*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Jam 8:00 malam. Malik sampai juga di rumah. Naya yang mengetahui suaminya pulang, langsung mendatangi Malik, yang sudah berada di lantai bawah.
"Kak, sini Naya bantu," tawar Naya yang ingin memegang tangan Malik.
"Udah, awas! Lo kira gue lumpuh apa? Gue masih bisa jalan sendiri, tanpa bantuan dari siapa pun," tepis Malik yang langsung berjalan, menaiki anak tangga satu persatu. Sambil memegang bagian perutnya yang terluka.
"Nona yang sabar, ya?" ucap Gery memberi senyuman sambil mengangguk. Kemudian dia kembali berjalan, mengikuti Tuannya dari belakang.
Naya yang sudah biasa menghadapi sikap Malik. Hanya bisa mendesah, membuang nafasnya pelan. Kemudian dia juga mengikuti langkah Malik yang menuju kamarnya.
"Kak Gery, sini tasnya Kak Malik. Biar Naya yang beresi," ujar Naya yang mengambil tas itu, dari tangan asistennya Malik.
"Eh, iya. Ini, Nona." Gery pun memberikan tas itu dengan sopan. Dan Naya pun membalas dengan senyuman ramah.
Sedangkan Malik yang melihat interaksi dua Makhluk di hadapannya. Hanya memutar bola matanya jengah.
"Ehem ...." Malik berdehem, memberi kode, agar pekerjaan mereka cepat di selesai.
Naya, yang peka pun langsung meletakkan tas Malik ke tempatnya. Setelah mengeluarkan seragam Malik yang terkena bercak darah, ke dalam tempat pakaian kotor.
"Nay, jika sudah selesai. Siapkan air hangat buat gue mandi. Gue gak bisa tidur, kalo badan gue lengket kaya gini," ucap Malik, yang sudah duduk di atas ranjang.
Naya yang bingung harus menanggapi apapun, hanya melirik Gery. Meminta bantuan, untuk bicara dengan tuannya.
Gery yang mengerti pun, membalas dengan senyuman kecil.
"Mm ... maaf, Tuan muda. Luka anda masih belum kering, sebaiknya Tuan jangan mandi dulu. Lebih baik di bantu dengan Nona untuk membersihkan badan, Tuan. Dengan cara mengelap," saran Gery mengingatkan.
Naya yang mendengaran usulan Gery, bahwa dia yang harus mengelap Malik pun, hanya membulatkan matanya sempurna. Karena kaget dengan apa yang dia dengar.
'Apa! Jadi aku yang harus membersihkan badan kak Malik. Bagaimana mungkin? Ya walaupun kak Malik suami sahku, tapi aku kan gak pernah sentuh pria. Bagaimana ini?' batin Naya yang bergidik ngeri membayangkannya.
"Jadi menurutmu. Gue gak boleh mandi, selama luka gue belum sembuh, gitu? Hah, yang benar aja!" ucap Malik yang tak suka mendengar saran Gery.
"Maaf, Tuan. Bukan maksud saya lancang, tapi ini untuk mempercepat pemulian Tuan muda sendirinya," ungkap Gery bicara sesopan mungkin, agar Tuannya tak merasa tersingung.
Malik pun hanya bisa mendesah." Oke, cepat siapkan air dan bantu gue," lanjut Malik pasrah, yang menyuruh Naya untuk membantu dirinya.
"I-iya, Kak." Dengan sigap. Naya pun langsung turun ke bawah untuk mengambil ember kecil terlebih dahulu.
"Baiklah, Tuan muda. Dokter Firman akan datang malam ini untuk memeriksa keadaan, Anda. karena pekerjaan saya sudah selesai mengantar Anda sampai di rumah. Saya ijin undur diri terlebih dahulu," ujar Gery sopan, sambil membungkukkan setengah badannya.
"Hmm ... " Malik hanya membalas dengan deheman, sambil mengibaskan tangannya.
Setelah kepergian Gery. Naya pun sudah datang dengan membawakan ember kecil di tanganya. Dan langsung menuju kamar mandi, untuk mengisi air ke dalam ember tersebut, yang sudah dicampur dengan air panas sedikit dan sabun antiseptik.
"Kak, ini air nya sudah siap," tutur Naya lembut, yang sudah membawa ember berisi air tersebut dengan troli sebagai tempatnya.
"Hm," guman Malik yang merentangkan tangannya. Mengisyaratkan Naya untuk segera membukakan pakaiannya yang masih merekat di tubuh Malik.
Naya yang mengerti pun, langsung bergegas naik di atas ranjang, di mana Malik berada. Untuk membukakan pakaian si empunya. Dia menunduk, menahan malu akan perbuatannya.
Pelan tapi pasti. Naya sudah berhasil membuka pakaian Malik, dan dia kembali turun lagi, untuk mengambil handuk yang sudah di basahi dengan air yang dia bawa tadi, dan langsung mengelapkan ke tubuh Malik, perlahan dan lembut.
Naya pun mengulangi lagi, dengan mengambil air baru, dan kembali mengelapkan ke tubuh Malik.
"Kak, sudah," ujar Naya sambil menunduk.
"Udah, cuma atas doang?" cetus Malik yang melihat ke arah bawah terus ke kakinya.
"Maaf. Ma-maksud, Kakak?" tanya Naya gugup yang tak mengerti.
Pasalnya, dia mengikuti arah pandangan Malik yang melihat bagian bawahnya, yang masih mengenakan celana jeans panjang.
"Terus, celana gue gak di ganti gitu? Mau lo biarin gini aja, hem ...," cetus Malik yang memutar bola matanya jengah.
"Maksud, Kakak. Naya ...."
"Ya, terus siapa lagi kalo bukan, Lo. Gue gak bisa bungkuk. Sakit perut gue. Lagian lo gak usah punya pikiran kotor, mana mungkin gue mau goda, Lo. Oh, atau lo yang tak kuat nahan iman, hemm ...," potong Malik yang memicingkan matanya.
"Bu-bukan, bukan gitu maksudnya, Kak," terang Naya yang gugup.
"Terus, kalo bukan gitu apa? Udahlah, cepat kerjakan. Lagian gue gak mungkin ngapain lo dalam keadaan gue yang kayak gini," cetus Malik yang mulai kesal.
'Hah! Tadi aku gak salah dengar, 'kan? Kak Malik mau ngapain aku. Ngapain apa maksudnya? Apa dia minta hak sebagai suami atau apa?' batin Naya bertanya-tanya. Yang masih diam, mencerna perkataan Malik barusan.
"Woi! Lo denger, gak?" tegas Malik yang membuat Naya langsung tersentak dari lamunannya.
"I-iya, Kak." Dengan berat hati. Naya pun langsung membukakan celana Suaminya itu. Dan segera mengelap dengan cepat. Sambil pandangannya mengarah kelain arah.
Sedangkan Malik, hanya tersenyum miring. Melihat dia berhasil mempermalukan Naya.
"Hh, ternyata. Lo pantes juga ya, jadi JALANG!"
Deg!
Seketika pergerakkan Naya terhenti.
Bersambung ...