NovelToon NovelToon
Hanasta

Hanasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Romantis / Psikopat itu cintaku / Mafia
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Elara21

Hanasta terpaksa menikah dengan orang yg pantas menjadi ayahnya.
suami yg jahat dan pemaksaan membuatnya menderita dalam sangkar emas.

sanggupkah ia lepas dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elara21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanasta 12

Tapi—

Soni juga pasti tahu.

Dan jika Soni tahu saksi itu masih ada…

Soni pasti mencarinya.

Untuk membungkam.

Hana menutup mulutnya, panik.

“Aku harus… aku harus temukan dia dulu…”

“Aku harus tahu apa yang dia lihat…”

Hana menoleh ke pintu.

Penjaga masih berjaga di luar.

Tidak ada jalan keluar.

Tapi di dalam hatinya, Hana tahu:

Saksi itu adalah kunci.

Kebenaran tidak terkubur selamanya.

Ia mengambil napas dalam-dalam.

“Kalau aku tidak bisa pergi…

maka James harus menemukannya.”

Dan kalimat itu menghantam Hana sendiri.

Karena untuk pertama kalinya,

Hana mulai berpikir melawan Soni.

Diam-diam.

Perlahan.

Di balik ketakutan.

Pagi datang dengan lambat.

Cahaya matahari masuk dari sela tirai besar, namun tidak menghangatkan ruangan—justru membuatnya terasa lebih sunyi.

Hana duduk di sudut sofa, memeluk kakinya.

Matanya bengkak karena kurang tidur setelah mimpi buruk itu.

Ia belum bergerak sejak subuh.

Suara langkah ringan terdengar dari luar pintu…

bukan suara penjaga.

Langkah yang Hana kenal.

Langkah yang perlahan membuat tubuhnya membeku.

Tok.

Tok.

Tok.

Pintu berputar sebelum Hana sempat mengatur napas.

Dan Soni masuk.

Ia mengenakan kemeja putih, rapi seperti biasa.

Matanya tidak merah, tidak lelah—

seolah ia tidak pernah tidur pun tidak masalah.

Hana menunduk cepat, tidak berani bicara.

Soni menutup pintu dengan suara lembut.

“Terlalu pagi untuk wajah yang begitu… kacau, Hana.”

Hana menggigit bibir, menunduk lebih dalam.

Soni berjalan pelan,

mengambil gelas dari meja,

mengisi air,

dan duduk di kursi depan Hana.

Suara kursinya seret sedikit.

Itu saja sudah membuat Hana menahan napas.

Lalu Soni menatapnya.

Tatapan yang tidak hanya melihat,

tapi menguliti.

“Semalam,” katanya pelan,

“kau menangis.”

Hana menunduk.

“Saya… mimpi buruk saja, Tuan.”

Soni mengangkat dagu sedikit.

“Mimpi buruk?”

Ia menyipitkan mata.

“Seperti apa?

Tentang apa?”

Hana merasa jantungnya berlari liar.

Ia tidak bisa bilang tentang kecelakaan itu.

Tidak bisa bilang dia ingat saksi lain.

Tidak bisa bilang dia mulai curiga ada sesuatu yang Soni sembunyikan.

Karena ia tahu satu hal:

Jika Soni tahu dia mengingat sesuatu—hidupnya akan habis hari itu juga.

“Saya… cuma takut, Tuan,” jawab Hana lirih.

“Takut suasana kemarin…”

Soni tidak menjawab.

Hanya menatap wajah Hana lama sekali,

seolah mencoba membaca tulang tengkoraknya.

Setelah hampir semenit, barulah ia bicara.

“Tapi tangismu tidak seperti itu.”

Hana membeku.

Soni meletakkan gelas di meja, bersandar sedikit ke depan.

“Wajahmu… sorot matamu…”

Ia menunjuk ke pipinya.

“Itu bukan tangis karena marah.

Itu bukan tangis karena diancam.”

Hana menggigit bibir sampai hampir berdarah.

“Itu tangis seseorang yang…

mengingat.”

Napas Hana terhenti.

Tubuhnya kaku, seperti baru disiram air es.

Soni memperhatikan reaksi itu.

Alisnya terangkat tipis.

Senyum kecil muncul.

“Aku benar.”

Hana buru-buru menunduk, suara pecah.

“Tidak, Tuan… saya tidak ingat apa-apa… saya—”

Soni mengangkat tangannya—

gerakan kecil yang membuat Hana langsung diam.

Ia berdiri perlahan, melangkah ke arah Hana.

Hana menunduk, tubuhnya gemetar.

Soni berdiri tepat di depannya.

Terlalu dekat.

“Hana,”

suaranya turun menjadi sangat pelan,

“…kau memimpikan malam itu, bukan?”

Hana menutup mata, menahan napas, memohon agar tubuhnya tidak bergetar.

“Tuan… saya tidak… sungguh saya tidak ingat…”

“Jangan bohong.”

Soni meraih dagu Hana dan mengangkat wajahnya ke atas—

paksa, namun tidak kasar.

Justru ketenangan itu yang menakutkan.

“Tatapanmu selalu pecah ketika aku menyebut masa lalu,”

bisiknya.

Hana menahan air mata yang mulai mengalir.

