Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana Raja
Divya masih berdiri di depan Kantor menunggu ojol yang dia pesan.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepan nya,mobil yang memang tidak asing bagi Gadis berambut panjang dan sedikit ikal di bagian bawah,dengan warna kecoklatan alami.
Tiiid...suara klakson berbunyi,mengagetkan kegelisahan Divya,bagaimana tidak ,hari ini dia pulang lebih larut ,sudah lewat jam makan malam ia khawatir Paman,Bibi dan Adik-adiknya cemas.
Seseorang terlihat setelah kaca mobil terbuka.
"Pak Rudi" menatap heran mengapa ia menghampirinya di sini,padahal jelas-jelas kakaknya itu masih bersama Tuan nya.
"Kamu malam-malam masih di sini?"
"Ah iya pak,tadi saya lembur"
Jawab Divya jujur,dengan sedikit mengulas senyum
"Pulang pake apa?" Tanya Rudi lagi.
"Lagi nunggu ojol pak"
Mata Divya celingukan,dengan sekali menatap layar ponselnya.
"Ayo naik...!" Ajak Rudi singkat membuat gadis itu bingung.
"Naik? ke mobil maksudnya?"
Bertanya heran sambil menunjuk mobil.
"Iya" Rudi meyakinkan.
"Tapi~ "
Melirik ke arah Tuan Haris yang duduk di kursi belakang,yang dilirik nampak tak peduli,tangan dan matanya masih fokus menatap layar laptop.
"Dia? jangan pedulikan dia..!"
"Loh pak ,Tapi ..."
Masih berusaha menolak.
"Jangan menolak ini sudah malam dan kamu itu perempuan"
Kali ini sudah menaikan volume suaranya,berbalik menatap Tuan mudanya.
"Divya pulang bareng kita ya?" Seakan tidak ada rasa takut Rudi bertanya pada Haris.
"Terserah" Jawabnya Acuh.
Rudi pun turun membukakan pintu agar Divya masuk,duduk di sampingnya.
"Apa tidak apa-apa?"
Masih bertanya kali ini sedikit berbisik ujung matanya mengarah ke kursi belakang.
"Sudah,ini tanggungjawab ku nanti,duduklah pakai sabuk pengaman mu !"
"Baik !"
"Dimas tidak menjemput mu? apa setiap hari kau naik ojol?"
Dimas? siapa lagi dia?
dan sejak kapan Rudi peduli pada orang lain?
Haris nampak acuh tapi sedikit memperhatikan.
"Ah tidak ,biasanya Dimas jemput,hanya dua tiga kali saya naik ojol"
Divya menjelaskan.
Ia sengaja memakai panggilan Pak,
Rudi yang memintanya,agar untuk sementara waktu Haris hanya boleh tahu mereka kenal sebatas rekan kerja.
Tidak lebih.
Mobil sudah melaju di tengah keramaian Kota,malam yang hampir larut pun jalanan di Ibukota ini tidak pernah sepi.
Tidak terdengar suara obrolan lagi sampai di rumah megah milik keluarga Santoso.
Astaga ini istana.Divya kagum dengan apa yang dilihatnya.
pantas dia itu sombongnya minta ampun,ya karena dia punya segala.
"Ayo turun!"
Rudi sudah turun membuka pintu belakang,Tuan Haris keluar tanpa basa basi berjalan masuk ke rumah bak istana raja.
"Tunggu disini"
Rudi menyuruh Divya menunggunya.
Gadis itu pun mengangguk manut.
Rudi masuk mengikuti langkah Haris didepannya.
Tidak lama kemudian ia sudah keluar,Divya sigap berdiri dari tempatnya menunggu tadi,selama menunggu ia mengobrol dengan salah satu pembantu di rumah itu,pembantu yang sudah terlihat sepuh bernama mbok Jum.
"Sudah kak,Tuan mu marah tidak?"
Rudi hanya tersenyum penuh arti,sambil terus berjalan diikuti Divya di belakangnya,mereka masuk kedalam mobil Rudi.
Setiap hari Rudi berangkat bekerja menggunakan mobilnya ,setelah sampai di rumah tuan Haris ia menyimpan mobil di garasi dan berangkat menuju kantor bersama tuan muda menggunakan mobil mewah miliknya.
hei kenapa malah tersenyum begitu?
"Kak,dia marah ya? Iya kan dia marah? Monster itu, kalau tidak suka kenapa diam saja tadi,tidak menolak,bahkan sepanjang perjalanan hanya diam membisu,manusia atau apa si dia"
Divya jengkel sendiri dengan sikap Haris.
"Hahaha"
Rudi tergelak dengan sikap adiknya yang terlihat menggemaskan.
"kau sendiri yang bilang dia itu Monster, kan?"
"Hahaha...Iya dia memang monster"
Divya juga akhirnya ikut tergelak.
"Tapi memang nya dia tidak marah?"
Kembali pada pertanyaan sebelumnya.
"Haris tidak akan mungkin berani marah padaku"
Menjawab santai dan terus fokus pada kemudi.
*Hei apa ini? bos takut dengan anak buahnya sendiri?
ck..ck..ck*.Divya berdecak tak percaya.
"Kak memangnya setiap hari kau pulang larut malam begini?"
"Ya,kenapa?"
"istri mu apa tidak marah?"
Rudi terlihat menggedikan bahu sebelum dia menjawab pertanyaan Divya.
"Shila itu pasti mengerti,dia gak pernah marah walaupun aku pulang malam atau bahkan gak pulang sekalipun"
"Wah..salut aku sama mba Shila,tapi kak ajak jalan-jalan gitu sekali-kali,pernah?"
"Sejak menikah satu tahun lalu kakak sudah dua tiga kali mengajaknya pergi bulan madu"
"Heum...Ya,setidaknya kalian punya waktu berdua,biar aku bisa cepet punya keponakan gitu...hehe"
Rudi tersenyum menanggapi perkataan Divya,adik sepupunya itu,mengusak rambutnya pelan seperti biasa dia lakukan.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Paman Fram mereka asik mengobrol.
Mulai dari pekerjaan Divya hingga pujian Wakil direktur di kantor tadi,sementara Rudi menceritakan awal mula mengenal Haris.
bersambung....