Anak Kembar Sang Mafia

“Hay, bagaimana mungkin mamah bisa berhubungan dengan pria hebat seperti itu.” Ujar Luca yang masih tidak mempercayai ucapan adiknya.

“Lalu bagaimana bisa kita memiliki wajah yang sangat persis denganya?” Seru Lucia yang sangat yakin bahwa Rayden adalah papah kandung mereka.

“Mungkin hanya kebetulan.” Sahut Luca dengan ragu.

“Jadi ada kemungkinan juga bahwa dia papah kita, bukan?”

Lucia tetap tidak mau kalah, karena dia sangat yakin bahwa Rayden adalah papah kandungnya.

“Haah, kau ini benar-benar ‘yah!”

Luca tidak habis pikir kenapa adiknya begitu yakin bahwa pria yang paling ditakuti didunia ini adalah papah mereka.

“Kak, lakukan sesuatu atau perlu aku bertanya langsung pada mamah siapa ayah kandung kita yang sebenarnya? Aku ingin punya papah, kak!”

Lucia kini merengek pada Luca, sebab dia tahu Luca bisa mendapatkan informasi dengan cepat dengan cara merentas data orang tersebut.

“Tidak usah bertanya pada mamah nanti malah hanya membuatnya sedih lagi. Kakak akan mencoba merentas datanya, jadi pastikan mamah tidak mengetahui hal ini.” Ujar Luca yang kembali focus dengan layar laptopnya.

Dia mulai mengetik alamat surel yang menjadi targetnya dan tangan kecilnya dengan cepat memasukan semua kode aneh kedalamnya.

Sementara Lucia terus mengikuti setiap ketikan jari sang kakak dengan bola matanya yang semakin membulat, dia benar-benar merasa sangat iri dengan kemampuan kakaknya ini.

Disisi lain, Zhia masih sibuk berdebat dengan teman teman kantornya mengenai masalah rumah itu. Kini bahkan Zhia berdebat dengan atasannya.

Karena masalah Luca yang mengirim virus keperusahaan mereka yang mengakibatkan perusahaan mengalami kebocoran data, walaupun tidak bersifat fatal tapi itu juga cukup merugikan bagi perusahaan.

Zhia yang mengetahui putra telah diam-diam membantunya, dia langsung memanfaatkan situasi tersebut untuk mengancam bosnya agar memberikan rumah dinas yang lebih besar dari sekarang.

Sedikit lagi, Luca sudah bisa menembus keamanan system BLOUSHZE Group yang dikenal dengan tingkat kesulitannya yang sangat tinggi itu. Tinggal memasukan beberapa kode hack lagi, Luca bisa mencuri semua data yang ada disistem tersebut.

Namun, ternyata aksinya Luca diketahui oleh Ceo BLOUSHZE Group yang tak lain dan tidak bukan Rayden Cano Xavier.

Rayden langsung menyadari bahwa alamat surelnya tengah direntas oleh orang lain dengan cara memasukan beberapa virus sekaligus kedalam sistemnya.

Dia pun langsung membalikkan keadaan dengan mengirim lebih banyak virus lagi pada alamat surel lawannya itu.

“Siapa bajingan kecil ini yang berani merentas keamanan system milikku? Cukup hebat juga dia. Sekarang ayo kita lihat, siapa yang paling hebat diantara kita disini.” Gumam Rayden yang tersenyum puas sementara jarinya dengan cepat mengetikan sesuatu pada papan keyboardnya.

Rayden merasa sangat senang, karena sudah lama dia tidak bertemu dengan lawan yang sepadan dengannya.

“Kak, itu kenapa laptopnya?” tanya Lucia yang melihat layar laptop milik sang kakak hampir dipenuhi dengan kata ‘Sistem Error’.

“Kakak sudah ketahuan dan dia sedang menyerang kakak dengan mengirimi kakak lebih banyak virus.” Ujar Luca yang sedikit terdesak oleh ulah lawannya.

“Terus kita harus bagaimana sekarang, Kak?”

Lucia menggigit jari kecilnya jika merasa cemas.

“Tentu saja kakak akan terus menerobos pertahanannya.”

Luca semakin mempercepat kerja jari dan matanya, dia benar-benar ahli dalam merentas bahkan Lucia sampai tidak bisa melihat gerakan jari tangan milik Luca karena terlalu cepat.

Disisi lain Rayden tidak tinggal diam, dia juga mempercepat kerja jari dan otaknya sehingga pertarungan sengit antara ayah dan itu tidak terelakkan.

Akan tetapi, pihak Luca semakin merasa terdesak tangan kecilnya tidak bisa mengamankan serangan demi serangan yang dilontarkan oleh Rayden.