“Dan tadi malam, sebelum aku masuk…

aku mendengarmu memanggil nama seseorang.”

Jantung Hana seakan jatuh ke lantai.

“Jamesss…”

ucap Soni tiruannya seperti ejekan pelan.

“Begitu, bukan?”

Hana terkejut, wajahnya langsung pucat.

Ia tidak ingat ia berteriak dalam tidurnya.

Soni tersenyum kecil—

senyum predator yang baru menemukan daging segar.

“Jadi,” katanya sambil menelusuri dagu Hana dengan jarinya,

“kau memimpikan James…

dan ibunya…

dan hujan…

dan mobil itu…”

Hana memejamkan mata, tubuhnya mulai gemetar hebat.

Dia tahu.

Dia mendengar.

Soni lalu menunduk sedikit, menyelaraskan pandangannya dengan Hana.

“Cerita apa yang ingin keluar dari kepalamu, hmm?”

“Tidak… tidak ada…”

Hana terisak.

“Tapi matamu,”

Soni menyentuh pelan bawah mata Hana,

“mengatakan ada sesuatu yang…

kau sembunyikan.”

Hana menangis, tidak berdaya.

“Dan aku,”

kata Soni,

“selalu tahu ketika kau mulai mengingat.”

Hana menahan isakan.

“Saya tidak akan bicara apa pun… tolong… saya tidak akan—”

“Oh tentu,”

Soni berdiri, tidak kehilangan ketenangannya,

“kau tidak akan bicara.”

Ia membelakangi Hana, mengambil air.

“Karena kalau kau bicara,

kau akan kehilangan satu-satunya hal yang membuatmu tetap hidup.”

Hana langsung menutup mulutnya.

Soni menoleh sedikit, matanya berkilat.

“Rahasiamu…

dan rahasia malam itu.”

Hana menunduk, seperti anak kecil yang ketakutan ditinggal di kegelapan.

“Nanti malam,” kata Soni,

“kita akan mulai bicara…

jalanan yang licin…

darah…

dan apa yang sebenarnya kau lihat.”

Hana tersentak.

Soni melanjutkan:

“Ternyata, aku harus memastikan sendiri…

apa saja yang kembali ke kepalamu.”

Ia berjalan ke pintu.

Namun sebelum keluar, Soni berhenti.

Tanpa menoleh, ia berkata:

“Dan Hana…”

Hana langsung menahan napas.

“Kalau kau mencoba kabur dari masa lalumu lagi…”

Ia menoleh sedikit.

“…aku akan memastikan kau tidak bisa kabur sama sekali.”

Klik.

Pintu tertutup.

Dan Hana akhirnya menangis pecah—

karena untuk pertama kalinya,

Soni sadar bahwa ia tidak lupa.

"Laporan Kecelakaan Ny. Melina Arther — 2 Tahun Lalu."

Tombol enter dipencet.

Laptop memproses.

Tunggu…

tunggu…

No Data Found.

James mengerutkan dahi.

“Apa?”

Ia membuka database lain—data lama, data publik, dokumen keuangan, arsip RS.

Semua sama:

hilang.

James memundurkan tubuhnya, menghela napas berat.

“Tidak mungkin,” gumamnya.

“Ini file penting. File ibuku sendiri. Bagaimana bisa tidak ada?”

Ia membuka folder arsip offline yang dulu ia simpan sebagai cadangan.

Folder itu masih ada.

Tetapi saat ia buka…

File kosong.

Semua hilang.

James menutup laptop keras-keras, berdiri, mulai mondar-mandir.

“Ayah.”

Suaranya pelan tapi penuh kemarahan.

“Kau sengaja menghapus semuanya.”

Namun James bukan orang yang mudah menyerah.

Ia mengambil ponsel, membuka browser, mencari berita publik:

Kecelakaan di Jl. Eber Lane

2 tahun lalu

Hujan

Kematian wanita tunggal

Setelah 30 detik scroll…

James berhenti.

Matanya melebar.

Ada satu artikel pendek, sangat pendek, dengan judul polos:

“Wanita Ditemukan Tidak Bernyawa di Jalan Eber Lane.”

Tanggal yang sama dengan malam ibunya meninggal.

James menekan link itu.

Beritanya hanya empat paragraf.

Seorang wanita ditemukan meninggal setelah mengalami kecelakaan tunggal di tengah hujan.

Tidak ada saksi mata.

Tidak ada kamera CCTV aktif.

Kasus dinyatakan sebagai kecelakaan biasa.

James mengetuk meja dengan keras.

“Tidak ada saksi mata?”

Ia tertawa kecil—marah, pahit.

“Itu bohong.

Ayah pasti bohong…”

Ia tegakkan badan.

“Kalau Hana ada di TKP…

maka dia saksi.”

Ia berhenti.

“Tapi… dia bukan satu-satunya.”

James ingat sesuatu:

Ketika Hana menangis di kamar lantai dua dulu—

sebelum dipindahkan—

dia pernah berbisik:

"Saya tidak sendiri di malam itu…"

Saat itu James mengira Hana sedang bingung.

Tapi sekarang kalimat itu seperti batu besar di otaknya.

Dan itu berarti waktunya hampir habis.

By : Eva

17-11-2025

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!