Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pak Sakit!
"Dasar bos gila, udah ada yang kirim makanan malah minta antar lagi. Sia-sia aku bikin bekal bentukan muka dia. Buang aja lah!"
Tak perduli ada yang mendengar gerutuannya, Melissa meluapkan kekesalannya saat itu juga dengan mengoceh di dekat para bodyguard.
Merasa tidak ada yang makan, alhasil makanan yang ia bawa ingin dibuang ke dalam tong sampah di sudut sana.
"Tunggu, Nona. Jangan dibuang!"
"Apa?" Melissa terpaku melihat siapa yang mencegahnya membuang makanan itu. Ternyata dia salah satu bodyguard yang sempat ia tabrak tadi.
"Kebetulan saya belum makan, berikan kepada saya saja!"
"Serius kamu mau?" tanya Melissa . "Ini masakan aku, takut kamu nggak suka!"
Bodyguard tampan tersebut tersenyum. "Apa salahnya mencoba?"
Melissa balas tersenyum. "Boleh ..
"Mari ke lobi!"
Perempuan itu digiring menuju tempat duduk. Saat itu Melissa menyiapkannya. "Percobaan pertama, aku suapi ya?"
Lagi-lagi pria itu melengkungkan bibirnya, sontak Melissa menganggapnya dia sangat murah senyum. Untuk suapan pertama, Melissa takut sekali masakannya tidak disukai.
"Sungguh, saya belum pernah merasakan makanan seenaknya ini. Sayang sekali kalau sampai dibuang tadi!"
Melissa tersenyum merasa makanannya sangat dihargai. Rasa kesalnya tergantikan dengan perasaan senang. "Terima kasih sudah menghargai makananku.
Ayo habiskan!"
"Siapa namamu, Nona? Aku melihatmu beberapa kali, mungkin baru ya?"
"Melissa , panggil aku Melissa . Ya Kamu benar aku baru di sini, bekerja di bagian menjaga anak pak Adrian !"
Saat pria itu mengulurkan tangannya untuk berjabat, Melissa menjabatnya dengan tersenyum canggung. "Andres, salam kenal."
"Kelihatannya usiamu seperti kakakku, kalau begitu aku akan memanggilmu kakak juga!"
"Boleh ... Terima kasih untuk makananmu hari ini. Aku berharap besok mendapatkannya lagi." Kemudian bodyguard tersebut terkekeh.
Melissa lagi-lagi mengeluarkan senyum manis sebagai tanggapan. Yang biasa mengenalnya adalah gadis bar-bar, maka kali ini kalian melihatnya seperti bidadari. Sangat anggun dan calm.
***
Masuk
Si kecil sudah tidur. Kini, Melissa ingin bersantai sambil menunggu kepulangan tuannya. Namun, belum ada beberapa detik ia menikmati waktu santai tersebut, tiba-tiba Yani memberitahukan jika Adrian sudah ada di luar.
"Melissa , bapak sudah pulang!"
"Kok cepet banget pulangnya, enggak kayak biasanya?" gumam Melissa . Meski begitu Melissa berakhir dengan menghela napas. Si kecil sudah tidur, kini ia akan bergantian mengasuh bapaknya.
"Selamat malam Pak. Mau makan dulu, atau mandi? Saya sudah siapkan air hangat."
Belum ada tanggapan atau jawaban dari Adrian . Ekspresi yang dilihat oleh Melissa sangat aneh. Wajah pria itu tampak teduh dan masam.
"Mana makanan yang saya minta? Apapun yang saya perintahkan seharusnya kamu lakukan!" tegas Adrian .
"Pak, tadi saya sudah sempat ke perusahaan Bapak, tapi melihat Bapak sudah disiapkan makanan dengan nona Mauren, gak mungkin saya masuk!" jawab Melissa . Sebenarnya wanita itu lebih kesal, karena baginya Adrian tidak sesuai ucapan. "Seharusnya kalau Bapak sudah tau akan ada yang mengantar makanan, bilang. Saya sudah masak capek-capek, tapi gak dimakan!"
Melihat perlakuan Melissa dalam berbicara kepada majikan, membuat Yani dan yang lain merasa takut.
"Sungguh dia seperti berbicara dengan temannya," batin Yani.
"Kamu terlambat. Saat saya sedang menunggu kamu makanan dari kamu, Mauren datang!"
"Ya sudah, itu resiko Bapak. Kalau besok nona Mauren datang lagi, saya gak mau antar makanan, sia-sia tau!"
Adrian merasa tertantang dengan perlakuan Melissa . Pria itu tak menyangka ada yang lebih berani dari orang tuanya. "Ikut saya!"