Disaat detik-detik terakhir Luca hampir bisa membobol keamanan BLOUSHZE Group, mamahnya tiba-tiba datang dan langsung menutup laptopnya begitu saja.

“Mamah?!” seru Luca dan Lucia serentak, mereka menatap kesal pada mamahnya.

“Apa? Seharusnya mamah yang marah pada kalian karena terus saja bermain laptop.” Ujar Zhia tanpa merasa bersalah sedikitpun.

“Haaah, padahal tinggal sedikit lagi aku bisa merentasnya dengan sempurna.” Gumam Luca yang menghela nafasnya dengan berat, baru pertama kali ini dia merasa kerja kerasnya berakhir dengan sia-sia.

“Semua gara-gara mamah main tutup laptop saja!” lanjut Luca dengan wajah kesalnya yang malah terlihat manis dimata Zhia.

“Apa kau katamu Luca? Sini biar mamah jewer telingamu itu.”

Zhia pun gemas dengan sikap protes putanya itu, dia hendak menjewer telinga Luca. Namun sayang, dia harus mengurungkan niatnya karena Lucia segera menghadangnya dengan raut wajah marah.

“Hentikan, Mah! Seharusnya mamah minta maaf pada kami, tapi kenapa malah mamah yang marah.” Seru Lucia yang menepis tangan mamahnya dengan kesal.

“Gara-gara perbuatan mamah, data yang Lucia minta jadi hilang semua. ‘Kan kasihan kak Luca yang bersusah payah mendapatkannya.” Sambungnya lagi dengan berapi-api.

“Benarkah? Kalau begitu maafkan mamah. Mamah tidak tahu kalau kalian sedang mengerjakan hal penting! Maafkan mamah ‘yah, sayang.” Pinta Zhia dengan jurus rayuan mautnya.

“Sudahlah, Luci! Kita bisa mencobanya lagi lain kali.” Ujar Luca yang berusaha membantu mamahnya untuk membujuk adiknya agar tidak marah lagi.

“Kak Luca janji ‘yah!” pinta Lucia dengan wajah yang terlihat sangat menggemaskan.

“Iya, kakak janji.” Janji Luca yang memang masalah mudah untuk dikerjakan olehnya.

“Kita sudah baikkan bukan sekarang? Kalau begitu, Ayo bantu mamah menyiapkan makan malam.” Ujar Zhia pada kedua anak kembarnya itu.

“Baiklah!” sahut Lucia yang masih sedikit merasa kecewa.

“Mamah dan Luci duluan saja! Luca harus membereskan sisanya terlebih dahulu.” Ujar Luca yang Kembali membuka laptopnya.

“Oke, jangan lama-lama ‘yah!” pesan Zhia pada putranya, lalu dia mengajak Lucia menuju kearah dapur untuk menyiapkan makan malam.

“Hmmm, sayang sekali! Padahal tinggal sedikit lagi, aku bisa mendapatkannya.” Gumam Luca yang focus menatap layar laptopnya.

Kemudian, dia mulai membersihan jejak surelnya agar tidak bisa dilacak oleh orang lain. Tidak sampai 10 menit, semuanya sudah berada didalam kendali seorang Luca.

Sementara, Rayden merasa bingung sendiri karena tiba-tiba saja orang yang berniat mencuri data pada sistemnya berhenti menyerang dan virus yang membuat sistemnya Error hilang seketika.

“Huuh, apa yang terjadi?”

“Kemana perginya orang itu? Padahal tadi dia menyerang secara membabi buta sampai aku saja hampir kewalahan memblokirnya, lalu kenapa tiba-tiba semua virusnya hilang?”

Rayden bergumam pada dirinya sendiri, dia pun mencoba untuk melacak keberadaan orang itu. Namun, hasilnya sangat bersih.

Jejak surelnya bahkan tidak tersisa sedikitpun untuk menyelusirinya, semua hilang bagaikan butiran debu yang terterpa angin.

“Bajingan kecil ini sungguh hebat! Aku harus segera mengadakan rapat untuk membahas soal ini dan mencari cara untuk lebih mengamankan system.” Baru kali seorang Rayden dibuat takjub dengan kemampuan merentas orang lain.

“Will, Kumpulkan semua karyawan! Aku ingin mengadakan rapat darurat sekarang juga.” Perintah Rayden melalui sambungan telepon kantor.

Rapat darurat pun segera digelar, tidak ada satu pun orang yang luput dari kemarahan seorang Rayden.

Dia benar-benar tidak habis pikir, bagaiman bisa ratusan karyawan terbaiknya tidak mengetahui bahwa system mereka sedang diserang oleh orang asing.

Rayden memaksa mereka semua untuk berpikir keras, bagaimana menciptakan keamanan yang bahkan dirinya sendiri pun tidak bisa merentasnya. Walaupun itu sangat mustahil.

Bersambung............