan tangannya dan di sambut dengan hangat oleh Fajira.
"aku Fajira, senang bertemu dengan kamu"
"iya, boleh berteman?"
"boleh dong. Hmm aku buru-buru mau pulang soalnya anakku di titipkan sama orang tadi"
"eh kamu sudah punya anak?"
"sudah, aku kelahiran tahun 1999,"
"eh maaf kak aku gak tau"
"gak apa. Kalau gitu aku pergi dulu ya"
"boleh ikut?" ucapnya dengan mata memohon.
"hmm? Iya boleh tapi aku mau ke pameran dulu, anakku ada di sana mau ikut?"
"mau-mau"
"yaudah yuk, kamu bawa kendaraan?"
"yah enggak kak, aku ngekos disini"
"yaudah yuk ikut"
Mereka berjalan menuju parkiran sambil sesekali bercerita agar lebih mengenal satu sama lain.
"oh jadi anak kakak ikut lomba?"
"iya Ris"
"berapa umurnya kak?l
"baru tiga tahun bulan depan"
"uwaaah, hebat bangeet" ucapnya berbinar.
"hehehe ya begitulah Aku bersyukur memiliki dia dalam hidupku"
"hmm maaf kak ayahnya?"
"dia hadir karna kecelakaan Ris, ayahnya memberikan aku cek untuk mengugurkan dia. Tapi aku bukan seorang jal*ng yang di bayar setelah di pakai. Aku pikir benihnya gak akan tumbuh, tapi ya aku bersyukur dia hadir dalam hidup aku yang sabatang kara ini"
"kak, pasti berat banget ya. Aku terasa gimana jadi kakak" ucap Riska berkaca-kaca
"iya, sampai sekarang Fajri gak pernah tau siapa ayahnya"
"kaka yang sabar ya. Semoga kehidupan yang lebih baik bisa kakak dapatkan setelah ini"
"aamiin. terima kasih Ris. yuk kita berangkat"
Fajira mengendarai motornya menuju tempat lomba sedang berjalan. Dengan senyum manis ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan Fajri. Bunda rindu nak! begitu kira-kira batinnya sedari tadi.
Tuhan jangan pertemuan kami dengan laki-laki itu, aku tidak ingin Fajri tersakiti ketika ia tau jika ia tidak di inginkan oleh ayahnya.
Setibanya di sana, Fajira langsung mencari Fajri yang sudah tertutup oleh kerumunan orang yang ingin melihat hasil karyanya. Sehingga membuat Fajira cukup kesusahan untuk menembus lapisan orang itu agar bisa menemui pria kecil nan genius miliknya.
"Fajri" panggil Fajira setelah berhasil berada di depan orang-orang itu.
"bunda" teriak Fajri berlari ke arah Fajira.
"Aji kangen" sambungnya ketika sudah berada dalam gendongan Fajira.
"Bunda juga kangen nak. sudah makan?"
"belum bunda"
"eh kenapa? susunya sudah di minum?"
"sudah semua Bunda, hanya tinggal makan siang aja lagi, Aji menunggu Bunda biar bisa makan bareng. Kebetulan tadi kaka panitianya memberi Aji dan Uwak nasi bungkus. Makanya Aji nunggu Bunda dulu" Fajri masih setia memeluk Fajira hingga tanpa sadari ia terlelap dalam dekapan ternyaman itu.
"iya nak, kita makan lagi yuk" ajak Fajira.
"Sayang" ulangnya ketika tidak mendapatkan jawaban dari Fajri.
"udah tidur kak" celetuk Riska melihat Aji yang terlelap.
"tidur toh?"
Fajira menemani Fajri yang tengah tertidur dalam dekapanya, sambil sesekali mengusap kepala dan memainkan rambut lurus anaknya itu. Untuk mengusir rasa bosannya, Fajira juga berbincang bersama dengan Uwak dan Riska sambil menunggu Fajri bangun.
💖💖💖
TO BE CONTINUE