Tangannya dicekal kuat, tarikannya pun sangat kasar. Melissa dibawa masuk kamar oleh majikannya yang sedang marah.
"Aduh... kira-kira itu anak keluar masih ada nyawanya enggak ya?" gumam Yani.
"Paling tinggal kepala!" sahut pembantu yang lain.
"Lagian, berani banget!"
***
Saat ini, kondisi di kamar.
"Pak sakit!"
"Kamu itu seorang pekerja, jadi apapun yang saya perintahkan wajib kamu lakukan. Mau ada dia atau enggak, mau saya makan atau saya buang sekalipun, kamu harus tetap hampiri saya. Yang penting kamu lakukan!" tekan Adrian . " Sekarang, di mana makanan yang kamu buat tadi?"
"Saya kasih anak buah, Bapak!" balas Melissa ketus.
"Berani sekali kamu, Melissa !"
"Daripada saya buang!"
Dengan amarah yang membuncah, Adrian menggendong pengasuhnya dan memasukinya ke dalam kamar mandi. Di sana, Melissa dicelupkan ke dalam bathtub berisi air hangat.
"Bapak!" hardik Melissa . Ia kelimpungan, bingung apa yang akan dilakukan oleh majikannya itu.
"Hukuman untuk kelalaian kamu hari ini, adalah memandikan saya!"
Ketar-ketir sudah wajah Melissa , terlebih saat majikannya melucuti pakaian. Saat itu Melissa ketakutan, Adrian nyaris telanjang di hadapannya.
"Pak, jangan Pak!" pekik Melissa dengan menutup mata saat Adrian bergerak menurunkan kaitan terakhir yang melindungi kelaki-lakiannya. Namun, itu tidak terjadi karena setelahnya Adrian justru masuk ke dalam bak yang sama.
"Apa setelah ini bisa buat kamu jera?" Pria mengangkat dagu pengasuhnya. Sontak wajah lugu Melissa , begitu lemah di pandangan Adrian .
"Iya!" Melissa mengangguk polos dengan bibir mengerucut.
"Bicara yang baik dengan saya!"
"Iya, maaf Pak. Saya akan sopan ke depannya!" Lihatlah sangat menggemaskan wajah Melissa saat manut dan patuh seperti itu.
"Ini baru air hangat Melissa , bisa saja nanti air mendidih!"
Melissa benar-benar ketakutan, ia sampai mengatupkan kedua tangannya seperti memohon. "
Saya mohon Pak, jangan. Saya janji gak akan ulangi lagi!"
Dalam hati, Adrian sangat tersenyum. Aksinya malam ini, mungkin besok-besoknya akan membuat pengasuh itu jera.
Adrian memunggungi Melissa , di bathtub yang lumayan sempit itu di isi dua orang. "Sabuni, sampai bersih!"
Dengan hati-hati, Melissa menyabuni punggung gagah Adrian . Saat itu kondisi berubah sunyi, hanya ada suara percikan air yang tumpah ke luar bak.
"Malam-malam begini, aku jadi basah-basahan deh!"
***
Di besok harinya. Melissa sudah tidak mau lagi bertingkah sesuka hati, sudah cukup trauma melihat aksi Adrian semalam. Dalam kondisi itu, semuanya seakan tidak tahu batasan.
"Melissa , kamu semalam diapain sama bapak?" tanya Sasa, merupakan pembantu lama, si paling julid dan ceplas-ceplos.
"Aku dihukum suruh mandiin dia. Gila, 'kan? Kalian pernah gak mandiin bos?"
"Apa mandiin?" tanya Yani kaget.
"Iya Mbak. Bayangin deh, aku dicelupin ke dalam bak, terus dia buka baju cuma pakai CD habis itu minta disabuni. Ini sungguh menentang dunia pekerjaan. Mana ada coba majikan sama pengasuh begitu?" oceh Melissa .
"Makanya lain kali kamu ikuti saja. Mau di makan atau enggak makanan kamu, kalau dia perintah ya sudah kita lakukan. Namanya juga kerja, wajar kita dikendalikan ," sahut Yani menasehati.
"Hmm, Melissa . Punya bapak gede gak?"
"Sasa!" tegur Yani.
"Maksud aku ototnya. Apaan sih Mbak, mikir yang aneh-aneh ya?"
"Sudah ya, aku takut telat, nanti kena lagi aku!"
Kini ia akan mengantar makanan ke kantor. Ada atau pun tidak, jika Mauren hadir nanti, ia akan tetap menghampiri tuannya.
"Kok ada dua, Melissa ?" tanya Yani saat melihat kotak makannya.
"Oh ini Mbak yang satu buat aku nanti!"
"Maaf aku bohong, yang itu buat Andres," batin Melissa .
Bersambung ~